23- I Still Your Iron-Man

1.1K 109 50
                                    




Athalla yang semula bersenandung diantara langkah kaki menuruni tangga, seketika terdiam. Matanya memicing pada siluet seseorang yang sedang duduk di kursi meja makan. Setelah menyadari sesuatu, Athalla langsung berlari menghampiri sosok tinggi besar kesayangannya.

"Papa!!"

Athalla memeluk leher Enrico dari belakang, "Athalla kangen banget."

Enrico hampir saja menumpahkan kopi yang ingin disesapnya, pria paruh baya itu sempat terperanjat, namun dengan cepat menarik sebuah senyuman, tangannya terangkat untuk mengelus kepala Athalla yang ada dipundaknya, "Papa juga kangen banget sama adek."

Setelah mengecup pipi Enrico singkat, Athalla berpindah duduk dikursi kosong sebelah Enrico, "Papa pulang kapan?"

"Tadi selepas isya," sahut Enrico sembari menyesap kopinya, sesekali mengutak-atik ipad yang ada dalam genggaman.

"Mama mana?"

"Mama gapulang sayang." 

"DIH KO GITU?" Athalla merengut kesal, menyilangkan tangan didepan dada, menatap Enrico tak terima.

Enrico mematikan ipad, lalu tersenyum pada putri kesayangannya dengan teduh, "Papa kan sedang membangun resort di Bali. Nah, berkas pentingnya ketinggalan dirumah, sedangkan proyeknya gabisa ditinggal. Jadi Papa memutuskan untuk pulang, sedangkan Mama disana tetap memantau pembangunan. Kasian dong kalo Mama  bolak-balik cuma ngambil berkas?"

Athalla mengerucutkan bibir, "Sibuk terus ih sebel."

Enrico terkekeh, "Kan Papa sama Mama cari uang buat adek dan Abang juga."

"Papa berangkat lagi kapan?"

"Besok pagi."

"DAHLAH MALES SAMA PAPA." 

Athalla bangkit, meninggalkan Enrico menuju dapur sembari menghentak-hentakan kakinya kesal. Namun tak berselang lama Athalla kembali menghampiri Enrico yang sedari tadi menatapnya dengan bingung.

"Kenapa dek?"

"Jangan lama-lama disananya, Abang udah pergi, masa Papa sama Mama tega ninggalin aku sendirian." Suara Athalla bergetar samar.

Enrico menaikkan satu alisnya, sedetik kemudian pria itu tertawa karena tingkah putri bungsunya. Enrico bangkit, lalu menenggelamkan Athalla dalam pelukan, "Nanti Mama pulang, sekitar satu bulanan lagi gapapa ya? kan adek ada Milo. Nanti Papa bilang sama Milo buat nginep disini."

Athalla tak menjawab, malah semakin mengeratkan pelukannya, membuat Enrico kebingungan. Biasanya jika dia atau Dewi meninggalkan Athalla dirumah sendiri pun, gadis itu tak pernah merengek seperti ini. Apalagi jika mereka menyuruh Milo untuk menginap, Athalla akan sangat antusias.

"Adek lagi marahan sama Milo?"

Athalla menggeleng dalam dekapan, membuat Enrico tersenyum tipis, mengusap punggung putrinya lalu mengurai pelukan.

"Kalo gitu, bisa dong anterin oleh-oleh buat Milo kerumahnya?" Enrico menunjuk bingkisan berwarna biru dongker di atas sofa ruang TV menggunakan dagu.

"Yang punya adek ada dikamar Papa, unboxing nya nanti ya anter punya Milo dulu." sambung Enrico sembari mengusak surai putinya lembut. Athalla nampak berfikir sebentar, sebelum akhirnya mengangguk kukuh.

*********


Athalla sudah mandi, berganti piyama dan mengikat rambutnya asal. Memang, mandi pada malam hari sudah seperti aktivitas rutin bagi Athalla, padahal kan dia sendiri yang mengultimatum Bintang untuk tidak mandi malam-malam, tapi dia sendiri yang lakuin, dasar.

ALKAMILO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang