chapter 16

841 95 14
                                    

Warning
Typo
Selamat membaca

***

     Jimin mulai mengemasi beberaap barang  yang sekiranya ia butuhkan, setelah semua terkumpul bibir tebalnya menyunggingkan senyum puas. Ia selalu menyiapkan segala sesuatunya dengan baik, bahkan hanya untuk mengisi jadwal dihari liburnya sekalipun.  Mungkin karena terlalu sibuk dengan kegiatannya ia tidak menyadari kedatangan seseorang.

Tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggang rampingnya, ia tersentak dan sedikit menoleh untuk memastikan siapakah gerangan si pelaku. Hingga pada akhirnya manik coklat itu membulat sempurna.

"Jungkook, sejak kapan kau masuk kesini?"

Pemuda kelinci itu tidak mengindahkan pertanyaan si mungil, ia malah sibuk menduselkan wajah dan mencari posisi nyaman di ceruk leher si mungil.

"kau sedang apa Jimin-ah, kenapa terlihat sibuk sekali."

Pemuda manis itu hanya menyugar rambut pirangnya kebelakang, ia memutar tubuhnya agar berhadapan langsung dengan pemuda yang kini berstatus anaknya.

"besok aku mulai bekerja, rasanya sangat bosan berada dirumah."

"tapi liburanmu masih tersisa tiga hari Jimin."  Intrupsi seseorang yang muncul dari balik pintu.

      Kedua orang yang sedang berhadapan mengalihkan atensi pada suara bariton yang memecah keheningan. Jimin dapat melihat Namjoon yang datang menggunakan balutan piama sutra berwarna biru tua yang senada dengan piama yang ia kenakan.  ia tampak begitu gagah karena kain itu tidak mampu menutupi bentuk ototnya.

      Jimin terlihat kikuk saat mengingat kejadian tadi sore ketika Namjoon mengantar ia ke apartemennya. Kejadian yang tidak pernah ingin diingat selama hidupnya.

"aku bosan dirumah terus, lagipula aku tidak terbiasa dengan penyia-nyiaan waktu Namjoon."

Jimin mencoba mengalihkan pandangan, sangat terlihat jika ia berusaha menghindari tatapan Namjoon. Keheningan melanda ketiga pemuda itu, namun intrupsi singkat dari pria termuda memecah semuanya.

"aku kekamar."

Namjoon memandang kepergian Jungkook dengan heran, ia mengalihkan maniknya kearah Jimin yang mulai sibuk membereskan beberapa barang yang tersisa.

"kau sudah mulai mengambil hati Jungkook, aku benar-benar sulit mempercayainya."

Jimin tidak memedulikan perkataan sang suami, ia mulai membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga sebatas dada. Namun saat ia berusaha menutup dua manik kembarnya, ia merasa terganggu dengan suara derit ranjang yang dinaiki seseorang.

     Ia dapat merasakan lengan besar itu mulai memeluk pinggang rampingnya dan mengusap area perut yang membuat Jimin sedikit mengerutkan alisnya karena merasa geli. Tangan kecilnya ia bawa untuk menahan gerakan yang lebih besar, namun usaha yang si mungil lakukan sia-sia. Karena rasa geli di area lain membuatnya terpaksa menoleh.

"apa yang kau lakukan Namjoon?"

Jimin menahan tangan lain Namjoon yang mulai merambat kearea bokong sintalnya. Sedikit menutup mata saat tangan itu dengan nakal meremas bongkahan sintalnya.

"apa?"

Namjoon menampilkan raut penasaran disana, ia seperti seorang polos yang tidak sedang melakukan tindakan cabul yang tengah berlangsung.

"ingat! Yang seperti ini tidak ada dalam kesepakatan Namjoon, lagipula lubangku sangat sakit. Seharusnya aku mendapat kompensasi atas tindakanmu yang melanggar aturan."

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now