chapter 37

704 91 50
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Tahun pertama terlalu bersemangat, Jungkook bahkan sudah mampu membeli apartement di daerah Busan melalui sahabatnya di Korea. Ia ingin mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Merancang masa depan yang teramat indah, menurut versinya. Mengumpulkan tabungan sebanyak-banyaknya dan meraih prestasi sebagus mungkin untuk masa depan yang menjanjikan. Ia ingin fokus pada tujuan utama, meskipun seseorang datang dan sedikit menyendat usahanya.

Seorang gadis keturunan Thailand yang tinggal di Jerman sendirian dan jauh dari keluarga, ia cukup pemberani mengambil keputusan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.

"aku ingin membuktikan jika perempuan tidak hanya pergi ke dapur, kami juga bisa sukses." ucapnya bersemangat. Meskipun Jungkook begitu dingin menghadapi Lisa, perempuan itu tampak tidak terganggu. Banyak bicara meski tidak di tanggap sekalipun.

Perlahan Jungkook mulai terbuka, ia mendengar sedikitnya masalah yang dihadapi wanita itu. Dari mulai sang ibu yang menjodohkannya dengan pria asing dan sang ayah yang menginginkan ia tetap berdiam diri di rumah hanya untuk mendengar ocehan berupa perbandingan dirinya dengan sang kakak. Meski sekalipun Jungkook tidak pernah menceritakan kehidupannya.

"Jungkook-ah, kulihat kau sangat bekerja keras. Apa ada seseorang yang ingin kau nikahi sehingga mengharuskanmu untuk menabung biaya pernikahan?"

Jungkook sedikit bergeming, "bisa dibilang begitu."

"astaga betapa beruntungnya dia, kau tampan, bertanggung jawab dan tampan."

"kau mengucapkan tampan dua kali."

"benarkah? Tapi kau memang tampan."

Mungkin cerita tersebut begitu klasik untuk sebuah persahabatan. Namun seiring berjalannya waktu keduanya semakin dekat. Saling membantu saat membutuhkan.

"kalian pacaran?" ucap salah satu mahasiswa.

"tentu saja," ucap Lisa cepat, Jungkook tidak terima. Namun gadis itu memberikan kode, Jungkook rasa tidak bukan masalah besar. Lagipula sebentar lagi kelulusan. Jerman hanyalah tempat sementara, rumor yang di buat tidak akan berarti dalam hidupnya.

Pria kelinci itu tidak menanggapi, ia segera pergi dari tempat tersebut. Dapat ia dengar Lisa menyusul dari belakang.

"maaf ya, aku tidak mau kau risih dengan para wanita yang menggodamu." ujar Lisa enteng.

"terserah,"

      Tahun terkahir kelulusan. Jam menunjuk pukul sembilan malam, perasannya tidak tenang. Gedoran pintu di tengah hujan, mengintrupsi kegiatannya. Ia menyimpan arloji yang hendak di bungkus dan dijadikan oleh-oleh untuk seseorang yang ia rindui  empat tahun lamanya.

Pria kelinci itu membuka pintu dan mendapati seorang gadis dengan tampilan teramat kacau. Ia menjatuhkan diri dipelukan Jungkook, terisak pilu seperti menumpahkan segala kekecewaan dan amarah.
Jungkook menuntunnya masuk, memberikan sehelai handuk dan meminta untuk membersihkan diri. Menyiapkan pakaian kering berupa kaos dan celana training.

Lisa meminum coklat panas di tangannya, uap mengepul menerpa ujung rambutnya yang masih basah.

"ada apa?" pertama kalinya Jungkook memulai topik. Biasanya Lisa yang akan bertanya dan terus berbicara. Bibir merah itu bergetar, ia kembali menangis terisak.

"aku hamil,"

Seketika hening, hujan yang mereda membuat suasana begitu canggung. Jungkook tidak berniat memulai topik lagi sebelum Lisa kembali berbicara.

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now