chapter 2

1.5K 148 20
                                    

Warning
Typo
Selamat membaca

***

      Hari masih begitu pagi saat Park Jimin keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, ia mengesah karena paling malas saat harus keramas dipagi hari. Matanya tidak berhenti melemparkan pandangan horor kearah Taehyung yang berjalan mengekori. Muak sekali melihat wajah tak berdosa yang selalu ia perlihatkan saat dengan kurang ajar melakukan hal tak senonoh dengan semaunya.

"jangan merajuk baby, aku hanya melakukan satu kali."

Telunjuk panjangnya mengacungkan angka satu, senyum kotak tidak pernah tertinggal melengkapi sifat konyol seorang Taehyung.

"lain kali ikat jari jarimu agar tidak berlaku kuarang ajar."

Jimin meninggalkan Taehyung yang saat ini sedang melemparkan smirknya.

"tapi jariku semakin panjang kan Jiminie, kau suka kan dengan jariku. Apalagi jari teng-"

"diam atau kumasukan kau kedalam mesin cuci."

Dua sejoli itu terus saja saling berteriak, seakan menjadi rutinitas tiap paginya. Si mungil tidak habis fikir, untuk apa Taehyung mempunyai kekasih jika ia memilih datang menemui Jimin dan menghajarnya semalaman. Apa kekasihnya saja tidak cukup, ia benar benar tidak ikhlas jika harus dijadikan pelampiasan karena ketidak becusan kekasih seorang Taehyung dalam hal memuaskan.

     Jimin masuk kedalam mobil dengan wajah yang tidak ramah.

"kau yakin hari ini bekerja Jim, aku pikir lebih baik kau istirahat saja dulu."

"ada rapat penting hari ini, aku tidak yakin pak tua itu bisa mengurusnya."

"baiklah terserahmu saja, kita berangkat."

Mobil melaju secara perlahan, menuju kantor dimana tempat Jimin bekerja.

***

"apa berkas berkasnya sudah siap? Lima belas menit lagi rapat akan dimulai."

"sudah pak, semua sudah saya persiapkan."

"kerja bagus Jimin ah"

     Kim Seokjin mode serius adalah manusia paling sempurna di mata Jimin, ia akan terlihat begitu berkharisma dan seksi. Seandainya sifat itu tidak ditunjukan hanya saat bertemu kliennya mungkin saat ini Jimin sudah jatuh dalam pesonanya. Tapi ia sangat menyayangkan kelakuan asli yang jauh dari kata dewasa.

Seperti saat ini, rapat telah usai dan satu persatu klien meninggalkan ruangan dengan wajah puas karena kinerja Kim Seokjin. Meninggalkan pemeran utama yang kini tengah fokus mengetikan sesuatu di laptopnya.

"Jimin ah kita makan siang bersama."

Jimin membatalkan niatnya untuk beranjak, ia sangat yakin hal ini akan terjadi. Apa pak tua itu tidak merasa bersalah saat ia mengekang Jimin.

"baik pak."

Tidak ada penolakan dari labium tebal itu, ia sangat tahu diri jika atasannya itu terkenal gila dan tak berbelas kasihan untuk memecat karyawannya. Tentu saja Jimin masih sayang uang dan pekerjaan yang selama ini menghidupinya.

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now