[43] Tercyduk

415 51 8
                                    

Aku tersenyum senang menatap semua temanku yang bernafas lega. Mereka melepas kalung ujian nasional dengan tawa bahagia. Nadiya menghampiriku, mengajakku segera keluar dari kelas.

"Lo udah tau mau ambil jurusan apa, Nad?"

Nadiya mengangguk membuatku menatapnya penasaran. "Lo mau ambil apa?"

"Kedokteran."

Aku bertepuk tangan heboh. "Wahh, lo kan hobi di foto, harusnya jadi model."

"Pril, jadi itu sekedar hobi gua doang, kalo dokter itu cita-cita gua."

Aku terkekeh. Merangkulnya erat ketika terdengar deheman seseorang. Elang berdiri di depanku bersama teman-temannya.

"Makan yuk."

Aku menatap Elang bingung. Nadiya menyenggolku membuat Danu bersuara.

"Elang mau traktiran buat syukuran kita semua udah selesai UN sekalian pajak kalian jadian sih, kan belum dikasih Elang sampai sekarang."

Aku menggigit bibirku. Bingung harus ikut atau tidak. Nadiya kan masih agak canggung berdekatan dengan Elang. Apa aku tolak aja ya?

Elang menatap Nadiya, sedikit memberi senyum tipis membuatku takjub. "Lo ikut juga ya, Nad. Ada Marcel sama anak-anak futsal juga kok. Kita rame-rame makannya."

Nadiya mengangguk membuatku akhirnya setuju. Aku berangkat bersama Nadiya yang membawa mobil. Kami menuju sebuah rumah makan.

"Btw, kalo lo mau ambil jurusan apa, Pril?"

"Farmasi dong."

Nadiya ber--oh ria. "Biar gua tebak. Lo mau ambil di UI ya?"

Aku tersenyum sambil mengangkat kedua alisku. "Lo juga, kan?"

Gelengan Nadiya membuatku berhenti tersenyum. "Terus di mana?"

"Oxford."

Jawaban yang sukses membuat kedua bola mataku membesar. "Nad, are you serious?"

"Hmmmm. Lo doain ya gua bisa keterima di sana."

"Tapi, Nad. Lo.. lo jadi bakal pindah ke Inggris?"

Nadiya memutar setir ketika mobilnya harus memutar jalan. "Iya tapi kan balik lagi. Gua bakal menetap di sana kalo gua keterima."

Aku menyandarkan tubuhku lesu. "Lo menghancurkan khayalan gua tentang asiknya kita kalo bisa kuliah di 1 univ."

Nadiya menatapku dengan wajah geli. "Gua bosen liat muka lo doang selama ini, Pril. Mau cari muka-muka bule di sana."

Aku tertawa pelan. Menatap jendela di sampingku. "Gak ada maksud ngehindarin gua kan, Nad?"

"No. Gua emang pengin banget bisa kuliah di sana, Pril. Lo pasti bangga kalo liat gua bisa keterima dan lulus dari oxford. So, gua minta doa dan restu lo, oke?"

Aku menatapnya yang fokus menyetir. Mengikuti motor Elang yang tepat berada di depan. Mobil Nadiya memasuki area parkir. Aku keluar dari mobil dan melangkah mendekat pada Rama yang baru saja turun dari motornya. "Woyy!"

"Anying! Lo ngagetin!" Rama mengusap dadanya membuatku tergelak.

Aku menyeretnya masuk ketika Nadiya sudah melangkah lebih dulu ke dalam rumah makan.

Zaini berdiri membuat kami memperhatikannya. "Barusan Elang bilang. Makan aja sepuas lo pada. Tenang aja ntar dia yang bayar."

Anak-anak cowok langsung rusuh, memesan dalam porsi banyak membuatku menggelengkan kepala. Kasian pacarku yang sudah duduk tenang setelah memesan makanannya. Aku mendekat dan duduk di hadapannya. Memajukan sedikit badanku, aku berbisik.

Menyimpan RasaWhere stories live. Discover now