30. Yes, Honey

924 118 3
                                    

30. Iya, Sayang

Matahari mulai menampakkan cahayanya, menandakan bahwa pagi sudah bergerak menuju siang. Hal tersebut membuat Sebastian mengeratkan jaket yang tengah di pakainya, dan membuat Caroline kebingungan di buatnya.

"Kau kan sudah memakai kalung pelindung. Jadi untuk apa kau menghindari lagi cahaya matahari?" tanya Caroline dengan nada pelan, takut jika orang lain mendengarnya.

"Nampaknya kau keliru dengan penjelasanku dulu."

"Kenapa? Memangnya ... fungsi dari kalung ini apa sih?" Caroline bertanya dengan raut wajah yang menggemaskan.

Sebastian tersenyum tipis. "Kalung itu berguna untuk menyamarkan wangi di tubuhmu agar tidak mengundang bangsa vampier untuk memangsamu. Kalau untukku, beda lagi kegunaannya."

"Apa kegunaannya untukmu?" tanya Caroline. Dirinya kini menarik Sebastian untuk duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia di sana.

"Kalung ini berguna agar bangsa vampier tidak mengenali bahwa aku adalah bagian dari mereka. Jadi mereka tidak memaksaku untuk datang menemui Xander, dan menjadikanku sebagai budaknya," jawab Sebastian menjeda kalimatnya. "Jadi ... Kalung ini juga tak cukup kuat untuk melindungiku dari cahaya matahari. Sehingga tetap saja, aku tidak bisa berada di bawah cahaya matahari dengan jangka waktu yang lama."

Caroline mengangguk-anggukkan kepalanya. Tangannya terulur untuk mengeluarkan kalung di dalam kerah bajunya. "Lalu ... dulu saat aku kecelakaan, kau bilang kalung ini lah yang menyelamatkanku." Caroline menatap Sebastian dengan tatapan meneliti. "Bagaimana bisa?" sambungnya.

Sebastian tersenyum tipis lalu mengusap pipi Caroline dengan lembut. "Listen, Caroline ..."

Caroline menatap Sebastian dengan penuh dalam. Sebastian nampaknya sedang ingin serius kali ini. "Kalung ini akan berfungsi jika si pemakainya adalah seorang vampier. Karena kalung ini diciptakan untuk bangsa vampier," jelasnya, disambut dengan kernyitan dahi dari Caroline.

"Tapi kenapa kalung ini berfungsi saat aku memakainya? Aku kan bukan vampier, Sebastian," protes Caroline yang sedikit tak terima.

Sebastian menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Itulah yang aku bingungkan saat ini. Dulu, saat Aku memberikan kalung tersebut kepadamu--aku belum mengetahui kebenaran tentang kalung itu. Aku pikir kalung tersebut akan berfungsi untuk semua orang, ternyata tidak."

Caroline merapatkan bibirnya sekaligus ikut memalingkan wajahnya ke arah lain. Sedetik kemudian, ia kembali menatap Sebastian dan bertanya, "Lalu siapa yang memberimu kalung ini? Kau ... membuatnya sendiri?"

"Tentu saja tidak." Sebastian membalas tatapan Caroline. "Dulu saat aku pertama kali menjadi seorang vampier, Xander memenjarakanku di sebuah ruang bawah tanah. Di sana aku bertemu dengan seorang wanita yang diikat. Aku tidak tahu apakah dia itu mangsa, atau sama-sama vampier. Intinya ... kondisinya sangatlah tidak baik. Tubuhnya penuh luka, seakan dia itu pernah di siksa."

"Waktu itu aku heran, kenapa tiba-tiba wanita tersebut memberikanku dua buah kalung ini. Tetapi saat aku bertanya alasannya, dia malah menjawab bahwa kalung inilah yang akan menyelamatkan aku dan orang yang kusayang. Oleh karena itu, aku memberikan salah satunya kepadamu," jelas Sebastian panjang lebar.

"Karna Aku adalah orang yang kau sayang?" tanya Caroline, menahan senyumannya.

Sebastian mengacak rambut Caroline dengan gemas. "Sudahlah, kita ini terlalu serius. Kita ke sini kan untuk bersenang-senang," imbuh Sebastian--menyadarkan Caroline.

"Em ... kau benar. Tapi sebelum itu, bagaimana jika kita membeli payung terlebih dahulu?" tawar Caroline.

"Untuk apa?"

Call Me, Sebastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang