BAB 24

415 24 0
                                    

Bukannya tak bahagia, tapi kamunya aja yang kurang bersyukur b:

_____________________

Sekarang Vela sudah berada dikamarnya, kamar yang beberapa bulan ini menjadi saksi bisu tentang dirinya yang menangis. Ya menangis, disaat ia teringat dengan suaminya serta kedua anaknya. Ibu mana yang tak sayang sama kedua anaknya? Ibu mana yang tega meninggalkan kedua anaknya? Haha hanya dirimu Vela. Ujar Vela dalam hati sambil tertawa hambar.

Vela selalu men-stalk entah itu di Instagram atau Twitter tetapi, selalu tak ada hasilnya. Seolah olah semua tentang suaminya itu dikunci rapat. Ia hanya mau melihat keadaan anaknya yang sekarang pasti sudah berumur enam bulan. Selama beberapa bulan belakangan ini, Vela merasa ada yang tak beres sama sang penculik, ia terus bertanya kepada Max, Roby, atau pun bi Ijah. Mereka bertiga selalu menghindar, entah itu apa alasannya. Selama ini Vela hidup dengan nyaman dan sangat mudah untuk digapainya dalam hal materi. Tapi.. satu yang tak bisa ia gapai, cintanya. Ya cinta, dinegara lain ada dua laki laki satu perempuan. Kalau Vela tak mengingat kedua anaknya sudah lama dirinya bunuh diri. Ada suara ketukkan pintu, hal itu membuat Vela kembali kealam sadarnya. Ia membukakan pintu, ternyata yang mengetuk pintu tadi adalah bi Ijah. Bi Ijah menaruh teh hijau nya lalu panit undur diri.

Vela pun mengambil teh hijau tersebut lalu dibawanya kebalkon. Balkon kamarnya lumayan luas, jadi ia bisa seluasa mau gimana disini. Ia memandang cahaya bulan dan bintang saling memancarkan sinarnya. Seolah olah tak ada sinar yang lebih baik dari dirinya. Ia jadi teringat, dimana dirinya dan juga pangeran Mateen.

Flashback

Waktu itu pangeran Mateen juga Vela duduk santai dibalkon. Usia pernikahan mereka masih satu tahun setengah, mereka menikmati keindahan malam yang penuh bintang juga bulan. Karena sifat pangeran Mateen yang jail akhirnya Vela kesel ia pun langsung mencubit perut six pack nya pangeran Mateen.

"Kau curang sayang." Ujar pangeran Mateen sambil mengusap usap perutnya.

"Curang dari mananya sih kak?" Ujar Vela sambil memperhatikan sang suami mengusap usap perutnya.

"Ini sakit Vela." Ujar pangeran Mateen sambil menunjukkan bekas cubitan Vela.

"Uluh uluh.. sakit ya?" Ujar Vela sambil membantu mengusapkan.

Pangeran Mateen pun menganggukkan kepalanya.

"Yasudah sini rebahan dipangkuan ku, mau?" Tanya Vela.

Sontak saja pangeran Mateen langsung menganggukkan kepalanya.

"Vela usap dong!" Ujar pangeran Mateen sambil menarik tangan Vela yang berada diperutnya mengarah kekepalanya.

"Ish! Manja banget sih." Ujar Vela.

Tapi tak ayal ia pun mengusap usap kepala pangeran Mateen.

"Nah gitu dong!" Ujar pangeran Mateen sambil memeluk erat perut Vela yang terbalut baju tidur panjang.

"Kau tau Vel?" Ujar sang pangeran Mateen sambil menatap wajah Vela dari bawah.

"Ada apa?" Tanya Vela yang masih fokus mengusap usap kepala pangeran Mateen.

"Aku sangat sangat mencintai mu."ujar pangeran Mateen lalu mengambil tangan Vela yang ada dikepalanya dan ia cium tangan mungil putih Vela.

"Iya aku tau kok!" Ujar Vela sambil menarik narik tangannya tetapi ditahan oleh pangeran Mateen.

"Biarin dulu ih.. aku mau cium tangan kamu!" Ujar pangeran Mateen sambil menunjukkan wajah nya yang sok imut menurut Vela.

FOR MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang