31-Blood, Terror, Relent

957 95 35
                                    



Milo mendengus pasrah ketika melihat ruang tamunya super berantakan akibat ulah para sahabatnya yang secara tiba-tiba berkunjung sepagi ini. Padahal formasi belum lengkap mengingat Janied masih diperjalanan, terjebak macet katanya.

"Lo kenapa sih pake baju kuning-kuning begitu? latihan ngambang dikali?" seloroh Yudha kepada Dhirga yang sedang lesehan di atas karpet sembari memangku satu toples berisi makanan ringan.

"Lo sendiri kenapa pake baju ijo-ijo? mau cosplay jadi bolu pandan?" jawab Dhirga nyolot, mereka sempat melempar beberapa remahan makanan, membuat Elang jengah sendiri.

"Itu makanan woi, jangan dibuang-buang!"

"Nape? mau ikutan?" balas Yudha berkacak pinggang, membuat Elang hendak bangkit untuk memberi pukulan sayang, namun pria itu sudah berlari keluar. Tak lama, masuk kembali, kali ini bersama Janied yang baru saja sampai.

"Cepet amat nyampenya, lewat jalur mana?" tanya Milo keheranan, lima menit yang lalu pria itu bilang melalui via telpon bahwa sedang terjebak macet parah.

"Lewat jalur orang dalam."

"Serius bangsat."

"Gue terbang."

Dan jawaban Janied barusan, sukses membuat wajahnya tertampol bantal dengan agak keras. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Milo.

"Mil aku pulang ya, mau mandi."

Secara otomatis, pandangan mereka semua tertuju kearah tangga, tempat dimana Athalla baru saja turun dari lantai dua, piyama masih melekat di tubuh rampingnya.

Athalla terkejut ketika menoleh kearah ruang tamu, dia tak mengetahui jika para sahabat Milo berada disana, bahkan manik Athalla juga sempat bertubrukan dengan manik legam milik Dhirga. Menggigit bibir bawahnya gugup, Athalla berjalan mendekat dengan langkah pelan.

"Masih pagi, udah pada main aja?" ujar Athalla diiringi senyum lebar, bermaksud mencairkan suasana yang entah mengapa tiba-tiba terasa sedikit.. canggung?

"Kamu, nginep?" Dhirga bertanya balik, membuat Athalla mengangguk pelan.

"Aku boleh ngomong sebentar ga?" tanya Dhirga lagi, Athalla nampak melirik Milo yang ada disampingnya sekilas, sebelum akhirnya mengangguk kecil.

"Tapi, ditaman aja ya, deket kolam renang."

Dhirga mengangguk, mulai bangkit dari posisi duduknya, "Mil, gue kebelakang dulu."

Milo mengangguk, menatap kepergian Athalla dan Dhirga dalam diam, Milo akui ini salahnya, dulu dia yang menyebabkan terbentangnya sebuah jarak antara dirinya dan Athalla, sehingga Dhirga bisa leluasa masuk.

Yang dikatakan Athalla benar, dirinya tak bisa berfikir dewasa, buntu, seperti anak kecil. Dan kini, Milo hanya bisa menerima apapun keputusan yang Athalla buat nantinya.

"Gue salah besar, bodoh." gumam Milo pada diri sendiri, namun terdengar oleh ketiga sahabatnya.

"Lo gasalah, begitupun Dhirga." tukas Elang membuat Milo mengangkat pandangan.

"Jika gue ada di posisi lo, gue juga pasti bakal ngelakuin hal yang sama untuk melindungi cewek yang gue cintai. Tapi disini, caranya aja kurang tepat, lo seakan memberi jarak sama Athalla, dan pasti Athalla nganggepnya kalau lo itu jatuh cinta sama Kasa."

Elang menjeda ucapannya sebentar, lalu menghela, "Dhirga juga gasalah sih, kan dia ngiranya lo dan Athalla cuma sahabatan, udah gitu lo malah deket sama Kasa, otomatis itu bisa jadi celah dong, buat Dhirga bisa masuk kedalam hidupnya Athalla."

ALKAMILO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang