BAB 37

391 17 4
                                    

Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Kansa pun mengangkat teleponenya.

"Halo Kansa..."

==========

Sekarang pangeran Mateen berada dikediaman Axel. Ia penasaran dimana kedua anaknya berada, sang ayah sungguh jahat kepada dirinya.

"Apakah kau sudah menemukan titik terang Axel?" Tanya sang pangeran Mateen.

Sedangkan Axel mendongak kearah sang pangeran Mateen.

"Sebentar tuan." Ujar Axel.

Pangeran Mateen pun menganggukkan kepalanya, setelah itu ia menatap kearah jam tangan miliknya.

Beberapa menit sudah berlalu tetapi Axel tak menemukan titik terang itu. Axel pun menatap kearah sang tuan, sedangkan sang tuan sedang menatap kearah kaca besar yang menampakkan jalan raya yang dilalui banyak orang.

"Tuan.." Panggil Axel kepada sang pangeran Mateen.

Pangeran Mateen pun tersadar dan memusatkan perhatiannya kearah Axel.

"Ada apa?" Tanya pangeran Mateen.

"Sebaiknya tuan kembali saja, bukannya saya mengusir tuan, tetapi sekarang saya tak dapat apa apa." Ujar Axel sambil menunduk.

Pangeran Mateen pun meng'anggukkan kepalanya dan ia pun berdiri dari duduknya.

"Baiklah, lakukan sampai kau dapat. Kedua anak ku pasti sedang menangis karena mereka berdua tak tau siapa orang yang membawa diri mereka. Aku pergi." Ujar sang pangeran Mateen.

Setelah itu pangeran Mateen keluar dari ruangan tadi.

Selama diperjalanan, ia-maksudnya pangeran Mateen- tak fokus. Ia memikirkan istrinya-Vela- padahal Vela baik baik saja.

Jalanan sekarang sedang tak macet. Banyak orang orang memilih jalan kaki dari pada pakai mobil.

Pangeran Mateen pun menancapkan gas dengan kecepatan diatas rata rata.

Saat sampai didepan gerbang istana Brunei, pagar yang menjulang tinggi yang mulanya tertutup akhirnya terbuka lebar. Langsung saja pangeran Mateen menancap gas.

Pangeran Mateen langsung keluar dari mobil dan langsung naik keatas menuju kamarnya.

Saat membuka pintu, ruangan itu kosong. Tak ada siapa siapa.

Kemana Vela? Tanya sang pangeran Mateen dalam hati.

Pangeran Mateen pun berjalan menuju kamar mandi tapi tak ada siapa siapa, bergegas menuju walk in closet tak ada juga.

Pangeran Mateen pun menelpone Axel agar melacak keberadaan sang istri terlebih dahulu.

Tut..tut..

Dering kedua akhirnya diangkat oleh Axel.

"Lacak keberadaan Vela sekarang!" Ujar sang pangeran Mateen langsung mematikan handphonenya sebelum sang lawan bicara mengatakan sesuatu.

Pangeran Mateen duduk disofa yang menghadap arah balkon.

Selama ini hidupnya penuh dengan drama, tak tau kesalahan apa yang telah dilakukan dirinya sehingga Tuhan mengirimkan cobaan dengan banyaknya.

Tak lama handphone pangeran Mateen berbunyi.

Tertera alamat sekarang Vela berada. Bergegas pangeran Mateen berjalan keluar kamarnya. Tak mau memakan waktu lama akhirnya pangeran Mateen memutuskan untuk menggunakan lift saja. Tak butuh waktu berjam jam, akhirnya pangeran Mateen sampai kelantai dasar yang tak ada siapa siapa. Begegas pangeran Mateen berlari kearah bagasi. Setelah masuk kedalam mobil yang tadi ia pakai pangeran Mateen pun menancap gas dengan kecepatan penuh. Entah apa yang membuat ia sekhawatir ini padahal Vela baik baik saja. Sekitar dua puluh menit perjalanan akhirnya pangeran Mateen sampai diperumahan yang disebutkan oleh Axel tadi, sekarang ia sudah berada didepan rumah yang cukup mewah yang berawarna putuh tulang itu. Langsung saja pangeran Mateen keluar dari mobil miliknya, ia tak menoleh lagi karena fokusnya hanya kepada sang istri. Vela.

FOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now