06 ㅡ Ignored

1.2K 173 21
                                    

BRAK!

Suara gebrakan dari pintu yang ditutup paksa itu benar-benar memekakan telinga. Disana sosok Choi Hyejin masih berdiri di depan pintu dengan kepala yang menengadah ke atas. Matanya berkaca-kaca dan jelas ia tengah menahan desakan air matanya.

Hari ini pertengkaran itu kembali meledak, entahlah padahal sudah hampir setiap hari mereka berdua terlibat cekcok namun tetap saja Hyejin tidak bisa menahan dirinya dan hal itu pasti berujung dengan air mata yang akan keluar dari pelupuk matanya.

Setelah merasa sedikit lega dan tenang Hyejin memilih untuk melangkah menuju set sofa yang ada ditengah apartemennya. Gadis itu menghempaskan tubuhnya sambil memejamkan mata.

Helaan nafasnya terdengar berat hingga detik setelahnya sebuah telfon yang ada di meja dekat sofa yang tengah ia duduki berdering. Hyejin membuka matanya dan menoleh, dengan tanpa minat akhirnya gadis itu memilih untuk mengangkat terlfon dan berdeham pelan untuk menyamarkan suaranya paraunya.

"Hm.." serunya dengan suara lirih yang masih terdengar sedikit parau.

Dari sebrang sana Hyejin bisa mendengar sebuah helaan nafas kasar dan suara yang sedikit bising.

"Kenapa ponselmu mati? Kau sengaja ingin membuatku khawatir? Kau dimana? kenapa langsung pergi begitu saja?" Dan suara bariton yang penuh dengan kemarahan itu berhasil membuat Hyejin merasakan emosinya naik hingga pucuk kepalanya.

Gadis itu mengepalkan kedua tangannya, masih berusaha menahan segalam macam umpatan yang bisa saja ia keluarkan untuk pria di sebrang sana.

"Ya, aku sengaja mematikannya. Aku sudah di apartement."

"Kenapa kau tidak bilang? Aku khawatir mencarimu bodoh!"

Kali ini Hyejin tak dapat lagi menahan amarahnya. Sejak tadi ia berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan umpatannya tapi pria itu tetap saja tidak peka dan terus-menerus memarahinya.

"Aku memang bodoh! Gadis bodoh yang dengan gampangnya percaya dengan pria sepertimu! Kapan kau sadar kalau aku ini adalah kekasihmu? Setidaknya hargai aku saat kau sedang bersama teman-temanmu. Kau lebih mementingkan mereka dari pada aku!"

"Kau mulai lagi, sudah kukatan kau lebih penting dari segalanya."

"Omong kosong!"

Hyejin segera memutuskan sambungan telfonnya dan menghempaskan gagang telfon itu begitu saja. Desakan air mata yang tadi ia tahan kini tumpah seiring dengan rasa perih yang tak mampu lagi ia bendung sendirian. Hatinya terlalu sakit menanggapi sikap dingin kekasihnya.

Well, ia memang tidak pernah mau di perlakukan seperti putri, ia juga tidak menuntut hal itu. Namun ada kalanya ia ingin diperlakukan baik oleh kekasihnya, terlebih saat dia membawanya untuk bertemu dengan teman-temannya.

Sore tadi, Min Yoongi menjemputnya dan mengajaknya untuk datang ke sebuah pameran phopography yang di adakan disalah satu galeri seni di Seoul. Hyejin tak pernah menyangkan bahwa disana juga akan hadir teman-teman Yoongi dari Cambridge University. Mereka semua nampak menumpahkan kerinduan dengan saling berbincang dan bercanda hingga Yoongi benar-benar melupakannya.

Tak masalah sebenarnya karena Hyejin suka dengan pameran itu. Hanya saja saat itu Yoongi terlalu mengacuhkannya, tak menghiraukannya barang sedikit, ia bahkan tak menyahuti ucapan Yeon Hee saat gadis itu mulai bosan dan ingin pulang. Ia terlalu terbawa suasana bahkan dengan terang-terangan memuji teman gadisnya yang saat itu terlihat begitu tertarik dengan Yoongi.

"Aku tak pernah menyangka jika Min Yoongi akan bertambah tampan seperti ini, menyesal rasanya karena pernah menolakmu saat masih berada di Cambridge." Gadis yang Hyejin ketahui bernama Elle itu terlihat tengah merayu Yoongi. Semua orang disana terkekeh melihat tingkah Elle yang menggemaskan namun terlihat sok manis dimata Hyejin.

Something Sweet • MYGWhere stories live. Discover now