chapter 7

1.1K 122 12
                                    

Warning
Typo
Selamat membaca

***

     Pagi menjelang dan sang mentari mulai naik, si mungil terganggu dengan cahayanya yang menerobos jendela rumah. Ia perlahan mengerjapkan mata dan segera bangun, mengumpulkan kesadaran dengan tangan yang sibuk merapikan rambutnya yang acak acakan.

Jimin menghela nafas sebelum bangkit dan berakhir meringis karena merasa sakit dibagian bawahnya.

"astaga bocah sialan."

Pemuda itu mencari keberadaan seseorang, namun nihil. Tidak ada tanda kehidupanpun disana, bahkan kamar mandi terlihat kosong. Kamar sudah dirapikan kembali dan dia sudah dalam keadaan dibalut kameja kebesaran yang entah milik siapa.

Ia menggigit bibir bawahnya, menatap kosong saat mengetahui dirinya dicampakan setelah digunakan. Apakah dia benar benar jalang disini, bahkan mengingat Taehyung sahabatnya sendiri menghilang setelah menggunakannya. Apa dia juga bosan dan mencari seorang pengganti.

Liquid bening mengalir tanpa permisi, tangan bantet itu ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Merasa teramat lemah dan murahan.
Dengan susah payah ia bangkit dan membawa tubuh lemahnya kekamar mandi, berendam di air hangat dengan harapan rasa lelah itu sirna.

Selesai mandi ia membalut tubuhnya dengan bathrobe putih, melangkahkan kaki untuk meniti tangga dan berakhir didapur. Bermaksud membuat sarapan karena ia berniat untuk pergi bekerja. Bagaimanapun keadaannya, ia harus tetap bertahan dan membiayai hidupnya.

Jimin sedikit mengernyit saat mencium bau telur goreng, ia melihat ke meja makan dan mendapati dua potong roti dan satu telur mata sapi disana. Disertai secangkir kopi yang tampak mulai dingin.
Mata sipit itu menotice adanya sebuah memo yang tergeletak di atas meja.

sarapan ya sayang, maaf aku pergi tanpa izin. Tapi aku harus pergi kesekolah dan mencapai mimpiku. Owh ya kuharap kau tidak berniat bekerja hari ini, aku yakin itu pasti sakit.
Aku janji akan melakukannya dengan lembut nanti.

Bye cantik
From pangeran dari negeri kelinci

Apa maksud dari melakukannya nanti, mengapa anak itu begitu yakin akan melakukannya lagi. Jimin bersumpah akan menendang bokong anak itu karena sudah berlaku tidak sopan.

Tapi entah mengapa pipinya sedikit merona, ia tidak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh bocah yang baru menetas itu. Ia sedikit menghargai sikap gentle yang ditunjukannya. Pasti orang tuanya mendidik dengan baik.

Tunggu apanya yang mendidik dengan baik, ia bahkan memperkosa seseorang yang tujuh tahun lebih tua darinya. Jimin benar benar menarik kata katanya.

Jam menunjuk pukul 10.00, Jimin berjalan memasuki lobi kantor dengan wajah biasa saja. Tidak menampakan rasa bersalah karena sudah masuk terlambat, bukan hanya terlambat melainkan sangat sangat terlambat. Ia mendengar bisikan dari beberapa karyawan yang menganggap dirinya lancang. Tapi tidak sedikit yang memaklumi karena sebelumnya ia tidak pernah melakukan kesalahan. Bukankah wajar saat melakukannya sesekali.

Selain itu ada bisikan yang sebenarnya membuat si mungil geram, mereka dengan tanpa beban mengatakan tak masalah jika dia melakukan kesalahan. Bukankah dia jalangnya Kim Seokjin, terlambat satu kali bahkan lebihpun tak masalah karena bosnya akan memaafkannya dengan mudah.

     Tidak mau lebih lama mendengar ocehan itu Jimin bergegas memasuki lift dan segera menuju ruangan bosnya.
Ia sedikit terkejut saat mendapati Kim Jisoo keluar dari sana, mereka berpapasan. Jimin dapat melihat jelas seringaian yang diberikan oleh istri dari Kim Seokjin itu. Tapi ia lebih memilih mengabaikannya dan segera masuk.

"Jimin kau terlambat, apa ada sesuatu."

Jimin menundukan kepalanya meminta maaf.

"maaf bos, ada kejadian yang tidak terduga menimpa saya. Tapi saya janji tidak akan mengulanginya."

"baiklah. Aku fikir kau tidak pernah mengucapkan omong kosong, kembali bekerja dan laporkan padaku jadwal hari ini."

Jimin mengangguk faham, sebenarnya ia ingin bertanya maksud dari kedatangan Jisoo. Tapi ia cukup sadar dengan keadaan, bukankah wajar jika seorang istri mengunjungi suaminya di kantor. Lalu apa hak Jimin untuk mengetahui alasannya.

"tapi kau harus menemaniku seharian ini tanpa putus, itu sebagai ganti keterlambatanmu."

Sudah diduga, Seokjin adalah orang terlicik yang pernah ia temui. Ia selalu meminta ganti atas apapun yang diberikannya. Dermawan adalah kata anti dikamusnya, itu menurut Jimin.
Karena setiap bantuannya adalah sebuah permintaan yang tidak bisa disanggah.

     Memberi bantuan modal kepada orang miskin dengan syarat mereka mau bekerja keras dan bisa mengembalikan modalnya. Alasan yang diberikan adalah ia sangat anti melihat orang bermalas malasan.

Jimin menghela nafas pasrah, ia mengangguk dan mohon undur diri menuju mejanya.

Jimin sesekali mencuri pandang pada orang yang tengah sibuk melihat layar monitor, ia akui orang itu benar benar tampan. Tapi yang ia sesali adalah fikirannya yang kolot, tidak bisa diajak have fun. Tidak mengerti selera anak muda dan menyebalkan. Fikirannya mulai terganggu ketika sosok yang hampir sama dengan karakter bosnya. Dengan umur yang tidak terpaut jauh Jimin mampu memaklumi persamaan cara berfikir keduanya. Siapa lagi jika bukan Kim Namjoon.

"kenapa kau memandangiku terus, fokus bekerja dan jangan memuji ketampananku ini."

Benarkan apa yang baru saja Jimin fikirkan, Seokjin memang menyebalkan. Tapi ia tidak denial karena memang dirinya tampan.

"aku lihat istrimu baru keluar dari sini, apa kau ada rencana untuk pergi bersamanya."

Seokjin menghentikan gerakan jarinya, ia memandang Jimin dengan tatapan heran.

"tidak ada. Dia hanya meminta izin untuk melakukan pemotretan di salah satu majalah ternama."

"owh begitu."

Jimin kembali mengangguk meski ia masih saja penasaran bagaimana hubungan keduanya. Mereka tidak pernah menampakan kemesraan, sibuk dengan pekerjaan masing masing dan jarang sekali terlihat bersama.

Bahkan tidak ada kabar mereka melakukan bulan madu meski sudah lama menikah.
Ia penasaran bagaimana laki laki dihadapannya ini memperlakukan istrinya diatas ranjang. Mengingat dia sangan perfect dan selalu bersikap sopan. Terbesit bayangan saat Seokjin manciumnya malam itu, ia merona sekarang. Sedikit umpatan keluar dari labium tebalnya, memancing atensi seseorang agar tertuju pada Jimin.

"kau kenapa Jimin ah, apa kau kedinginan. Pipimu sangat memerah."

Ingin rasanya Jimin menenggelamkan dirinya ke palung mariana karena malu. Apa apaan otaknya ini. Karena terlalu asik dengan fikirannya, Jimin tidak menyadari Seokjin yang sudah berdiri disampingnya. Ia menyampirkan jas ke tubuh Jimin dan kembali ke meja tempatnya bekerja.

Sudah biasa, perlakuan manis yang diberikan bosnya. Ia tidak mau baper karena Seokjin mau bagaimanapun sudah berisitri. Ia tidak mau di cap sebagai pelakor, lagipula Seokjin tidak pernah menunjukan ketertarikan padanya. Lalu untuk apa ia berharap bukan.

"ngomong ngomong kemarin Namjoon menanyakanmu. Apa kau ada sesuatu dengannya."

Tidak bergeming, ia kaku ditempat saat Seokjin melemparkan pertanyaan tersebut. Apa kapal yang bisa membawanya ke palung mariana masih ada. Ia benar benar malu sekarang.

"Namjoon adalah orang baik, sulit baginya untuk jatuh cinta. Kuharap kau tidak menyakitinya."

Jimin dapat melihat Seokjin yang menatapnya sendu, ada apa memangnya. Apa mereka ada hubungan, kenapa tatapannya seperti tidak rela.

Tbc

Terima kasih sudah mampir, vote apalagi komen. Kritik dan saran selalu ditunggu ya.

Ingat ini tu cerita Jimin x All member. Otomatis member yang biasanya berperan sebagai uke (ugi, jin) berubah menjadi seme. Hanya Jimin seorang sang ultimate uke.
Okeeeh,
Yang tidak suka silahkan curhat sama saya, keluh kesah silahkan kalian tumpahkan. Saya tidak keberatan kok.
Karena ini murni ide saya jadi gk masalah kalau contohnya ada yang gk suka.

Love you all
Ali

HEARTBEAT [END]Where stories live. Discover now