28 | Yuk, Bikin Usaha! 😉

11.7K 654 23
                                    

"Lagi apa, Yah?" tanyaku saat melihat Mas Ganjar sedang sibuk mengerjakan sesuatu di halaman depan rumah di Minggu pagi.

Oh ya, aku sudah mengganti panggilanku pada Mas Ganjar. Biasanya kupanggil dia Mas kini kupanggil dengan panggilan Ayah. Sementara Mas Ganjar mengganti panggilan Yang dengan Bu. Aku ingin Zahira tidak merasa bingung dengan masalah panggil-memanggil ini. Apalagi Zahira kini beranjak semakin besar. Pasalnya salah satu keponakanku dulu pernah memanggil ayahnya dengan sebutan Mas karena ibunya juga memanggil seperti itu.

"Kenapa aku harus manggil ayah? Kan ibu juga manggilnya mas?" protes keponakanku pada Mbak Ajeng, kakak tertuaku yang notabene adalah ibunya. Usianya masih 3 atau 4 tahun waktu itu.

"Karena ayah itu ayah kamu, Nak."

"Tapi kenapa ibu manggilnya bukan ayah? Kenapa manggil mas? Kenapa beda?" pertanyaan itu tak bisa dijawab oleh kakakku.

Tapi dari situ aku belajar jika kita ingin membuat anak kita jadi lebih baik, berilah contoh yang baik pula. Anak-anak meniru dari apapun yang dilihat dan didengarnya.

"Mau bikin hidroponik," jawab Mas Ganjar tanpa mengalihkan tatapannya dari pipa-pipa dan serakan benda-benda lain di hadapannya.

"Hidro apa?"

"Hidroponik."

"Apanya Stereophonics?"

"Hah?" Mas Ganjar malah bingung. Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Gagal sudah permainan plesetan-kata-yang-kadang-maksa yang biasanya kumainkan dengan Mas Ganjar. Kalau salah satu di antara kami ada yang ga mudeng kan jadi ga lucu. Ah ya, mana mungkin Mas Ganjar tahu soal Stereophonics. Itu kan band rock yang salah satu lagunya baru aku dengarkan waktu aku masih SMA. Padahal bandnya sudah dibentuk dari tahun 1992. Lagunya kalau tidak salah berjudul Dakota yang entah kenapa selalu mengingatkanku dengan nama sebuah perusahaan ekspedisi.

"Ah, lupain aja. Itu nama band jadul. Kayaknya di Indonesia ga terlalu terkenal."

"Oh-" lalu Mas Ganjar kembali sibuk dengan kegiatannya.

Aku mengintipnya sebentar lalu karena aku tak tahu Mas Ganjar sedang mengerjakan apa kutinggalkan dia untuk membuat kue yang di-request Zahira.

Menjelang siang, setelah aku selesai menyiapkan makan siang, Mas Ganjar telah menyelesaikan kesibukannya tadi pagi. Peluh membanjiri lehernya.

"Gerah bener di luar," kata Mas Ganjar begitu masuk rumah. Dia mengelap lehernya dengan tangan. Dilihatnya jam di ruang tengah yang sedang menunjukkan pukul 11.30. "Pantesan. Baru nyadar ternyata udah siang ya?"

"Mandi sana. Bau!" sahutku yang sedang menata makanan di atas meja dibantu oleh Zahira. Well, Zahira sebenarnya cuma menggeser-geser letak piring saji di meja saja sih biar jarak antara satu piring dengan yang lain tidak berdempetan atau bertumpukan di sisi-sisinya.

"Emang ibu udah mandi?" tanyanya dengan nada sangsi.

"Udahlah. Tadi abis mandiin Zahira, ibu langsung mandi juga," jawabku.

"Kok masih utuh?" tanyanya iseng.

"Yakali ibu jadi ilang idungnya atau bagian tubuh lainnya. Itu mandi pake air apa pake larutan asam?"

"Ih, maksudnya kok utuh cantiknya gitu," godanya.

"Ya kalo abis mandi orang jadi ga cantik lagi mending ga usah repot-repot mandi tiap hari, Yah," aku memutar bola mataku. Mas Ganjar tertawa.

"Hmm, wangi banget masakan ibu. Masak apa hari ini?" tanyanya seraya mendekat ke arah meja makan.

"Capcay sama tempe goreng. Ada omelet telur juga buat Zahira."

Balada Ibu Rumah Tangga | TAMATWhere stories live. Discover now