chapter 13

845 100 11
                                    

Warning
Typo
Selamat membaca

***

       Setelah lulus mereka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Seokjin yang memilih jurusan bisnis sedangkan Namjoon lebih memilih jurusan yang memudahkannya untuk menjadi seorang polisi. Merupakan cita-cita yang selalu diungkapkannya semenjak ia berusia tiga tahun.

Berbeda dengan Jisoo, ia lebih memilih menekuni di dunia permodelan. Sejak dulu ia selalu ingin menjadi seorang aktris.
Bahkan tak ayal ia juga sempat menekuni bidang Akting sehingga namanya cukup dikenal dengan baik.

       pada suatu hari gadis itu mengajak kedua orang sahabatnya untuk berkumpul. Alasannya adalah rindu. Tentu saja Namjoon maupun Seokjin menurutinya, dia satu satunya wanita diantara mereka. Satu satunya yang harus selalu dijaga.

Bir sudah tersedia dihadapan mereka, obrolan ringan terlanntun menyertai kebersamaannya.

"Seokjin ah, kudengar ayahmu akan segera menurunkan jabatannya padamu."

Seokjin mengangguk atas pertanyaan Jisoo, sebenarnya ia malas harus membahas hal seperti ini. Sedangkan Namjoon menatap hal itu tidak suka. Karena perhatian wanita itu benar benar teralihkan tanpa mempedulikannya, ia terlihat begitu senang dengan wajah yang berbinar.

Sudah rahasia umum jika Namjoon memang mencintai gadis itu, namun ia tidak diberi keberanian untuk mengungkapkannya. Kim Seokjin terkadang merasa gemas dan pusing dengan kisah cinta mereka berdua, tapi ia tidak mau ikut campur dalam hal ini.
Biarlah mereka menyelesaikannya sendiri.

Jam sudah menunjuk hampir tengah malam, Jisoo tertidur karena terlalu banyak minum. Wajahnya memerah dan bibirnya terus menggumamkan sesuatu yang tidak jelas.

"kau saja yang mengantar Namjoon ah, aku akan segera pulang."

"tapi.."

"...."

Seokjin beranjak dari tempat, menyampirkan tas kebahu lebarnya dan mengambil kunci mobil yang kemudian dilemparkan kearah Namjoon.

"pakailah mobilku."

Ujarnya sambil melangkah meninggalkan tempat tersebut.

Namjoon menghela nafas berat, ia memandang Jisoo penuh puja. Memuji kecantikan yang dimiliki gadis itu, ia seperti aprodite sang dewi kecantikan. Terdengar berlebihan, tapi siapa yang tahu isi hati seorang yang dilanda asmara. Dengan sigap ia menggedong Jisoo ala bridal style. Mendudukan ke kursi penumpang dan segera mengantar ke apartemennya.

Apartemen itu sedikit gelap, Namjoon segera membawa gadis itu ke kamarnya. Ia sudah tau bagaimana isi apartemen ini karena mereka sering bermain bersama. Lebih tepatnya bertiga bersama Seokjin dan baru kali ini ia berdua didalam apartemen.

Saat menurunkan Jisoo keranjang Namjoon tidak menduga jika ia akan ditarik, membuatnya terhuyung dan berakhir mengukung gadis itu.

Matanya melotot dan jantungnya berdegup kencang.

"aku mencintaimu Namjoon ah."

      Matanya sedikit terbuka meskipun sayu, ia berbisik kearah telinga Namjoon. Dengan cepat ditariknya wajah Namjoon yang masih cengo mencerna apa yang dikatakan sang sahabat. Menyatukan kedua labium itu dan tenggelam dalam dunianya.

Namjoon yang merasa diinginkan, merasa jika cintanya terbalas dengan cepat membalik keadaan. Dia mendominasi sahabatnya saat ini, berakhir dengan saling mendesah tanpa memikirkan resiko yang akan mereka hadapi nantinya.

      Mereka bertiga saat ini tengah berkumpul, setelah Jisoo datang dengan mata berkaca kaca mengatakan jika dirinya positif hamil.
Seokjin sempat marah dan memukul keras rahang saudaranya. Ia merutuki kebodohan Namjoon saat itu, tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang adalah bagaimana menghadapi masalah ini tanpa harus mengorbankan nyawa yang tidak berdosa.

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now