32-Babybear, Be My Girlfriend?

982 100 22
                                    






Athalla duduk termangu, menatap kedepan sambil memeluk kedua kakinya, televisi besar dihadapan sedang menayangkan film kartun kesukaan. Namun, fikirannya berkelana, batinnya bertanya mengapa semua hal yang tak diinginkan terjadi secara bertubi-tubi.

Semejak kejadian dua hari lalu, dimana sebuah batu menghantam jendela kamar Milo hingga pecah berkeping-keping, membawa serta secarik kertas yang bahkan Athalla pun tak mengetahui isinya sukses membuat Milo berubah menjadi manusia yang pendiam, sering melewatkan makan, dan juga lebih tertutup. Semenjak kejadian dua hari lalu juga, Milo menginap dirumah Athalla.

Bahkan, Athalla tak sempat mengetahui isi kertas itu karena Milo langsung merobek dan membuangnya ke luar jendela.

Disekolah pun sama, Milo lebih banyak membolos jam pelajaran, hingga menyebabkan pemuda itu masuk ke ruang konseling. Para sahabatnya menanyakan perihal perubahan sikap Milo kepada Athalla, namun Athalla lebih memilih bungkam. Biar saja nanti Milo yang bercerita pada sahabatnya.

Athalla bercerita tantang teror ini kepada Enrico. Hal pertama yang Athalla lihat setelah dia menceritakan semua rentetan kejadian kepada Enrico melalui skype adalah helaan nafas kasar, Enrico tampak sedikit frustasi, karena katanya, Pradian juga mengalami hal serupa.

Namun, ada hal yang membuat Athalla terkejut bukan main, Enrico bilang, orang suruhannya menemukan satu fakta, bahwa anak dari pemilik Dimighty bersekolah di Wisesa, yang artinya, satu sekolahan dengan dirinya dan Milo.

Enrico juga bilang, besok pagi Pradian akan pulang, bukan untuk menemui Milo, tapi menghadiri jamuan makan malam dengan pemilik Dimighty. Enrico juga diam-diam akan ikut bersama Pradian, sedikit menyamar supaya mereka tak curiga.

Dewi akan pulang kerumah, menemani Athalla dan Milo, mencegah kemungkinan hal yang tak diinginkan terjadi. Mengingat Bintang berhasil melacak nomor ponsel yang menghubungi Milo dua hari lalu, nomor itu berasal dari salah satu perusahaan yang selama ini Pradian perangi,

iya, Dimighty.

Seketika lamunan Athalla buyar saat suara perutnya terdengar, berontak minta diisi, gadis itu menepuk jidat, dari sore memang belum memakan apapun, sedangkan sekarang sudah hampir tengah malam.

"Yaampun, Milo juga belum makan." gumamnya lirih.

Athalla beranjak, mulai berjalan menuju kamar Bintang untuk mengajak Milo makan jika anak itu belum tidur. Langkah Athalla sempat terhenti didepan pintu, daun pintu tak terkunci sama sekali. Gadis cantik itu tersenyum tipis, Milo tak pernah mengurung diri meskipun sedang galau, sedih, merajuk, atau marah sekalipun.

Milo tetaplah Milo, bayi manisnya.

Athalla masuk tanpa permisi, nyeri ulu hatinya kala melihat Milo yang duduk termangu bersender pada tepi ranjang, mengahadap jendela yang dibiarkan terbuka. Anak itu, kebiasaan sekali.

"Milo?"

Satu helaan nafas terdengar kala Milo tak membalas panggilannya. Athalla mendekat, berlutut disamping Milo dengan perlahan. Athalla sedih, saat melihat binar mata itu meredup, digantikan oleh binar lelah dan keputus asaan. Ini pasti sangat berat untuk Milo, dihadapkan dua pilihan paling sulit yaitu memilih antara,

Nyawa Ayah,

Atau,

Nyawa dirinya sendiri.

Milo tak mungkin mengorbankan Ayahnya begitu saja, sudah cukup Ayahnya bekerja keras selama ini. Banting tulang bekerja siang malam demi dirinya. Menjadi superhero terkuat sekaligus orangtua tunggal saat sang Bunda meninggal dunia.

ALKAMILO [COMPLETED]Where stories live. Discover now