chapter 25

716 110 12
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Namjoon menatap tidak percaya pada wanita yang kini tengah sibuk memilih dress yang akan ia gunakan untuk makan malam bersama dengan rekan kerjanya, ia dipanggil kemari hanya untuk memilihkan mana dress yang sekiranya cocok untuk digunakan.

"kau merusak kencanku hanya untuk ini Jisoo-ya?" tanya Namjoon geram.

"memangnya kenapa Namjoon, bukankan kau selalu bisa memenuhinya meskipun permintaanku sedikit konyol. Ingat, kemarin saja kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untuk menemaniku membeli es krim." ucapnya enteng, ia mengembalikan ponsel milik Namjoon setelah meminjamnya dengan alasan lupa mengisi saldo pulsa.

Pemuda jangkung itu tampak semakin geram, pikirannya justru tertuju pada si mungil yang mungkin saat tengah kebingungan. Berdesakkan dengan orang-orang hanya untuk menonton kembang api. Entah mengapa perasaannya semakin tidak enak, ia memikirkan sesuatu yang buruk tengah terjadi. Dengan cepat ia menelpon anak buahnya untuk memastikan keberadaan si mungil.

"apa kau sudah selesai, aku akan pergi." ujar Namjoon dingin.

"apa kau tidak akan menyempatkan untuk menemaniku makan malam? Aku akan mengenalkanmu pada teman-temanku."

"kenapa kau tidak mengajak Seokjin saja, bukannya malah mengajakku yang bukan siapa-siapap?"

"...."

Jisoo tidak menjawab, ia justru mematung di tempat dengan tangan yang mengepal. Memikirkan Seokjin yang akan menceraikannya saja ia terlalu kesal dan sekarang Namjoon yang mengatakan dirinya bukan siapa-siapa. Ia tidak rela jika kehilangan orang-orang terdekat akibat kehadiran Jimin. Bagaimanapun caranya Jisoo akan terus mempertahankan mereka berdua, Jimin hanya orang asing yang tidak sengaja terseret pada masalah kehidupan ketiganya.

~

"Jimin bangunlah sayang," liquid bening senantiasa meleleh, pria tan itu terus menggenggam erat tangan mungil yang terasa begitu dingin. Tuan Kim yang sedari tadi memerhatikan gerak-gerik Taehyung hanya menatap tidak percaya atas tindakan sang anak yang memintanya untuk membunuh Jimin. Ia tidak habis pikir, sebenarnya apa yang Namjoon rencanakan. Anak itu sudah terlalu jauh melenceng dari pengawasannya.

Jika memang ia ingin menghabisi pria mungil itu, lalu apa gunanya Namjoon menikahinya terlebih dahulu.

"aku pergi dulu Taehyung, aku ingin memastikan sesuatu." ujarnya pelan.

Taehyung mengeratkan tangannya, ia merasa geram karena telah di khianati. Bukankan Taehyung sudah mewanti-wanti jika ia akan melakukan apapun demi Jiminnya? Tapi pada kenyataan, ia justru di minta untuk menyakiti pria itu.

Korban baru dengan setelan kameja warna kuning keemasan, rambut pirang dan berperawakan mungil.

Ia tidak menyangka jika itu adalah Jimin. Taehyung kembali menutup mata, mengalirkan liquid bening sambil mengecup tangan bantet begitu lama. Mengulurkan jari-jari panjang untuk mengelus perban yang membalut leher mulus itu. Namun tiba-tiba saja tanganya terasa lemas, bergetar hebat dan berakhir ditarik untuk menjauh.

Seharusnya ia menyadari sejak awal, dimana feromon yang terhirup begitu tidak asing. Kepalanya hanya dipenuhi kabut nafsu dan hasrat untuk membunuh, ia memang monster.

"Jimin maafkan aku," ucapnya lirih, tentu saja tidak ada sahutan. Melainkan nafas pelan berhembus dari pemuda mungil dengan kulit yang memucat.

~

Sampai di rumah Namjoon hanya disambut keheningan, ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan. Di tengah-tengah kebingungan ketukan pintu mengintrupsinya. Segera ia membuka pintu mengingat para maid pasti sudah tertidur, ini tengah malam. Terlalu mencurigakan untuk seseorang bertamu.

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now