Chapter 1

3.1K 190 15
                                    

Warn
Typo
Yaoi

Tidak pernah ingin mengasihani dan tidak pernah ingin dikasihani.
Bukankah itu prinsip

***

     Kata sempurna memang terdengar terlalu berlebihan untuk menggambarkan seseorang. Namun kau akan mempertimbangkan lagi saat melihat namja yang tengah menyeruput es americano dingin dengan kaki saling bertumpu.

Mata sipitnya terfokus kearah luar kafe, dimana salju tengah berguguran menandakan musim panas telah berakhir. Ia bernafas secara teratur namun dengan mata yang menyiratkan sebuah rencana yang tak pernah terduga oleh siapapun. Namja penuh ambisi yang tak pernah mengutarakan ambisinya. Terlihat pendiam namun mematikan. Berlebihan bukan, tapi itulah Park Jimin. Kau tidak akan pernah tau jalan pikirannya.

Dia tampak bangkit dari tempat duduknya. Menyampirkan tas bermerek guci di pundak dan bersiap melangkahkan kaki hendak keluar dari kafe sebelum pemuda tan yang sedari tadi berceloteh panik menahan pergelangan tangan Jimin.

"mau kemana?"

Pemuda Park itu memutar bola matanya malas, menyesal adalah yang ia rasakan saat ini karena menyanggupi ajakan sahabat aliennya. Ia tahu betul apa yang akan terjadi tapi bukankah tidak ada pilihan saat jadwalmu kosong dan sahabatmu ingin keluar bersamamu.

Ia berfikir ulang bahwa tidur adalah pilihan tepat disela jadwalnya yang padat, tapi hal itu sudah terlambat.

"aku harus menemui seseorang Tae. Berhentilah merengek seperti aku ibumu."

Jimin keluar kafe dengan cepat sedangkan Taehyung menghela nafas pasrah. Ia tidak pernah mengerti mengapa sahabatnya itu tidak pernah lelah dengan rutinitasnya.

Taehyung ikut bangkit dan meraih coat serta memakainya. Mengambil laptop yang sedari tadi terbuka menampilkan paragraf demi paragraf yang setia menemaninya setiap hari. Karna faktanya ia juga seorang workaholic, dimana hidupnya tidak pernah lepas dari pekerjaan. Namun ia menyangkal jika harus disamakan dengan seorang Park Jimin. Selain workaholic dia juga licik. Kau tidak akan pernah membayangkan seberapa liciknya dia.

     Akhir akhir ini Park Jimin tengah disibukan dengan permintaan atasannya. Dengan alasan karena mereka tengah mempersiapkan kerjasama antara perusahaan tempatnya bekerja dengan perusahaan milik rekan atasannya itu. Ceroboh memang, menyetujui kerjasama hanya karena mereka menjalin persahabatan. Tapi apalah daya Jimin hanya sekretaris yang harus menyanggupi permintaan tanpa protes. Toh atasannya tidak akan bangkrut hanya karena menutup satu perusahaan.

Tapi apakah menemani makan siang termasuk kedalam pekerjaan. Merengek apabila ia menolak dan mengancam mogok makan seperti bocah sd. Jimin tidak akan mengambil resiko bekerja dua kali lipat karena atasannya sakit.

"apakah kau suka dengan hidangannya Jiminie, kalau kau suka kita bisa setiap hari berkunjung kesini. Kebetulan kafe ini adalah salah satu cabang perusahaanku."

Jimin melotot tidak percaya, sejak kapan ia mempunyai kafe.

"tadi pagi aku membeli tempat ini. Bagaimana menurutmu, bukankah letaknya sangat strategis?"

Jimin menghela nafas pasrah, atasannya itu memang sulit ditebak. Tapi setiap langkah yang ia ambil akan selalu berjalan baik, seperti sudah dipersiapkan jauh jauh hari tanpa memeperlihatkan jika ia bisa berfikir. Maksudnya bagaimana orang tua aneh dan idiot ini berfikir sangat jauh, sedangkan ia selalu bertingkah konyol dan membuat kesal setiap hari.

HEARTBEAT [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora