33-Damn, I don't want to lose again.

968 91 44
                                    





"Lagi ngapain disitu?"

Athalla berjengit heran, saat meliihat Milo berjongkok didekat kebun tanaman hias milik Dewi yang terletak ditaman belakang. Terlihat sedang menggali-gali tanah gembur untuk mencari sesuatu, wajahnya sangat serius, namun aksen imutnya tak hilang.

Athalla mendudukan tubuh dikursi ayunan, pertanyaannya tak dihiraukan membuat gadis itu tersulut kesal, "Milo, ngapain sih?!"

Kepala anak itu menoleh halus pada sosok Athalla yang sedang bertumpang kaki, menatapnya dengan alis bertaut. Milo tersenyum manis, menepuk tangannya beberapa kali untuk menghilangkan tanah yang menempel,

"Lagi nyari cacing,"

"Buat apa?"

"Gapapa si, gabut aja."

Dan jawaban Milo barusan, sukses membuat Athalla mendengus kasar. Anak itu benar-benar, kenapa semakin hari tingkahnya semakin diluar dugaan. Nyari cacing karena gabut, padahal dikamar Bintang terdapat banyak sekali koleksi game dan buku komik.

Bosan dengan pencariannya yang tak kunjung membuahkan hasil, Milo menyudahi aksinya menggali tanah, beranjak menuju kran air untuk mencuci tangan, lalu duduk disamping Athalla. Memposisikan tubuh menjadi rebahan, dengan kepala diatas paha Athalla.

Tangan Athalla bergerak untuk mengusap kepala Milo pelan, sedangkan anak itu, kini tengah sibuk mengamati langit jingga sore ini yang sangat indah.

"Tha."

"Hm?"

"Athalla."

"Apa?"

"Melody."

"Iya kenapa?"

"Sayang."

Athalla menurunkan pandangan, menatap Milo sedikit cengo karena baru saja memanggilnya sayang.

"Gausah kaget gitu, kita kan udah official." ujar Milo diiringi kekehan, Athalla memalingkan wajahnya yang bersemu, antara percaya dan tak percaya, jika mereka sudah memiliki hubungan spesial. Lebih dari sekedar sahabat.

Namun, Athalla belum sepenuhnya senang, karena nyawa anak ini masih terancam bahaya. Mengingat hari ini Pradian dan Enrico sedang menghadiri jamuan makan dengan si pemilik Dimighty, sedangkan Dewi dalam perjalanan menuju bandara, menjemput Bintang.

Pengawal yang Enrico utus belum datang, masih dalam perjalanan.

Athalla belum mengalihkan pandangan, masih betah menatap paras Milo yang lembut. Sebelah tangan lainnya menyentuh pelipis Milo, mengusap pelan hingga menimbulkan rasa nyaman.

"Apapun yang terjadi, kamu harus baik-baik aja ya, jangan pergi."

Milo mengerjap, lalu berbicara lirih, "Kemana lagi aku harus pergi Tha? kamu kan rumahku."

Kedua lengan Milo terangkat untuk memeluk pinggang Athalla, ia dekap dengan erat, menyembunyikan gurat wajah dan menenggelamkannya pada permukaan perut rata milik Athalla yang terbalut t-shirt berbahan lembut.

Milo tak lagi bicara, hati Athalla bergetar hebat saat Milo tak banyak bergerak dan hanya memeluknya dengan erat. Setelah semua prahara ini selesai, Athalla berharap, Milo bisa hidup bahagia, sehat tanpa kurang apapun. Cukup sudah anak ini mengorbankan semuanya, hati dan juga perasaannya yang dulu ia relakan untuk Kasa, demi menyelamatkan Athalla.

Dan kini Athalla telah berhasil, merebut Milo beserta hatinya kembali.

"Makasih, udah jadi alasan untuk aku bertahan selama ini Tha. Makasih udah membimbingku menemukan jalan menuju rumah, rumahku yang hangat dan penuh kasih sayang. Makasih, karena udah mau nunggu aku pulang dengan sabar."

ALKAMILO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang