47. Madness Nick

821 95 2
                                    

47. Kegilaan Nick

"Ada apa?" Caroline menatap Nick dengan mimik wajah datar. Sekarang dirinya sudah berada tepat di hadapan lelaki itu.

Sedetik kemudian, Caroline terjengkit kaget ketika tiba-tiba Nick menariknya masuk ke dalam kamar dan langsung mengunci pintu tersebut dengan gerakan secepat kilat.

"Apa yang kau lakukan!" Pertanyaan itu berubah menjadi seruan. Caroline berlari mendekati pintu dan mencoba meraih sebuah kunci yang menggantung jauh di atas dinding. Ya, setelah mengunci pintu tadi, Nick menggantungkan kuncinya di dinding yang tidak mungkin tercapai oleh Caroline karna jaraknya yang sangat tinggi.

Nick menyungging senyum. Pandangannya kini beralih ke arah jendela yang tertutup oleh tirai lalu melangkahkan kakinya untuk mendekat ke sana.

Caroline hanya memperhatikan gerak-geriknya, masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Nick sekarang. Sesekali, Caroline menjingjitkan kakinya untuk menggapai kunci tersebut, namun tetap saja tidak bisa. Nick benar-benar mempermainkan tinggi badannya!

"Nick, apa yang akan kau lakukan?" tanya Caroline, berusaha untuk lebih tenang.

Namun Nick masih mengacuhkannya. Tangan lelaki itu kini telah menyentuh tirai dan bersiap untuk membukanya. Hal tersebut membuat Caroline teringat, bahwa di luar sana tengah terjadi Bulan Purnama. Yang artinya, Nick--yang memiliki gelar vampier itu tidak boleh membuka tirai tersebut karna dengan begitu, ia akan terkena sinarnya dan hilang kendali.

"NICK, APA YANG KAU LAKUKAN?!" Caroline berteriak di tempatnya. Ia masih tidak berani untuk mendekati lelaki itu, karna takut terjadi sesuatu hal yang tidak diduga-duga.

Nick menyeringai. "Malam ini aku akan membuatmu menjadi milikku, Caroline," imbuhnya, sukses membuat mata Caroline melebar.

"Apa maksudmu!" Caroline sudah was-was sendiri. Nafasnya berderu tak karuan. Sikap Nick sekarang membuatnya berpikiran macam-macam.

Perlahan, tangan Nick mulai bergerak untuk membuka tirai tersebut. Sementara bibirnya masih menyeringai, menciptakan senyuman bak evil di wajah tampannya.

"Nick, hentikan!" Suara Caroline kembali terdengar. Gadis itu terlihat bergemetar di tempatnya. Apakah Nick akan membunuhnya sekarang?

Nick tidak mendengarnya. Ia terus saja membuka tirai tersebut hingga berakhir dengan terbuka sepenuhnya. Sorot cahaya bulan purnama langsung memenuhi kamar tersebut. Bersamaan dengan itu, tubuh Nick langsung terjatuh. Lelaki itu terduduk dengan kedua tangannya yang dijadikan sebagai penopang.

"Nick!"

Caroline dilanda kebingungan. Ia ingin mendekati lelaki itu, tetapi ia tak punya cukup nyali. Caroline semakin gentar ketika Nick mulai mengeluarkan erangan-erangan. Lelaki itu nampak tengah merintih kesakitan.

"Nick ..." Suara Caroline memelan. Gadis ini menelan salivanya dengan susah payah. Punggungnya sudah merapat ke arah dinding, sekaligus memasang kuda-kuda jika sesuatu hal buruk menyerangnya.

Tak lama, wajah Nick terangkat hingga menampilkan tatapan penuh nafsu--seperti apa yang dilihat oleh Caroline pada Sebastian waktu itu. Dengan ini Caroline bisa berasumsi bahwa,

Nick telah hilang kendali.

Oh, ya Tuhan! Apa yang harus Caroline lakukan sekarang. Mata Caroline semakin membelalak ketika ia melihat sepasang taring telah muncul keluar dari dalam mulut Nick. Hal itu membuat kaki Caroline melemas. Apakah ini akhir dari hidupnya?

Caroline menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan mati sepayah ini. Ia harus segera mencari sesuatu untuk bisa menahan serangan Nick nanti. Pandangan Caroline mengedar hingga terhenti di sebuah lemari kecil yang terletak di samping kasurnya. Caroline sempat menghitung jaraknya dengan kecepatan lari yang akan ia pakai nanti. Ia yakin, di dalam lemari tersebut akan ada benda yang bisa berguna untuknya.

Call Me, Sebastian [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu