7 ~ H-1

34.3K 2.2K 14
                                    

Yona sedang menunggu angkot di depan sekolah, tapi tiba tiba saja ada seseorang yang menarik tangannya dan membawanya ke parkiran mobil. Alvaro lah yang menarik dan membawa Yona.

"Apaan sih," kesal Yona.

"Ikut gue," ucap Alvaro.

"Mau kemana?" tanya Yona dengan terheran-heran.

"Gak usah banyak tanya," balas Alvaro lalu mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil yang akan dikendarai oleh Alvaro.

Yona tidak tau Alvaro akan membawanya kemana, tapi selama diperjalanan tidak ada percakapan apapun, hanya sunyi yang ada diantara mereka berdua. Mereka pun tiba disebuah toko baju yang sepertinya memiliki baju dengan harga yang mahal.

"Kita mau ngapain kesini?" tanya Yona ketika dia dan Alvaro telah keluar dari dalam mobil.

Alvaro tidak menjawab apapun lalu langsung masuk ke dalam toko baju itu dan Yona pun mengikutinya masuk ke dalam toko baju. Yona masih terheran-heran mengapa Alvaro membawanya kesini.

"Pilih baju yang lo suka, gue disuruh nyokap gue beliin lo baju," Alvaro pun berkata dengan dingin.

Yona berdebat dengan Alvaro ketika dia meminta Yona membeli baju yang dia suka, tapi pada akhirnya dia menuruti ucapan Alvaro lalu tanpa basa basi lagi dia mencari baju yang dia suka serta harganya yang tidak terlalu mahal. Jujur, Yona merasa tidak enak jika seseorang membelikan barang seperti ini kepadanya, tapi apa boleh buat jika dipaksa.

Setelah mencari cari baju yang sekiranya pas untuknya, dia menemukan sebuah baju kaos putih yang disertai dengan celana dan jaket. Tanpa berfikir panjang lagi dia mengambil baju itu dan membawanya kepada Alvaro.

"Gu- gue beli ini aja," ucap Yona.

"Pilih tiga gaun!" acuh Alvaro.

"Untuk apa?" tanya Yona dengan semakin terheran-heran.

"Keluarga gue sering adain acara, gue gak mau lo pake gaun yang pernah lo pakai pas pertemuan makan malam," jawab Alvaro sambil memainkan handphone miliknya.

Sebenarnya Yona merasa sedikit kesal, tapi menurutnya ucapan Alvaro tidaklah salah karena, setelah bangkrutnya perusahaan milik papahnya, barang barang branded miliknya dijual untuk membantu kedua orang tuanya meringankan kebutuhan hidup.

"Gue gak tau mau pilih gaun yang mana," ucap Yona dengan ragu.

"Bukannya dulu lo punya baju baju branded? Satu lemari cuma gaun gaun mahal lo, kenapa sekarang bingung pilih gaun?" tanya Alvaro dengan bingung.

"Gue gak pernah disuruh pilih gaun yang dibeliin orang lain, gue selalu beli pakai uang gue sendiri," jawab Yona.

"Mbak," panggil Alvaro kepada pegawai perempuan.

"Iya ada apa kak?" tanya pegawai perempuan itu.

"Bantu dia pilih gaun."

"Baik, ayo kak," ajak pegawai perempuan itu kepada Yona.

Lalu Alvaro langsung mengambil baju yang dipegang oleh Yona kemudian, membawanya ke kasir sedangkan, Yona mengikuti pegawai perempuan itu ke sebuah ruangan.

"Disini ada gaun gaun yang limited edition, silakan dipilih," tutur pegawai perempuan itu.

Ketika melihat gaun gaun itu dia teringat dengan gaun gaun yang dia miliki sebelum keadaan keluarganya berubah seperti ini. Dia pun melihat gaun gaun itu dan juga memperhatikan jahitan dari gaun ini. Dia memilih gaun yang berwarna hitam dan cream kemudian dia kembali mencari gaun yang harus dia pilih hingga dia melihat sebuah gaun yang membuatnya mengingat masa lalu.

