15 | Dilarang Sakit

8.4K 738 11
                                    

Seorang ibu rumah tangga memang bukanlah superhuman tapi haruslah memiliki kekuatan layaknya manusia super. Terutama kalau masih punya anak bayi. Kenapa? Karena anak bayi sering banget sakit. Ini nggak bohong! Entah sudah berapa kali Zahira demam sejak lahir sampai sekarang di usianya yang sudah tujuh bulan. Beberapa kali demamnya memang akibat sederet jadwal imunisasi yang diberikan hampir tiap bulan dari bulan pertama sampai bulan ke sembilan atau biasa disebut imunisasi dasar- itu berarti masih ada sisa dua kali lagi jatah demam Zahira karena imunisasi. Namun, demam yang seperti ini biasanya tak lama. Tapi seringnya Zahira demam entah karena pilek, batuk, pergantian cuaca yang berubah seenaknya, atau tertular dari anggota keluarga yang lain. Maklum lah, bayi, kan, memang belum memiliki sistem imun yang kuat sehingga kalau bayi lebih mudah demam itu wajar. Namun, ada lagi satu penyebab seorang bayi mengalami demam yaitu karena perkembangan baru.

Tunggu, tunggu. Perkembangan baru? Maksudnya? Jadi para orang tua tempo doeloe percaya bahwa anak meriang atau demam kadang dipengaruhi juga oleh bertambahnya kepandaian motorik anak. Misalnya anak mau pintar tengkurap, anak demam. Anak mau pintar merangkak, anak demam. Begitu seterusnya. Istilah Jawa-nya ngenteng-ngentengi. Jadi para orang tua tempo doeloe beranggapan kalau anak bayi demam itu agar napsu makannya berkurang dan badannya akan jadi enteng. Dengan demikian akan memudahkan bayi untuk menambah kepandaian motoriknya.

Dan tahukah, wahai para ibu, apa hubungannya anak sakit dengan kesehatan ibu? Anak sakit akan berakibat fatal pada tingkat kesejahteraan dan kenyamanan tidur ibu- tak usah pikirkan kesejahteraan dan kenyamanan tidur ayah yang karena sudah pasti ayah tak akan pernah terganggu dengan berisiknya tangis si kecil di tengah malam.

Bayangkan saja, baru saja hendak tidur pulas si bayi merengek. Begitu terus kejadiannya berulang sampai pagi. Oleh sebab itu, jika Zahira sakit, aku selalu berdoa agar dia cepat sembuh. Ya, semua ibu juga pasti berharap hal yang sama sih. Mana ada orang tua yang tega melihat anaknya sakit.

Lebih buruknya bila si kecil masih menyusu. Biasanya si kecil yang masih sakit tidak akan doyan makan. Nah, akibatnya dia akan lebih sering menyusu dari ibunya. Alhasil ibu dibuat lemas karena harus menyusui sepanjang malam. Dan jangan lupakan pegal karena harus tidur dengan posisi yang sama sepanjang malam.

"Yang?" Mas Ganjar terheran-heran melihatku duduk meringkuk di pojok kasur waktu subuh. Sepertinya dia baru mengambil wudhu untuk salat. "Kamu kenapa?"

"Lemes," jawabku.

"Eh, belum diapa-apain juga-"

"Ih, piktor deh kamu tuh!" Dia terkekeh sementara aku malah cemberut.

"Lemes kenapa?" tanyanya sambil menggelar sajadah di lantai. "Salat jamaah apa sendiri-sendiri?"

"Bareng. Tunggu bentar!" Aku segera beranjak dari kasur lalu pergi ke kamar mandi dengan langkah terseok-seok.

"Kamu lemes kenapa?" tanya Mas Ganjar lagi setelah kami purna dengan kewajiban kami.

"Nyusuin dedek semaleman. Mana badan pegel. Nggak bisa gerak gara-gara harus nyusuin." Aku mengurut-urut bahuku yang pegal dan kaku. "Kepala juga pusing."

"Gimana nggak pusing kalo abis nyusuin nggak pernah ditutup lagi? Masuk angin lah pasti itu." Mas Ganjar memijit tengkukku yang membuatku berserdawa kencang. Tangannya beralih ke bahuku. Memijatnya. Aku mengacungkan jempol ke arahnya.

"Enak enak! Terus, Mas!"

"Kata-kata kamu ambigu banget, Yang."

"Nggak usah mulai aneh-aneh deh, Mas!" Aku manyun.

"Dedek, kan, emang lagi sakit makanya wajar dong kalo dia minta nyusu sama kamu terus." Mas Ganjar masih asyik memijatku.

"Iya sih. Nemplok mulu sama aku kalo sakit. Bener-bener nggak bisa lepas."

Balada Ibu Rumah Tangga | TAMATWhere stories live. Discover now