BAB 7

597 33 2
                                    

Di dalam mobil yang ditumpangi pangeran Mateen juga Vela terjadi keheningan. Pangeran Mateen mengendarai mobil sendiri, tetapi di belakang juga depan mobil sang pangeran, ada pengawal yang mengawal mereka kerumah sakit.

Dulu..Vela merasa keberatan jika ada yang mengawal mobil mereka, tetapi ujar Mateen ia harus terbiasa, karena bagaimana pun mereka bakalan tetap dijaga. Itu semua bagaikan hukum alam, yaitu dimana orang yang terpenting di negara itu harus di jaga ketat oleh Angkatan Bersenjata/ kalau di Indonesia sering disebut dengan TNI.

Vela hanya menatap pohon pohon yang ada disepanjang jalan. Entah apa yang ada difikiran nya.

"Vela.." ujar pangeran Mateen.

Sungguh ia tak sanggup merasakan kesunyian ini.
Vela menoleh kearah suami nya.

"Apa?" Tanya Vela.

"Tak apa. Hanya saja, aku tak tahan dengan kesunyian ini." Ujar pangeran Mateen dengan wajah yang cemberut.

"Oh.. ku kira ada apa? Tak ada juga kan topik yang kita bahas?" Ujar Vela.

Ada apa dengan kau Vela? Kenapa kau marah marah sama aku? Bukan nya tadi kau biasa biasa saja? Aih kau ini Vela. Batin Mateen.

Keheningan pun terjadi lagi. Akhir nya mereka sampai di parkiran rumah sakit.

"Ayo! Kita sudah sampai." Ajak Mateen.

Mareka berdua pun memasuki rumah sakit Raja Isteri Pangiran Anak Saleha.

Mereka berjalan sambil bepegangan tangan, sedangkan di belakang mereka jarak lima meter, adalah pengawal mereka.

Vela dan Mateen tak perlu menunggu, karena ia sudah janji bahwa hari ini akan memeriksa kandungan Vela.

Saat masuk ruangan itu serba putih. Dokter nya pun perempuan. Karena Mateen tak mau jikalau yang memeriksa Vela adalah laki laki. Sunggu posesif dirimu pangeran Mateen.

"selamat petang putera Mateen juga puteri Vela." Sapa sang dokter.

"selamat petang doktor." Balas Vela sembari senyum kepada sang dokter.

"Puteri sila berbaring, mari kita lihat bagaimana perkembangan bayi." Ujar dokter itu.

Vela pun tersenyum dan segera berbaring ditempat yang sudah di tunjuk tadi.

"Lihatlah Putera, ini anak anda, dia sangat sihat. Adakah anda mahu melihat jantina?" Tanya sang dokter.

Dilihat dari layar monitor. Bayi Vela dan juga Pangeran Mateen sangat sehat. Berat bayi nya pun sesuai dengan bayi dikalangan biasa yaitu 1000g. Dan akan bertambah sesuai dengan umur nya nanti.

"tidak ada dok, kami berdua mahu ia menjadi kejutan". Ujar Mateen.

"Sekarang, adakah anda mahu mencetaknya? berapa?" Ujar sang dokter itu.

"berapa Vel?" Tanya sang pangeran Mateen dengan istri nya.

"terpulang kepada awak." Ujar Vela

"hm ... okay, cetak sepuluh cetakan." Ujar pangeran Mateen.

Vela mendengar itu pun tenganga. 10 bilang nya? Mau ditaruh dimana.

"tidak, itu sangat banyak. di mana awak meletakkannya kemudian?" Tanya Vela.

Pangeran Mateen pun hanya tersenyum lalu ia mendekat dan di kecup nya lah kening Vela. Sedangkan sang dokter tadi sudah undur diri.

"awak tenang. Aku tidak akan membuang gambarnya." Ujar sang Pangeran Mateen.

Vela pun memutar bola mata nya dengan malas. Ia tak suka jika suaminya mubazir. Lebih baik uang nya disimpan saja. Pikirnya.

######################

Saat ini mereka sedang di dalam mobil, sesudah mereka mendapat kan cetakan foto USG nya dan juga mendapat vitamin penguat kandungan.

Pikiran Vela berkenala entah kemana sedangkan Mateen ia memikirkan bagaimana nanti nya ia akan ditinggalkan Vela.

