BAB 36

375 24 4
                                    

Vela pun bangkit dari duduknya. Ia pun menatap sang suami dengan pandangan yang kecewa.

"Aku kecewa sama kakak."

===============

Sekarang Vela berada didalam kamar miliknya juga sang suami-pangeran Mateen-.

Ia kecewa kepada pangeran Mateen karena menganggap ia tak penting. Padahal dirinya kan juga seorang ibu, ibu yang telah melahirkan Delio dan juga Delia. Tapi kenapa sang suami menganggap dirinya tak penting?

Vela berdiri didepan jendela yang besar, diluar sana nampak semua orang lalu lalang. Tak perduli jika panas membakar kulit mereka semua. Vela melamun memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan pernikahan mereka? Apakah setelah ini akan baik baik saja? Atau memang sudah takdirnya mereka-maksudnya Vela dan juga pangeran Mateen- pisah atau bahkan lebih tepatnya cerai? Memikirkan itu semua tak menyadari Vela bahwa sang suami-pangeran Mateen- telah berada dibelakang tubuhnya dan memeluk erat Vela serta hidung yang mengendus leher Vela.

"Sayang.." Ujar sang pangeran Mateen.

Vela pun tak menyahut karena ia masih fokus dengan pemandangan didepan.

Pangeran Mateen pun memiringkan kepalanya agar melihat wajah sang istri.

"Hey!" Seru sang pangeran Mateen.

Tapi tak ada tanda tandanya Vela menoleh atau pun menyahut panggilan itu.

Pangeran Mateen yang geram pun langsung membalikkan badan Vela secara paksa dan akhirnya Vela pun tersadar.

"Eh?" Kaget Vela.

Sang pangeran Mateen pun memanyunkan bibirnya.

"Kau ini! Udah aku panggil berkali kali gak denger? Ada apa sih? Soal Delio sama Delia? Aku minta maaf." Ujar sang pangeran Mateen sambil menunduk.

Vela pun menatap kearah sang suami yang menunduk.

"Kalau kau merasa diri ku tak penting, talak aku sekarang juga." Ujar Vela datar.

Sang pangeran Mateen pun mengangkat wajah nya menatap bola mata Vela yang menatap lurus.

"Kau bercanda? Sampai kapan pun. Aku. Tak. Akan. Menceraikan. Diri mu. Atau pun. Menalak. Diri mu. Sayang!" Ujar sang pangeran Mateen dengan penuh penekanan.

Vela pun tak mengalihkan pandangannya. Ia tetap memandang lurus kedepan.

"Aku tak bercanda. Kakak kemarin sudah terbukti salah, tetapi kakak mengelak. Aku tak tau harus percaya siapa, yang jelas foto tersebut terlihat jelas itu wajah kakak." Ujar Vela setelah itu ia-maksudnya Vela- berlalu kearah kamar mandi.

Sedangkan pangeran Mateen pun menatap nanar kearah pintu kamar mandi.

Memang. Apa yang telah dikatakan istrinya itu memang apa adanya, sekarang ia harus bagaimana? Apakah bertanggung jawab dan menikah dengan Anisha? Memikirkan nya saja membuat dia jiji akan berdua dalam satu ranjang.

Ponsel miliknya bergetar. Sang pangeran Mateen pun memeriksa siapa yang telah menelpone dirinya. Dan ternyata itu Axel.

"Hallo." Ujar sang pangeran Mateen.

"Hallo tuan muda, selamat siang." Ujar Axel.

"Hmm.." Balas sang pangeran Mateen.

Diseberang sana Axel mengebuskan nafas lelahnya.

"Ada apa?" Tanya sang pangeran Mateen.

"Begini tuan muda, kedua anak tuan muda disekap ayah tuan muda. Saya sudah menyelidiki dengan lanjut, motif dia menculik kedua anak tuan muda karena istri tuan muda, yaitu Vela sudah kembali ketangan tuan muda, maka gantinya adalah kedua anak tuan muda." Ujar Axel menjelaskan dengan hati hati.

FOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now