Chapter 33

639 85 25
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Aroma panggangan mengusik tidurnya, Jimin membuka mata dan berjalan gontai menuju ruangan yang lebih mirip dengan sebuah toko roti. Ia mendapati pria berbahu lebar tengah memotong roti panggang yang terlihat begitu lezat. Sepertinya pria itu tidak menyadari sebelum Jimin berdiri disampingnya dengan mata penuh binar.

"kelihatannya sangat lezat." ujarnya sambil melempar pandangan pada pria jangkung itu, Seokjin sedikit tercekat saat dirinya yang justru sibuk menekiti penampilan Jimin. Rambut yang sedikit teracak dengan piyama satin berwarna putih gading dan garis emas di tiap ujungnya. Terlihat begitu cocok dengan warna dasar dari kulit pria mungil itu. Ia sedikit meringis saat mendapati bercak merah yang ketara di bagian leher pria itu.

"aku sungguh minta maaf Jimin-ssi." Seokjin berkata pelan sambil mengusap noda itu, Jimin hanya mendongak dan menatap pria jangkung itu polos. Mulutnya penuh dengan roti.

"sejujurnya aku tidak mengerti dengan setiap pria yang dekat denganku, mereka suka sekali membuat tanda bahkan mengklaim jika sku milik mereka. Seokjin-ssi kau juga." ucapnya pelan.

"tapi aku merasa terbiasa dengan hal seperti itu, mungkin di awal aku akan terbawa perasaan. Tapi setelah aku mengalami semuanya ternyata itu hanya nafsu belaka. Kau pasti mengerti kan setelah aku menceritakan semuanya semalam?" ujarnya melanjutkan, ia kembali memasukan roti panggang kedalam mulutnya.

Seokjin menghela napas pasrah, sesuangguhnya ia tidak terima jika dikatai perbuatan yang ia lakukan hanya nafsu belaka karena dia memang benar-benar tulus. Hanya saja circle yang menimpanya sangatlah tidak sehat, ia tidak punya kekuatan ataupun kepercayaan diri seperti Namjoon untuk menjalani hidup sesuai kehendaknya. Ia terikat, ia tidak bisa terlepas.

Jimin kembali bergumam, "ngomong-ngomong pertunanganmu dengan gadis pemilik perusahaan kecantikan itu kapan di adakan."

Tidak heran jika Jimin mengetahui hal tersebut, karena semalam ia meminta Seokjin menceritakan tentang dirinya sebagai imbalan.

"kurasa kurang lebih seminggu lagi."

"dan kau malah sibuk mengurusiku, apa calon istrimu tidak merajuk?"

"aku tidak peduli, ini hanya pernikahan status untuk kedua kalinya. Jimin kuharap setelah ini kau lebih terbuka padaku."

"apa yang membuatku menarik sih, sampai kalian terobsesi dengan kehidupanku. Cukup Seokjin-ssi, aku sudah mulai menjalani hidup baru. Kau tidak perlu repot-repot mengurusku."

Seokjin menangkup wajah pria mungil di hadapannya, kembali mengecup bibir tebal itu sebelum di ikuti dengan rajukkan.

"hentikan,"

"kita teman bukan?" Seokjin menjulurkan kelingkingnya, disambut dengan kelingking pendek yang mengaitnya gemas. Pria jangkung itu terpekik geli, ia membawa kelingking mungil itu dan mengigitnya pelan.

"Seokjin."

Setelah acara liburan berlalu Jimin kembali ke apartemen dengan barang bawaan cukup banyak, ia sempat mendapat rajukan dari sang alien. Namun sogokan berupa piza dan burger mampu membungkamnya dengan cepat. Pria itu sibuk membantu Jimin berbenah.

"kemarin prekedel kentang datang menanyakanmu." ujarnya pelan. Jimin mengernyit, maksudnya Namjoon mungkin.

"Namjoon?" ujarnya singkat lalu dibalas anggukan. Jimin menghela napas kasar, ia kembali sibuk membereskan beberapa makanan kedalam kulkas.

"jangan hiraukan dia," ia meneruskan. Taehyung hanya mengangguk lucu, kembli sibuk dengan memisahkan isian burger antara sayur dan daging.

"sayurnya juga dimakan Tae." ucap Jimin merenggut. Taehyung cengengesan, ia tidak begitu menyukai sayuran, apalagi tomat.

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now