Untung saja mobil ini dikendarai oleh supir. Jika tidak Mateen tak bisa menjamin keselamatan mereka ber-3.

Jika kau pergi nanti. Aku mohon, kamu akan selalu mengingat ku, aku juga gak bakalan nikah lagi. Karena menurut ku, menikah itu satu kali seumur hidup. Buat apa menikah kalo ia akan menikah lagi setelah yang ada hilang. Vela, vela, anda tidak akan pernah diganti di hati saya. jika ayah meminta saya berkahwin semula, maka saya akan menolaknya dengan tegas. cukup dari kamu saya sudah sangat berterima kasih. Ujar batin Mateen.

"Kaka..." panggil Vela.

Pangeran Mateen pun menengok kearah Vela. Alis nya terangkat satu menunjukkan bahwa ia sedang bertanya tetapi lewar alis.

"Aku.. aku mau pulang ke negara ku. Tak apa kan? Misalkan aku sudah tak ada lagi aku mau, aku mau pemakaman ku ada di tanah kelahiran ku. Yaitu Indonesia." Ujar Vela.

Sang Pangeran Mateen pun kaget mendengar itu. Apa kata nya? Pemakaman nya di Indonesia? Sudah ditinggal istri, jauh lagi kalo mau berkunjung. Pikir pangeran Mateen.

Pangeran Mateen pun menggelengkan kepala, tanda nya ia tak setuju. Di negara nya ini, banyak tanah yang kosong. Tapi kenapa Vela menginginkan bermakam di negara nya. indonesia pula.

"Aku tak setuju! Aku akan memakam kan awak disini saja. Semisal aku kangen atau mau berkunjung, aku tak perlu jauh. Juga pasti aku akan sangat rindu sama awak. Janji ya Vela? Setelah awak melahirkan awak harus pengobatan. Aku gak peduli dimana pun kamu menjalani pengobatan, harus sembuh! Berapa pun biaya nya. Ayah dan bunda gak bakalan bangkrut jika harus membiayai rumah sakit mu itu!" Ujar sang pangeran Mateen.

"Tapi ka.. kata dokter, kalo aku mempertahan kan bayi ini, nanti pas lahiran pasti ada yang bakalan di korban kan. Entah itu aku, atau dia." Ujar Vela

Pangeran Mateen menggeleng dengan keras. Ia yakin bahwa istri nya ini bakalan sembuh. Maut tak ada yang tau.

"Gak! Awak harus tetap sembuh, aku bakalan membawa awak kerumah sakit yang terbaik di dunia yaitu rumah sakit Jhon Hopkins Medicine Baltimore, Maryland, AS." Ujar pangeran Mateen.

Vela ternganga mendengar itu. Ia tak bodoh dengan berhubungan AS. Disana adalah negara terbaik didunia. Angkatan militer nya pun sangat kuat.

"Kaka tak perlu membawa ku kesana. Misalkan Tuhan, masih membiarkan aku hidup maka sampai anak kita lahir pun aku masih ada." Ujar Vela.

Sang pangeran Mateen pun hanya bisa meng-hela nafas lelah. Sungguh ia tak bisa di tinggalkan oleh istri nya ini. Vela.

"Yasudah terserah pada mu, tanpa atau atas persetujuan mu aku bakal membawa awak kerumah sakit itu. Diam! Jangan protes! Tidur sini deketan, biar aku bisa mengelus-elus perut mu." Ujar sang Pangeran Mateen.

Memang akhir akhir ini, Vela tak bisa tidur atau tak akan tenang jika sang suami tak meng-elus elus perut buncit nya. Padahal sebelum ia hamil Vela bukan lah seseorang yang manja. Apa apa harus dituruti. Tak seperti sekarang. Jika tidak di turuti maka air mata nya bakalan keluar dengan sendiri nya.

Pangeran Mateen pun sudah terbiasa dengan sikap istri nya itu. Awal awal sih memang susah tapi berjalan nya waktu ia pun terbiasa, padahal awal awal ia sangat bingung dengan tingkah Vela. Tetapi sekarang ia sangat menikmati waktu kebersamaan nya dengan Vela.

"Tidur.. aku akan mengangkat diri mu atau aku bangun kan nanti. Ini masih jauh dari kerajaan ayah." Ujar pangeran Mateen dengan ucapan lirih.





>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Up lagi dong :)

FOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now