31. One kiss for one trip

973 115 2
                                    

31. Satu ciuman untuk satu perjalanan

Sore ini, Caroline memutuskan untuk pulang ke Los Angeles. Ia rasa, dua harinya di Manhattan sudah cukup untuk membuatnya senang. Kini ia akan kembali ke rumahnya--menjalankan rutinitas seperti biasanya.

Caroline merentangkan tangannya ke arah Sebastian, bermaksud meminta untuk di gendong. Pasalnya, saat datang ke sini, Sebastian juga menggendongnya lalu menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk sampai.

Sebastian menggerak-gerakkan alisnya, mencoba untuk menggoda Caroline. "Satu ciuman untuk satu perjalanan," ujarnya, membuat mata Caroline melotot.

"What the hell? Aku tidak setuju!" protes Caroline.

Sebastian tertawa ringan. Ia kini melipat kedua tangannya di atas dada. "Kalau begitu, kau tidak akan kuantar pulang," ujarnya dengan dagu yang terangkat.

Gigi Caroline bergemulutuk. Perilaku Sebastian kali ini benar-benar membuatnya kesal. "Terserah kau saja! Aku bisa naik kendaraan umum untuk sampai ke rumah!" pekiknya.

Gadis itu terlihat melangkah pergi sebelum suara dari Sebastian menghentikannya. "Kau akan menempuh perjalanan selama satu hari?" Pertanyaan itu nampak terdengar seperti sebuah sindiran di telinga Caroline.

Hal tersebut membuat Caroline tersadar bahwa jarak antara Manhattan dan Los Angeles tidaklah dekat. Bahkan jika di perkirakan menggunakan waktu, Caroline bisa saja sampai seharian berada di dalam angkutan umum. Ah, itu pasti akan sangat membosankan!

Dengan berat hati, Caroline kembali membalikkan badannya lalu mendekati Sebastian dengan raut wajah masam. Sementara Sebastian sendiri, lelaki itu kini tersenyum dengan penuh kemenangan.

"So, One kiss for one trip?" tawarnya, lagi.

Caroline mendelik dengan sebal. Ia dengan berat hati menjingjitkan tubuhnya agar bisa mencapai wajah Sebastian, lalu mencium pipi lelaki itu dengan sekilas.

"Done. Sekarang ayo kita pulang!" seru Caroline, kembali merentangkan kedua tangannya.

Sebastian menyungging senyum. Ia mengangkat tubuh Caroline dengan gaya brydal style, kemudian menatap wajah Caroline dengan lekat. "Not a like kiss that I want to," bisiknya, sukses membuat pipi Caroline bersemu.

Sebastian mendekatkan wajahnya lalu mencium Caroline untuk ke sekian kalinya. Tepat pada bibir. Tentu saja Caroline terkejut karena pergerakannya yang secara tiba-tiba. Apalagi ketika Sebastian kini mulai memperdalam ciumannya, membuat Caroline refleks mendorongnya.

"Cepat antarkan aku pulang!" pekik Caroline. "Kau membuatku semakin kesal saja," sambungnya, disambut dengan kekehan kecil dari Sebastian.

"Pegangan yang erat."

Tanpa menunggu pengulangan kata, Caroline langsung mengalungkan tangannya di leher Sebastian lalu memeluknya dengan erat. Matanya terpejam dengan rapat. Tak lama, ia merasa bahwa angin mulai menerpa tubuhnya dengan kencang. Menandakan bahwa Sebastian sudah memulai aksinya.

Dengan segenap hati, Caroline memberanikan diri untuk membuka matanya. Selanjutnya ia terbelalak ketika tersadar bahwa lelaki itu benar-benar berlari dengan kecepatan secepat kilat. Caroline tak bisa menahan dirinya untuk tidak menjerit, membuat Sebastian secara otomatis menoleh ke arahnya namun tidak sampai menghentikan larinya.

Dari manik matanya, Caroline sudah tahu bahwa Sebastian mengisyaratkan dirinya untuk diam dan tetap tenang. "Diam, dan nikmati," ujarnya--kembali memalingkan wajahnya ke arah depan.

Caroline mencoba untuk menuruti permintaan Sebastian. Ia berusaha untuk tenang dan menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Ah, kenapa rasanya sangat menyenangkan?

Call Me, Sebastian [END]Where stories live. Discover now