[39] Muak

370 51 12
                                    

Aku sedang menyapu ketika Nadiya datang. Menatapnya sedikit kesal karena dengan sengaja menumpahkan susu yang ia pegang.

"Eh, sorry. Lo harus bersihin lagi tapi emang ini jadwal lo piket, kan?"

Tak menjawab pertanyaannya. Aku segera mengepel bagian lantai yang kena tumpahan susu lalu lanjut menyapu. Menegur beberapa teman yang kena jadwal piket juga hari ini tapi mereka sudah diajak keluar kelas oleh Dila.

Kelas sudah ramai meski guru belum masuk. Nadiya bahkan sedang melakukan live instagram ketika aku masih membersihkan kelas seorang diri.

Gebrakan meja membuat kehebohan di kelas menjadi hening. Aku menoleh, sedikit terkejut ketika mendapati Elang sedang berdiri di depan meja yang paling dekat dengan pintu kelas.

Pandangannya menatapku lalu mengedar pada yang lain. "Siapa aja yang kena jadwal piket hari ini?"

Aku diam. Yang lain diam. Tak ada yang menjawab hingga ia berteriak.

"GUA TANYA SIAPA AJA YANG PIKET HARI INI?!!"

Teriakan yang akhirnya dijawab oleh anak yang mejanya tadi gebrak Elang. Aku hanya diam memegangi pel-an ketika kurasa Elang melangkah masuk dan berdiri di depan kelas.

"Ke mana yang lain? Kenapa cuma cewek gua yang ngerjain?"

Aku menunduk. Tanganku sudah gemetar. Pasti setelah ini, penduduk kelas makin tak menyukaiku.

Elang mendekatiku. Melepas pel-an di tanganku. "Kalo yang lain gak piket, lo juga gak perlu piket. Bukannya jadwal piket dibuat biar bisa kerja sama?"

Aku tak menjawab, hanya menurut ketika Elang menyuruhku duduk. Sialnya, aku baru sadar, Elang tak tau soal aku yang duduk di meja pojok belakang. Ia menatapku prihatin lalu pandangannya terarah pada Nadiya yang masih asik main hp, meski aku sadar itu hanya alibinya.

"Gua gak tau lo sama yang lain separah apa nge-bully cewek gua tapi kalo sampe dia kenapa-kenapa. Lo," tunjuknya pada Nadiya. "Dan yang lain bakal berurusan sama gua."

Elang pergi meninggalkan kelas, yang tadinya sempat hening menjadi heboh lagi. Kupikir gertakan Elang mampu membuat mereka setidaknya mikir-mikir dulu sebelum mengumpatiku tapi yang ada mereka malah semakin mengataiku.

Nadiya tertawa kencang. Menceritakan perihal Elang pada Dila dan teman-teman lain yang baru saja memasuki kelas. Aku meremas rokku ketika sadar mereka semakin membenciku.

"Oh jadi dia ngelapor cowoknya kalo lagi piket sendiri, Nad?"

Aku mendongak, menatap mereka yang kini memandangku jijik.

"Maybe? Ternyata mainnya ngadu sekarang."

Dadaku sesak. Apalagi ketika mendengar mereka ketawa. Aku bahkan tak tau Elang datang tapi mereka malah menuduhku sengaja mengadu pada pacarku.

•••


"Lan, gak dimakan?"

Aku menatap Rama yang asik menyuap pop mie-nya.

"Jarang-jarang loh gua izinin lo makan geprek. Ini kalo cowok lo tau juga gua didamprat kali."

Aku mendorong piringku. Lebih memilih menyedot es milo.

"Lan,"

Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Capek."

Ia menatapku kasihan. "Nadiya lagi?"

Aku bungkam tapi bibirku mengerucut. "Lo gak pernah deketin dia lagi, Ram?"

"Buat apa? Kan gua udah gak suka."

Menyimpan RasaWhere stories live. Discover now