Gaun warna merah serta desain yang elegan membuat Yona teringat kalau dia pernah membeli gaun yang seperti ini dan memakainya diacara perpisahan sekolah ketika masih berada di sekolah menengah pertama. Tanpa basa basi lagi dia langsung memilih gaun itu kemudian keluar dari ruangan ini dan menghampiri Alvaro yang sedang berdiri sambil memainkan handphone di dekat meja kasir.

"Gue sudah pilih gaunnya," tutur Yona.

"Hmm," balas Alvaro lalu dia berjalan ke kasir untuk membayar gaun dan baju yang dibeli oleh Yona.

Setelah selesai membayar, mereka langsung masuk kembali ke dalam mobil yang dikendarai oleh Alvaro. Alvaro pun langsung mengendarai mobilnya ke rumah Yona.

"Makasih," ucap Yona dengan sangat ragu.

"Hmm..."

Setelah menempuh perjalanan, mereka tiba di rumah Yona. Yona langsung memanggil Yuna untuk membantunya membawa paper bag yang berisikan baju serta gaun yang dibelikan oleh Alvaro tadi. Ketika Alvaro telah meninggalkan rumah Yona, dia masuk ke dalam rumah bersama Yuna sambil membawa paper bag itu ke kamar Yona. Betapa terkejutnya Yona ketika dia melihat barang barang yang ada di kamarnya sudah dimasukkan kedalam kardus dan koper.

"Barang barang kamu sudah mamah rapihin, cuma ada beberapa baju yang belum mamah masukin ke dalam koper," ujar mamah.

"Iya mah biar aku aja sama Yuna yang rapihin," balas Yona sambil menaruh paper bag diatas kasurnya.

Yona langsung pergi mandi dan setelah itu, merapihkan barang barang yang akan dia bawa besok. Dia merapihkan barang barangnya bersama Yuna yang disertai dengan perbincangan kecil.

"Kalau saja perusahaan papah gak bangkrut, pasti kakak masih tinggal disini, kakak juga gak khawatir tentang kuliah kakak nanti," Yuna pun meneteskan air matanya.

Yona yang merasa sedih ketika melihat adiknya menangis, langsung memeluk Yuna sang adik untuk menenangkannya.

"Kita gak boleh mengeluh tentang keadaan kita sekarang, kakak yakin pasti setelah kakak ambil keputusan ini semuanya kembali normal," Yona memeluk Yuna sambil menenangkan.

"Yuna mau jadi kayak kakak. Perempuan yang kuat walaupun selalu ada masalah tapi kakak tetep memikirkan keluarga," sambung Yuna dan kini tangisnya semakin menjadi.

"Iya, sudah sudah jangan nangis," Yona menghapus air mata Yuna dan menenangkannya. Tiba tiba saja mamah dan Yasya masuk ke dalam kamar Yona. Mereka langsung memeluk Yona.

Setelah itu, mereka keluar dari kamar Yona dan berjalan ke ruang makan untuk makan malam bersama. Papah, mamah, Yona, Yuna dan Yasya merasa kalau ini adalah makan malam terakhir mereka berlima karena, setelah ini Yona akan pergi dari rumah ini lalu tinggal bersama Alvaro.

"Semoga acara besok lancar ya," ungkap papah.

"Iya pah," balas Yona sambil tersenyum terpaksa. Sebenarnya Yona sangat tidak ingin menikah diusia yang masih muda seperti ini, tapi menurutnya ini adalah jalan terbaik demi keluarganya.

"Maafin papah ya nak, kamu yang menanggung beban yang seharusnya papah yang menanggungnya," sambung papah.

"Gak apa apa pah, Yona lakuin ini juga demi kita semua," jawab Yona dan dibalas dengan senyuman hangat dari papah, mamah, Yuna serta Yasya.

"Ayo kita lanjut lagi makannya!" sahut mamah.

° ° °

Konnichiwa 👋 gue up lagi nihhh...
Seru gak sih cerita ini? Semoga seru ya huhu...
Vote and comment nya jangan lupa yaww 😉

Married With Kakak Kelas [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang