[42] Cerita

430 50 10
                                    

Aku merebahkan diri lelah. Tapi lelahku saat ini dibarengi dengan bahagia karena semua sudah kembali semula. Waktu berjalan begitu cepat. Aku dan yang lain baru saja melewati masa ujian sekolah. Tinggal ujian nasional lalu menunggu hasilnya.

Nadiya, Rama dan aku kembali berteman. Aku bahkan sering mengajak mereka jalan agar hubungan kami tidak canggung lagi. Aku dan Elang juga masih berpacaran. Nadiya masih menjaga jarak dengan Elang tapi aku maklum. Dia tak mungkin biasa saja melihat cowok yang ia suka dari dulu kini berpacaran denganku tapi aku bisa memahami itu.

Teringat sesuatu, aku lantas membuka laptop. Menonton youtube cara membuat lava cake. Kalau berhasil aku akan membuatkan Elang itu. Aku ingat ia pernah memintaku membuatkannya sesuatu ketika aku masih memberinya makanan dari Nadiya dulu.

Semoga besok pagi aku bisa mencontoh yang telah aku tonton. Aku kembali berbaring. Menatap langit-langit kamar ketika ponselku berbunyi.

Elang 🍎 is calling

Aku tersenyum. Mengangkat panggilannya.

"Halo? Ada yang bisa saya bantu?"

"Gak lucu."

Wajahku berubah datar. "Ngapain nelpon-nelpon?!" Jadi emosi sendiri kan.

Kudengar ia terkekeh. "Besok pulang sekolah, ikut gua sebentar ya."

"Ke mana? Gua mau belajar buat UN loh, Lang."

"Ck. Bentaran doang. Lagian kan udah lama kita gak jalan."

Iya juga ya. Aku selalu menolak ketika ia ajak jalan karena benar-benar fokus belajar. "Yaudah, asal gak lama-lama."

"Habis dari sana, mampir ke rumah gua dulu, Pril."

"Ngapain?"

"Gua mau ngasih lo sesuatu."

Wajahku berbinar bahagia. "Lo mau ngasih gua berlian, Lang?"

"Dasar matre."

Aku tergelak. "Bercanda doang. Ya ampun cowok gua gak bisa banget diajak becanda."

Agak terkejut ketika panggilan tersebut berubah menjadi panggilan video. Aku memasang muka dengan senyum dipaksakan membuat Elang yang menampakan setengah mukanya menatapku heran.

"Muka lo kenapa jelek gitu?"

Aku melotot. "Lang, lo jelekin gua sekali lagi gua putusin loh ya!"

Elang tertawa kencang. Ia menampakkan full wajahnya yang sedang melangkah.

"Lo ke mana?"

"Balkon."

Aku mengangguk. Menatapnya yang sedang menatapku juga. "Gua tau gua cantik, lo gak usah terpana gitu liat gua."

"Lo kali yang terpana liat kegantengan gua."

"IH BISA PD JUGA LO." Aku terkikik geli.

Elang menyanyikan aku lagu dengan suara merdunya yang membuatku jadi mengantuk. Aku menguap lebar, berbaring dengan posisi miring dan mata yang terkantuk-kantuk.

"Good night, April."

Aku tersenyum sambil menutup mataku. "Good night, Elang."



•••


Aku menemui Elang tepat ketika aku baru sampai di sekolah. Elang menatapku dengan heran sebelum aku memberinya sesuatu. Elang menerimanya.

"Dari Nadiya lagi?"

Menyimpan RasaWhere stories live. Discover now