13 ㅡ Guilty

1K 148 1
                                    

Ciuman itu terlepas saat suara nyaring Min Ahra mengintrupsi mereka. Baik Yoongi maupun Hyejin sama-sama terengah kemudian menoleh kearah Ahra yang masih berdiri di ambang pintu dapur.

"Ck! Kau ini mengganggu sekali." Kesal Yoongi sambil memutar bola matanya dengan malas.

Ahra mendengus. Wajahnya seratus persen bad mood gara-gara suguhan yang diberikan oleh adiknya. "Dasar! Eomma dan appa menunggu kalian didepan." Serunya langsung.

Yoongi tak merespon, ia hanya menganggukan kepala dengan begitu acuh.

"Kalian harus segera kesana sebelum aku mengadukan kalian kepada eomma dan appa." Lajut Ahra dengan suara yang semakin meninggi.

Oh hell, tidak bisakah gadis itu memberinya sedikit waktu? Yoongi benar-benar masih merasa tanggung, dan masih ingin melanjutkannya sekarang.

"Kau ini berisik sekali noona!"

Berbincang dengan ibu dan ayah Yoongi adalah hal yang menyenangkan menurut Hyejin. Mereka berdua sudah menerimanya dengan baik, memperlakukannya seperti mereka memperlaukan anak mereka sendiri. Hyejin tak pernah merasa terintimidasi dengan tatapan kedua orangtua Yoongi. Meski ayah Min adalah sosok pria yang tegas namun tidak saat mereka tengah berkumpul. Ia sangat ramah dan cenderung lucu.

"Pudingnya sudah siap," Ahra berseru heboh sambil membawa puding buah mangga berukuran sedang keruang keluarga.

Yoongi adalah orang pertama yang menghampiri Ahra dengan senyum bocah. Ia tidak sabar ingin mencicipi puding buatan sang ibu dibantu oleh kekasihnya.

"Kelihatnya sangat enak." Kometar Ayah Min yang kini mulai mengalihkan pandangannya kearah puding tersebut. Ibu Min pun mulai memotong puding, membaginya pada semua orang diruangan itu.

Potongan pertama tentu saja diberikan untuk Ayah Min selaku kepala rumah tangga dan juga orang yang paling dihormati disana. Pria paruh baya itu tersenyum dan mengucapkan kata terimakasih kepada sang istri.

Puding itu memang terlihat begitu segar jika disantap di musim panas seperti sekarang. Dengan satu suapan Ayah Min mulai memasukan puding itu kedalam mulutnya.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Ibu Min dengan raut penasaran.

Ayah Min belum menjawab, ia nampak mengunyah puding dengan perlahan kemudian menatap sulur orang yang berada di ruang keluara tersebut.

"Siapa yang membuatnya?" Tanyannya dengan tatapan kosong. Semua orang sontak terkejut dan langsung menatap satu sama lain.

"Kenapa?" Kali ini Yoongi yang bertanya. Ia nampak begitu penasaran kenapa sang ayah menunjukan rekasi seperti itu. Namun detik berikutnya Ayah Min tersenyum dan kembali mengunyah pudingnya.

"Luar biasa." Lanjutnya dengan senyum simpul. Suasana yang tadinya mencekam mendadak menguap digantikan dengan sorot penasaran dari semua orang.

"Benarkah?"

Ayah Min mngangguk dan hal itu membuat Yoongi dan Hyejin langsung meyuapkan sesendok puding kemulut mereka. Keduanya begitu bersemangat hingga puding itu masuk kedalam mulut dan mulai terasa meledak di dalam mulut mereka.

"Ya Tuhan!"

Yoongi dan Hyejin langsung berlari menuju wastafel yang ada didapur. Keduanya nampak panik sambil membekap mulut masing-masing. Setelah tiba mereka berdua langsung memuntahkan puding yang baru saja masuk kedalam mulut mereka dengan ekspresi begitu tersiksa.

Yoongi sempat milirik Hyejin yang nampak meringis saat membasuh bibirnya. Dilirknya tangan gadis itu yang sedikit memerah dan terlihat seperti sedikit mengelupas.

"Rasanya benar-benar mengerikan." Komentar Hyejin sambil menyeka bibirnya dengan tisu yang baru saja Yoongi ambilkan untuknya.

Diruang tengah Ayah Min, Ibu Min dan Min Ahra masih menatap horor puding cantik diatas meja. Puding itu terlihat seperti bunga raflesia arnoldi, cantik namun mematikan. Secara tampilan ia sangat cantik namun secara rasa benar-benar hampir membuat satu rumah keracunan.

"Aku rasa kau salah memasukan gula, sayang." Seru Ayah Min smabil meneguk air putih. Ibu Min mengangguk dengan ekspresi bersalah. "Aku rasa juga begitu, ah maaf,"

"Tidak, ini semua salahku,"

Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka pada sosok gadis yang tengah menundukan kepala sambil meremas ujung jemari tangannya. Yoongi yang berdiri di samping gadis itu juga nampak terkejut dengan apa yang baru saja Hyejin sampaikan.

"Sebenarnya tadi kotak gula itu terjatuh bersama dengan kotak garam. Tulisannya lepas dan aku tak bisa membedakan mana garam dan mana gula. Aku tidak berani mencobanya dan hanya memilih sesuai feelingku. Maafkan aku." Kalimat penuh penyesalan itu terlontar seraya dengan Hyejin yang mulai membungkukan badannya dalam-dalam. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah mengacaukan masakan ibu Min.

Sebaliknya, Ibu Min justru terlihat begitu bisa menerima. Wanita paruh baya itu tidak suka melihat ekspresi sedih Hyejin hingga akhirnya ia berjalan medekat sambil mengusap pundak gadis itu.

"Ah tidak apa-apa sayang, semua bukan salahmu." serunya begitu lembut. Hyejin tak merespon hanya diam dengan perasaan bersalah.

 Hyejin tak merespon hanya diam dengan perasaan bersalah

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Something Sweet • MYGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora