BAB 5

949 44 0
                                    

Pangeran Mateen belum menyadari bahwa Vela sudah sadar, karena sedari tadi ia hanya menelungkupkan kepalanya di sisi brangkar Vela.

Vela mengedarkan pandangan nya keseluruh ruangan, ia sangat yakin sekarang ia bukan berada di kamar nya ralat kamar ia dan Mateen, tetapi dirumah sakit.

Mateen pun mengangkat kepala nya dan ia bisa melihat istri nya sudah sadar, tetapi masih diam.

"Sayang!" Ujar sang pangeran Mateen dengan wajah yang berseri-seri.

Vela yang dipanggil pun kaget. Ia kira ia sendirian disini tetapi ada sang suami, juga di depan pintu kamar nya ada pengawal istana.

"ada yang sakit? pening? atau dahaga, lapar? nak makan apa?" Tanya sang pangeran dengan bahasa melayu.

"Tidak ada, h-haus k-ka." Jawab Vela.

"Oh, tunggu aku ambilkan dulu." Ujar sang pangeran.

Mateen pun membantu Vela duduk. Mateen pun dengan sabar menunggu Vela menyelesaikan dahaga nya.

"Kau? Kau tau Vela? Kau.." ujar Mateen.

Tapi terhalang oleh Vela karena ia menahan bibir Mateen dengan telunjuk nya.

Vela tersenyum dengan manis.

"Iya. Vela udah tau, bahkan sebelum ulang tahun pernikahan kita. Ka Mateen tenang aja, kaka tau kan di sini." Ujar Vela sambil membelai lembut perut rata nya.

"Disini ada calon anak kita. Kaka harus memilih anak kita." Ujar Vela.

"Tapi saya keliru,  aku nak mahu memilih anda atau anak-anak kita? Saya sayang awak, tapi saya juga perlukan anak kita. apa yang saya perlukan untuk membuat Vela?" Ujar pangeran Mateen dengan ucapan lirih.

Aku juga gak mau ka.. tapi aku ikhlas kok kalo kaka milih anak kita. Aku bahagia. Batin Vela

Vela menatap sendu kearah Mateen. Ia tak mau laki laki satu ini sedih atau semacam nya. Lebih baik ia pergi dari dunia laki laki ini dari pada melihat raut wajah yang lelah serta sakit.

"Kaka.. kaka udah makan belum? Mau aku suapin gak?" Tanya Vela.

Ia-maksudnya Vela- sangat yakin bahwa Mateen sedang bingung.

"A-aku. A-aku s-sudah kok. Iya aku sudah makan tadi sebelum kesini." Ujar Mateen.

Vela tau bahwa Mateen sedang berbohong.

"Yakin nih? Kalo aku tau kakak belum makan aku gak mau bicara atau pun tatap muka sama kaka. Paham?" Ucap Vela, sembari mengancam.

Gimana mau makan Vel? Disini aku bingung. Pingin mempertahan kan jabang bayi itu atau kamu? Kalian berdua sama sama berharga. Jadi aku bingung. Ujar batin Mateen.

"Iya, iya. Tadi aku belum makan aku terlalu khawatir tau kamu diusir sama ayah. Jangan tinggalin aku yah? Janji?" Ujar Mateen.

Vela terdiam. Ia tak bisa menepati janji nya. Karena ia tau bahwa penyakitnya ini sudah mulai meluas keseluruh tubuhnya.

Vela tersenyum. Ia berusaha menenangkan Mateen tetapi ia sendiri gak bisa menenangkan dirinya sendiri.

"Iya, iya. Sekarang kaka makan ya? Mau makan apa? Gih pesan! Hehe.. tapi aku gak bisa memesankan kaka? Pakai pengawal kaka gih! Yang ada di luar." Suruh Vela kepada Mateen.

Mateen pun meng-anggukkan kepala nya dan berlalu keluar, tak lama kemudian ia pun masuk dan duduk bersama Vela diatas gurney. Ia pun menarik Vela kedalam dekapan nya. Mereka terhanyut satu sama lain, sampai lupa kalo didepan mereka sudah ada ayah juga bunda Mateen.

FOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now