chapter 35

706 91 32
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Empat tahun berlalu, mungkin bukanlah waktu singkat untuk Jimin mempertahankan status single parent. Entah karena alasan apa, namun keraguan masih senantiasa menginvansi, meskipun bocah dengan mata besar, hidung mancung dan gigi kelinci sudah menganggap Taehyung adalah ayahnya.
Ia juga lebih menempel pada alien itu dibandingkan dengan Jimin, bahkan sifat konyol dan aneh seorang Taehyung menurun pada bocah itu.

Lelah yang dirasakannya seketika sirna saat melihat sang anak, ia akan menyambut Jimin dengan binar dan senyumnya yang teramat menggemaskan. Menanyakan bagaimana pekerjaan Jimin dan tentu saja kenapa ia tidak pulang bersama dengan papa taetae.

"papa masih bekerja Jungminie, mungkin kafe sedang ramai." ucap pria bersurai blonde itu. Jimin mengubah penampilannya, seiring dengan profesinya saat ini. Penari sekaligus guru les tari, ia mengikuti saran dari Hoseok agar tidak terlalu meninggalkan dan melupakan impiannya. Manusia mempunyai hak penuh untuk menenetukan kehidupannya. Pria itu juga memberikan wewenang penuh pada Jimin atas studio tari miliknya, mengingat Hoseok cukup sibuk dengan karirnya sebagai seorang idol.

Jungmin tampak menggembungkan pipi, sepertinya ia merajuk. Bisa Jimin tebak jika Taehyung sudah menjanjikan sesuatu pada bocah yang ada dihadapannya. Jimin merendahkan tubuhnya, ia mengusap rambut sang anak lalu bertanya dengan lembut.

"ada apa hmm, apa papa mengatakan sesuatu pada Jungminie?" bocah itu tidak langsung menjawab, hanya saja ia tampak melempar tatapan ragu.

Bocah kelinci itu mengepalkan tangannya, "kata papa kita akan menemui kakek."

Helaan napas terdengar, salahkan dirinya yang begitu membenci Namjoon. Ia tidak rela jika anaknya berdekatan dengan pria egois itu, meski hubungan semakin membaik bukan berarti bisa menghapus luka lama.

"ya sudah, sekarang Jungminie mandi, makan lalu bersiap. Kita tunggu papa tae pulang dulu." ucapnya final, Jungmin menatapnya bahagia. Meski ia begitu dimanja justru Jungmin tidak pernah egois. Bocah itu akan memikirkan dulu kira-kira apa dampak dari perbuatannya. Ia sangat anti membuat sang ibu bersedih.

Ia berlari kekamar seiring dengan seseorang yang masuk kedalam rumah dengan tergesa.

"Jimin aku.." pria tan yang baru datang dengan pakaian khas seorang Barista. Hanya saja tidak ada celemek. Dasinya sedikit melonggar dengan lelehan keringat di pelipis, tampaknya ia baru saja berlari. Bau kopi masih tercium, entah kopi alami atau parfum yang baru ia beli. Taehyung yang sekarang benar-benar berbeda, bukanlah maniak pembunuhan sadis lagi melainkan maniak kopi.

"kau menjanjikan sesuatu pada Jungmin, lebih baik segera ditepati." ucap Jimin dingin.

"maafkan aku Jimin, hanya saja kemarin Namjoon menghubungiku dan berkata ingin bertemu cucu..." Taehyung bergeming, ia tidak melanjutkan perkataannya karena Jimin pergi begitu saja. Sungguh ia merasa bersalah.

     Kedua orang itu begitu ceria Meski sebelumnya Jungmin merajuk karena Jimin yang tidak mau ikut tapi bocah itu akhirnya mengerti jika sang ibu tengah kelelahan. keluar rumah dengan mobil yang terbilang sederhana namun terlihat antik. Taehyung pernah menyarankan untuk membeli mobil mewah saja, ia juga menawarkan tabungan yang selama ini telah terkumpul. Tapi Jimin menolak dengan alasan itu bukanlah uang halal, Jimin tidak mau ambil risiko. Ia memang menerima Taehyung, tapi bukan segalanya tentang Taehyung.

Maka dari itu keduanya sepakat untuk membeli mobil bekas namun masih berfungsi baik menggunakan uang hasil usaha pembukaan sebuah kafe yang diberikan oleh  Min Yoongi. Lalu kemana tabungan Kim Taehyung, entahlah. Pria tan itu tidak pernah bercerita, hanya saja ada sedikit kabar jika ia sering mengunjungi sebuah panti.

HEARTBEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang