10-Dim Wound

1.1K 106 24
                                    





Alkamilo, lahir dari keluarga terpandang serta mendapat julukan 'Anak tunggal' yang tentunya membuat banyak orang lain ber-ekspektasi bahwa hidupnya penuh dengan kasih sayang, juga harta yang berlimpah. Sebagai seorang presdir, Pradian memang jarang sekali pulang kerumah, namun lelaki paruh baya itu tidak pernah melupakan kewajibannya untuk memenuhi semua kebutuhan Alkamilo, mulai dari kendaraan, uang saku, hingga tak jarang Pradian sering mengirimkan barang-barang mahal kepada Milo.

Gambaran kehidupan yang indah, bukan?

Namun dibalik semua itu, ada luka yang tidak bisa mereka hilangkan begitu saja. Mayang, wanita yang telah melahirkan seorang pangeran tampan dan juga seorang istri yang amat Pradian sayangi telah berpulang. Luka lama itu begitu membekas dihati Pradian, namun sebisa mungkin pria paruh baya itu menepisnya dengan cara menjadi seorang yang gila kerja, sehingga Pradian tak sadar, anaknya sendiri menjadi korban.

Milo memasuki rumahnya yang memang setiap hari selalu sepi. Selepas mengantar Athalla, Milo langsung pulang karena ternyata Bintang sudah menunggu didepan rumah sembari berkacak pinggang. Milo dan Athalla juga sempat kena marah, ya gimana ga marah coba wong mereka pulangnya jam 11 malem.

"Bang bin kalo marah bukan serem, jatohnya malah lucu."

Milo terkekeh sendiri, cowok itu langsung berjalan ke arah tangga menuju kamarnya tanpa mempedulikan keadaan sekitar.

Ting tong

Refleks langkah Milo terhenti. Milo terdiam sejenak, siapakah yang bertamu ke rumahnya malam-malam begini? Kalau Athalla, pasti tak akan memencet bel terlebih dahulu. Main gaspol aja Athalla mah.

Milo berbalik, lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Assalamualaikum."

"W-waalaikumsalam."

"Yaampun ini Al ya? sudah besar saja, aduh tambah ganteng pula, rasanya baru kemarin kamu masih di gendong-gendong Pradian kalo main ke Jogja."

Milo hanya tersenyum tipis menanggapi celotehan wanita yang ada dihadapannya saat ini. Sebenarnya, Milo tak mengenal siapa wanita itu. Milo bahkan tak ingat bahwa Pradian sering membawanya ke Jogja, pasti itu sudah lama sekali. Dan wanita tadi memanggilnya apa? Al? sungguh, ini terdengar sangat asing ditelinga Milo.

"Maaf, tante siapa ya?"

Wanita itu tersenyum kalem, "Aduh maafin tante ya, mungkin kamu lupa, nama tante Retno, teman lama Papa kamu."

"Maaf ya tan, saya sedikit lupa." balas Milo sambil menatap Retno, sedikit berbohong tentunya.

Retno hanya terseyum memaklumi.

"Yaudah kalo gitu masuk dulu tan, lebih enak bicara di dalem."

Milo mempersilahkan Retno masuk ke dalam, mengarahkannya supaya duduk di sofa, tak baik berbicara didepan pintu terlalu lama, pamali katanya.

"Ada perlu apa tan? kalo ada perlu sama Ayah, dia lagi gaada dirumah, tiga bulan lalu berangkat ke Jerman."

Aslinya Milo itu gasuka basa-basi. Apalagi melihat Retno yang terus tersenyum ke arahnya membuat Milo sedikit tak nyaman.

"Iya tante tau, sebenarnya tante baru membeli rumah yang ada tepat didepan rumah kamu. Tante juga baru sadar kalo ternyata satu perumahan dengan Pradian, depan-depanan pula rumahnya, tante seneng."

Retno berbicara dengan antusias, sedangkan Milo menatapnya heran. Mengapa wanita ini sepertinya sangat mengenal sang ayah? apalagi Pradian tak mengatakan hal apapun padanya.

"Nah, tujuan tante dateng kerumah kamu, tante mau izin nginep semalem aja yess, karena tante kehilangan kunci rumah yang baru sewaktu perjalanan kesini. Tante lagi nyuruh orang buat bikin kunci baru, kayanya besok selesai."

ALKAMILO [COMPLETED]Where stories live. Discover now