36. Help me!

804 95 4
                                    

36. Tolong aku!

Mobil putih itu berjalan di tengah jalan raya seorang diri. Caroline tidak tahu, kenapa kali ini jalan raya terasa lebih sepi dari biasanya. Hanya ada dua sampai empat kendaraan yang melewati. Itupun tidak berlangsung secara lama.

Caroline menurunkan kaca mobil lalu melirik bulan purnama yang masih tercetak jelas di langit sana. Gadis ini mendengkus kemudian kembali fokus untuk mengemudi. Ternyata Sebastian tadi benar-benar tidak menghentikannya. Lelaki itu terlihat acuh ketika Caroline berjalan keluar kamar. Menyebalkan.

Terkadang Caroline berpikir, kenapa harus ia lah yang menjalani masalah hidup seperti ini?

Kematian ibunya, bertemu dengan makhluk lain berwujud vampier, kasus-kasus yang membuatnya penasaran, dan terakhir ... kematian Ayahnya--membuat Caroline tidak tahan lagi. Kini ia hanya hidup seorang diri. Apa yang harus Caroline lakukan sekarang? Bagaimana jika nanti ia yang akan menjadi korban selanjutnya?

Ah, tidak, tidak.

Caroline menggeleng kecil. Ia harus menyingkirkan semua pikiran buruk yang menerpa otaknya. Caroline yakin, bahwa Tuhan akan selalu menjaganya.

Ckiitt

Caroline secara refleks menghentikan mobilnya ketika sesuatu melintas di jalannya dengan sangat cepat. Terkejut? Bukan lagi. Kini ia harus bersusah payah untuk menormalkan detak jantungnya.

Caroline menoleh ke arah depan dengan badan yang sedikit terangkat, bermaksud untuk mencari sesuatu yang sukses menghentikan mobilnya tadi. Namun hasilnya nihil, tidak ada sesuatu yang ia lihat di sana. Tetapi Caroline masih belum yakin. Bagaimana jika ia tadi sampai menabrak sesuatu?

Argh!

Dengan memberanikan diri, akhirnya Caroline memutuskan untuk keluar dari mobil. Jalanan kali ini cukup sepi karna Caroline tak melihat pengendara lain di sana selain dirinya sendiri. Lagian, jalan menuju rumah Nick memang seperti ini. Lelaki itu tinggal di komplek yang terbilang people who are busy working. Jadi penghuni rumahnya jarang keluar rumah dan melakukan aktivitas sosial, karna kebanyakan dari mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Dahi Caroline mengernyit ketika ia tak menemukan sesuatupun di depan mobilnya. Ini berarti, sesuatu yang sempat melintas di depan mobilnya itu tidak ia tabrak. Syukurlah.

Caroline menghela nafasnya pelan lalu berniat untuk kembali masuk ke dalam mobil. Belum sampai tangannya membuka pintu, Caroline dikejutkan dengan kedatangan satu sosok, ah tidak, dua sosok, tidak, tidak, lebih tepatnya empat sosok lelaki berpakaian serba hitam kini berdiri di hadapannya!

Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Siapa mereka?

"S-siapa kalian?" tanya Caroline, berusaha menahan rasa terkejutnya.

Bukannya menjawab, mereka malah melangkah untuk berjalan lebih dekat ke arah Caroline hingga membuat gadis ini secara otomatis melangkah mundur. Caroline berusaha menahan jeritannya ketika ia tak sengaja melihat salah satu dari mereka menunjukkan taringnya, yang berarti mereka adalah seorang ... vampier!

Nafas Caroline tercekat. Ia jadi teringat dengan percakapan dirinya dan Sebastian tadi.

"Kali ini aku tidak bisa menjagamu di luar. Aku tidak bisa muncul di bawah sinar bulan purnama."

"Kenapa tidak bisa?"

"Aku akan hilang kendali."

"Maksudmu?"

"Kesadaranku akan hilang dan ... aku bisa berbuat apapun semauku tanpa memikirkan konsekuensinya."

"Maksudmu ... you will lose control?"

Call Me, Sebastian [END]Where stories live. Discover now