chapter 9

1K 125 39
                                    

Warning 🔞
Typo
Selamat membaca

***

      Malam semakin larut, namun apartemen Jimin masih menunjukan tanda tanda kehidupan. Dua sejoli yang sulit untuk dipisahkan tengah sibuk didunianya masing masing. Jimin hanya pasrah saat lehernya terus dikecupi dengan brutal, sesekali ia melenguh dan memukul pelaku saat dirasa terlalu berlebihan.

Jari jari bantet itu masih sibuk mengetikan sesuatu di papan ketik dan menampilkan beberapa paragraf di layar monitor yang menyala. Sesekali dirinya menyambar kopi yang ada di atas meja dan meminumnya. Kembali berkutat dengan pekerjaan tanpa mempedulikan orang yang terus menjamah tubuhnya dengan bersemangat.

"hnnggh Tae, apa kau bisa diam sebentar?"

Jimin mendelik tajam saat tangan besar itu mulai masuk kedalam kaos tipis yang ia kenakan, dengan gemas Taehyung memelintir nipple yang bersembunyi didalam kaos itu dan mengakibatkan tubuh si mungil menegang.

"aku merindukanmu sayang."

Jimin tidak terlalu menanggapi. Ia menghela nafas kasar.

"kemarin Irene menanyakan keberadaanmu. Apa kau belum menemuinya. Ia spam chat dan mengangguku bodoh. Sebaiknya kau temui dirinya dulu."

Taehyung memutar bola matanya malas, tangannya memeluk pinggang Jimin posesif. Wajahnya mendusel kearah leher si mungil dan berakhir dengan gigitan disana.

Tidak mengindahkan ucapan Jimin tentang kekasihnya Taehyung justru melempar pertanyaan yang lain. Matanya terfokus pada bekas keunguan yang ia yakini tercipta beberapa hari yang lalu.

"apa aku ketinggalan sesuatu."

"maksudmu?"

Taehyung mengangkat Jimin yang masih keheranan, menggendongnya ala koala dan membawanya kedalam kamar.

"aku belum selesai bodoh."

Jimin berontak namun berakhir dengan dirinya terlentang pasrah diatas kasur. Bagaimana ia bisa menolak jika saja tenaganya terlampau jauh, dirinya hanya bisa membalas lumatan brutal dari Taehyung dan mendesah tidak karuan saat tangan besarnya meremas bokong sintal dibawah sana.

"apa kau dijamah seseorang saat aku pergi."

Jimin meraup oksigen dengan rakus, matanya tampak sayu. Tubuhnya terasa begitu lemas, sendi sendi seperti baru saja dilolosi. Ditambah bajunya robek akibat tarikan yang diberikan alien itu. Apa dia sudah gila, Jimin masih berusaha mencerna situasi apa yang tengah terjadi.

Kembali Jimin memekik saat celananya ditarik dengan brutal, mengakibatkan keadaannya saat ini full naked. Sedangkan Taehyung masih berpakaian dengan lengkap.

Jimin menutup matanya saat dirasa sesuatu yang keras berusaha menerobos lubang analnya. Selalu seperti ini, jari panjang itu akan menyentuh titik nikmat hanya dalam sekali tusukan.

"akkkhh ah Taeehh."

Jimin meremat kameja Taehyung, ia berteriak frustasi saat sahabatnya itu mulai menggerakan jarinya, menggoda dan kembali memasukan jari lainnya yang tidak kalah panjang.

"aku merindukan rumahku."

Taehyung menyeringai saat melepas sabuk celananya. Ia tersenyum seram kala melihat Jimin yang menatap sayu dan tidak berdaya. Kapan Jimin tidak menggodanya, setiap hari ia menggoda. Bahkan saat ia diampun selalu Taehyung tergoda.

Jleb

Tanpa pelumas dan tanpa peringatan. Pemuda dengan senyum kotak itu memasukan kebanggaannya kedalam lubang yang sedari tadi bekedut. Jimin, jangan tanya. Ia mengerang kesakitan dan meremat sprei dengan kuat. Nafasnya tersenggal dilengkapi liquid bening meleleh akibat rasa sakit dibagian belakangnya.

HEARTBEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang