42. I will kill You

888 106 2
                                    

42. Aku akan membunuhmu

Lelaki itu melangkah dengan kedua tangannya yang mengepal. Ia mengacuhkan semua penjaga yang menunduk hormat ketika dirinya lewat. Lelaki ini--Nick mempercepat langkahnya dengan amarah yang sudah menggebu-gebu. Ia tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Tujuannya, adalah membunuh Sebastian sekarang juga.

BRAK

Nick mendobrak pintu yang ada di hadapannya dengan cukup keras. Pandangannya langsung tertuju ke sesosok lelaki yang tengah berdiri tak jauh di hadapannya. Kedua tangan lelaki itu terlentang karna rantai besi mengikatnya dari ujung ke ujung.

Nick melangkah mendekati lelaki tersebut, dan tanpa asa-asa langsung melayangkan bogemannya tepat ke wajah lelaki yang tak lain adalah Sebastian itu.

"Berani-beraninya kau, sampai bisa membuat Caroline jatuh cinta kepadamu," geramnya, membuat wajah Sebastian terangkat.

Setelah berbicara dengan Xander tadi, Sebastian di bawa ke sini dan langsung diikat seperti itu. Hal tersebut Sebastian maklumi, karena Xander nampaknya sangat marah ketika dirinya mengetahui bahwa Sebastian hampir saja melukai Caroline.

Nick kembali memukul Sebastian, namun kini mengarah ke arah perutnya. "Kau membuatku menjadi kesusahan untuk mendapatkan hatinya kau tahu!" teriaknya, tepat di depan wajah Sebastian.

Rahang Nick nampak mengeras. Lelaki itu menatap Sebastian dengan kilatan amarah di matanya. "Kau, membuat Caroline membenciku," desisnya penuh dengan penekanan.

Sebastian hanya menatap Nick tanpa berniat untuk membalas ucapannya. Hal tersebut malah membuat Nick semakin geram. Ia kembali memukuli Sebastian hingga bibir lelaki itu sedikit sobek dan mengeluarkan darah.

"KAU MEREBUT CAROLINE DARIKU!" Amarah Nick memuncak. Ia bahkan tidak lagi menyerang Sebastian dengan tangannya, melainkan dengan sebuah batang besi yang memang sempat dibawanya tadi.

Nick menghentikan aksinya. Ia menormalkan nafasnya yang sempat tak teratur, sementara salah satu tangannya masih memegang erat besi yang sudah dilumuri oleh darah berwarna hitam itu. Yah, serangannya tadi sukses membuat tubuh Sebastian terluka parah. Tetapi sialnya, Lelaki itu tidak bereaksi apapun. Sebastian hanya diam dan menatap Nick, seakan pukulannya tadi tidak berarti untuknya.

"Kenapa kau tidak melawan, huh?"

Pertanyaan Nick membuat Sebastian terkekeh kecil. "Bagaimana aku bisa melawan, jika kedua tanganku saja diikat seperti ini," balasnya enteng.

Wajah Nick memerah karenanya. Ia sungguh marah. Jawaban yang Sebastian berikan itu seakan tengah menyindir kemampuannya. Tanpa berpikir panjang, Nick kembali memukul Sebastian tepat di rahang lelaki itu hingga mulutnya mengeluarkan cukup banyak darah.

"Kau juga mencintai Carolineku, hah?" tanya Nick, terengah-engah.

Sebastian tersenyum kecut. "Seharusnya kau mengkoreksi ucapanmu. Karna kebenarannya, Caroline itu hanya milikku. Jadi hanya aku yang pantas memanggilnya dengan sebutan Caroline-ku."

Mata Nick melotot. Ia hendak melayangkan kembali batang besi tersebut ke arah Sebastian namun tertahan ketika Caroline tiba-tiba datang dan menahan lengannya. Mata gadis itu berair, bahkan sudah mengeluarkan air mata.

"Jangan sakiti dia, kumohon ..." lirihnya, memohon kepada Nick.

Nick menatap Caroline dengan tatapan dingin. "Kenapa kau bisa ada di sini?"

Caroline melepaskan lengan Nick lalu beranjak untuk menyeka air matanya. "Aku mengikutimu tadi. Kenapa kau menyakiti Sebastian seperti ini? Kau memang jahat," imbuhnya secara terang-terangan.

Gigi Nick bergemelutuk. Ia menarik tangan Caroline dan langsung mencium bibirnya dengan kasar. Hal tersebut sukses membuat Sebastian memberontak, begitupun halnya dengan Caroline.

"NICK!" tegur Sebastian, berusaha melepaskan tangannya dari ikatan rantai besi, namun tetap tidak bisa.

Nick tidak mendengarkannya. Ia malah makin memperdalam ciumannya hingga berhasil membuat kaki Caroline melemas. Nick melumat bibirnya dengan rakus, seakan tak membiarkan Caroline untuk bernafas sedikitpun.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU SEKARANG JUGA, NICK!" teriak Sebastian. Mata lelaki itu telah memerah, menandakan bahwa ia sudah berada di puncak amarah. Alhasil, dengan menggunakan seluruh kekuatannya, Sebastian bisa terlepas dari rantai besi tersebut dan langsung memukul--mendorong Nick agar menjauh dari Caroline.

Caroline menghela nafas panjang. Tubuhnya hampir ambruk jika Sebastian tidak cepat menangkapnya.

"Sebastian ... " Caroline dengan cepat memeluk Sebastian dengan erat. Ia terisak di dalam dekapan lelaki itu. Sungguh, ia benar-benar ketakutan.

Sebastian membalas pelukannya. Ia membelai rambut gadis itu, bermaksud untuk menenangkannya. "Aku ada di sini ... Aku ada di sini, Caroline," bisiknya sambil sesekali mencium kening Caroline dengan sayang.

Di sisi lain, Nick bangkit dari jatuhnya. Tangannya mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan kasar. "Sialan," umpatnya.

Nick meraih batang besi yang sempat ikut terlempar tadi, lalu merubah posisinya menjadi berdiri. Dengan sedikit tertatih, ia berjalan mendekati Sebastian dan mengarahkan batang besi tersebut sebelum

"NICK!"

Suara itu sukses menghentikan niatnya. Ia menoleh ke arah pintu dan mendapatkan Xander yang berdiri di sana. Begitupun dengan Caroline dan Sebastian, mereka sama-sama mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

"Apa yang terjadi!" serunya dengan raut wajah terkejut. Xander kini berjalan mendekati mereka dan kembali terkejut ketika melihat kondisi tubuh Sebastian yang mengeluarkan banyak darah.

"Apa yang terjadi di sini?" ulangnya lagi, menatap Nick dan Sebastian secara bergantian.

Caroline mengatur nafasnya lalu melepaskan pelukan, dan beranjak untuk berdiri. Ia menghapus air matanya, kemudian memberanikan diri untuk mendekati Xander. "Nick tadi telah menyiksa Sebastian," adunya kemudian.

"Dia telah merebut Caroline dariku!" balas Nick, tak mau kalah.

Xander menatap ke arah Sebastian dengan tatapan bingung. Sesaat, sebelum Sebastian bersuara. "Aku mencintai puterimu," ujarnya, membuat mata Xander melebar.

"Kau ..." Xander menggantung ucapannya. Ia berjalan mendekati Sebastian sebelum Caroline mencekal lengannya.

"Aku juga mencintainya. Apa itu salah?" Caroline menelan salivanya ketika Xander menepis tangannya dengan kasar.

"Aku sudah menjodohkanmu dengan Nick, Caroline. Kau harus tahu itu," jelas Xander, membuat Nick tersenyum miring.

Tangan Caroline mengepal. "Atas hak apa, kau berhak dengan seenaknya menjodohkanku?"

Xander sempat terkejut dengan pertanyaan Caroline, tetapi dengan segera ia menormalkan ekspresinya. "Aku adalah Ayah kandungmu. Aku berhak-"

"Ayah yang menelantarkanku selama bertahun-tahun. Itu maksudmu?" potong Caroline. Xander terdiam dibuatnya. "Kenapa? Kenapa kau diam? Ucapanku benar, kan?" sambungnya lagi.

Xander memejamkan matanya. Ia berusaha untuk mengontrol emosinya. "Ikut Aku sekarang, Caroline. Ada beberapa hal yang harus kubicarakan denganmu."

_____________________________________

Call Me, Sebastian [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin