Chapter 21

777 98 18
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Namjoon menginjakan kaki di bandara dengan wanita yang sibuk bergelayut manja di lengan kirinya, perempuan itu bersikap cuek meski beberapa wartawan menggunjingkan kelakuannya. Mengingat Namjoon baru saja melaksanakan sebuah pernikahan meski tidak dibuka secara umum, bukankah tidak sopan menempel pada suami orang meskipun bersahabat sejak kecil sekalipun. Apalagi wanita itu juga sudah menikah.

"seharusnya wanita itu menjaga sikap, bukankah dia seorang public figur."

"kau benar, Kim Jisoo sedari dulu memang bermuka badak."

"kau ingat saat dia tiba-tiba menghilang, dengan alasan tidak masuk akal melanjutkan pendidikan. Padalah jelas-jelas riwayat pendidikannya hanya lulusan SMA."

Itulah bisikan beberapa wartawan, Namjoon terlihat geram. Ia tidak suka ada pandangan miring terhadap Jisoo, ia merasa dirinyalah yang perlu bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada wanita itu. Mengingat apa yang sudah dilakukannya di masa lampau.

"Jimin tolong bawa koporku dong." celetuk wanits itu sambil menyodorkan kopor yang cukup besar.

Si mungil yang menyambut kedatangan mereka membulatkan matanya, apa-apaan wanita ini. Ia tidak segera bergerak melainkan meminta pendapat dari sang suami, meski jawaban yang ia terima tidak sesuai ekspetasi.

"bawa saja Jimin-ah." Namjoon berkata cukup tenang.

"sial."

Jimin menghentakan kopor itu, ia melenggang pergi meninggalkan beberapa orang yang melongo akibat perbuatannya. Tak terkecuali Jeon Jungkook yang menyunggingkan senyum smirk dan menyusul si mungil pergi dari sana.

"untuk apa kau punya uang, jika membawa kopor saja minta pada istrimu. Dan kau Kim Jisoo, tolong jaga sikap."

Seokjin ikut melenggang pergi, memastikan jika Jimin baik-baik saja.  Tidak memedulikan tatapan heran dari orang-orang sekitar. Namjoon merasa serba salah.

Jimin memasuki mobil dan meminta sopir segera pergi ke apartemennya, ia perlu mendinginkan kepala. Hal itu tidak luput dari pengawasan Jungkook serta Seokjin yang tidak jauh dari sana.

"Jungkookie kau susul Jimin, aku harus membantu pria bodoh itu membawa beberapa barang." Seokjin terlihat geram, meskipun ia ingin memastika pria itu baik-baik saja. Tidak mungkin dirinya meninggalkan Namjoon sendirian.

"iya paman, terima kasih."

Jungkook memesan taksi dan mengikuti kemana Jimin pergi, ia terus bertsnya dalam hati. Kenapa orang tuanya tidak punya perasaan sama sekali. Seharusnya mereka malu menyeret kehidupan lain hanya untuk dipermaikan di panggung sandiwaranya. Apa kehadirannya saja tidak cukup?

Jungkook memasuki apartemen lama milik ibu tirinya, ia menyusul Jimin dengan sedikit berlari.

"Jimin-ah kau tak apa?"

"sialan sekali ayahmu Jungkook, bisa-bisanya dia setuju aku disuruh membawakan kopor jalang itu. Ia kira aku cinderela yang akan menurut begitu saja sehingga..."

Jimin tidak melanjutkan kata-katanya, ia melihat pemuda kelinci itu bergeming di ambang pintu.

"maafkan aku Jungkook, aku tidak bermaksud mengatakan ibumu jalang."

"tidak masalah Jiminie, dia memang pantas mendapat julukan itu."

Jimin membeku, ia tidak bisa berkomentar.

"tidak, bagaimanapun dia ibumu."

"ibu mana yang tidak mau mengurus anaknya, ibu mana yang menganggap anaknya kesalahan, ibu mana yang membiarkanku hidup tanpa kasih sayang yang jelas-jelas aku berada dekat dengan jangkauannya."

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now