14 (2)

299 56 55
                                    

Diawal cerita aku bilang kalau 2018 tahun terburuk ya? Ralat. Tahun 2019 juga. Nando mulai jarang ngabarin aku sejak anniversary kita yang ke satu tahun. Dan aku juga sering kali dpt kabar kalau Nando punya "cewek" lain. Again, aku ini budak cinta. Tentu aja aku gak pernah percaya sm omongan mereka.

Tapi, sedalam-dalamnya bangkai dikubur, bakalan kecium juga kan baunya? That's it. Akhirnya, kabar itu aku benarkan. Gimana gak, aku yang ngeliat dgn mata kepala sendiri. Yap, Nando selingkuh. Mereka juga pacaran ternyata, udh dua bulan.

Putus. Dia yang mutusin, bukan aku. Saat itu cuma bisa diem saking kagetnya. Mulutku kaya dilakban, gak bisa ngomong apa-apa. /shit, i'ts like a drama/

Aku merasa dikhianati, banget. Maksudku, hei aku kan udh ngasih semuanya? Waktu, uang, cinta, dan yang paling berharga, mahkota. Kenapa dia tega? Sejak saat itu, rokok, obat-obatan, alkohol, aku jadikan pelarian. Bahkan aku hampir nyentuh narkoba (karna kebetulan temen sekelasku (Riko) itu bandar). Kalau menurut kalian terlalu lebay, ah maaf banget, aku tipikal cewek yang berlebihan. Sad girl abissss. Aku slalu berpikir kalau aku yang paling menyedihkan di dunia.

Temen-temenku mulai nanya 'aku kenapa'. Karna udh gak ada yang ngelarang lagi, akhirnya aku mulai cerita sama mereka. Aku juga butuh pelepasan. Oh iya, temen deketku itu ada tiga orang. Lula, Raya, dan Wendy. Mereka yang nemenin aku ngelewatin semuanya. Mereka juga yang suka ngomelin aku kalau aku ngonsumsi obat terlalu banyak.

But, yang namanya pertemanan, gak selamanya akur, kan? Aku sama Mami aja sering berantem, apalagi sama temen. Duh, kayanya 2020 juga jadi tahun terburuk deh. Dibulan Januari tahun ini, kita bertiga (Aku, Lula, Raya) mulai gak cocok sama Wendy. Kita ngerasa kalau, Wendy berubah sejak punya temen lain. Ditambah lagi, dia pernah ngebentak Raya cuma karna hal sepele.

Aku dan Lula jelas gak nerima. Raya itu sensitive, gak bisa dibentak kaya gitu. Akhirnya Wendy aku tegur. Aku negurnya pelan banget, karna masih mikir kalau dia temen deket aku. Tapi, Wendy sendiri juga tipikal orang yang sebenernya gak bisa dikerasin. Alhasil, dia ngadu ke Mama nya, dan beliau dateng ke sekolah. Untuk nyari aku, tentunya.

Aku, Lula, dan Raya akhirnya dipanggil ke ruang BK. Kita bertiga di interogasi. Aku bilang kalau Wendy juga salah disini. Tapi yang namanya orang tua, gak mau denger anaknya disalahin.

Wendy's Mom : "Sekali lagi saya denger kamu gituin Wendy, saya gak akan segan-segan ngelaporin kenakalan kamu ke orang tua kamu."

Me : "Kenakalan? Maksudnya apa ya Bu?"

Wendy's Mom : "Clubbing, ngonsumsi obat. Dan satu lagi, udah gak perawan kan kamu?"

Bodoh gak sih? Harusnya aku gak nantang beliau dengan pertanyaan itu.

Seisi ruangan hening. Gak ada yang berani nanggepin, kecuali Lula. Dia belain aku. Padahal disitu ada empat guru, mereka diem aja. Mulai dari situ, aku kecewa sama sekolah.

Setelah balik dari ruang BK, aku langsung lari ke kamar mandi buat nangis. Aku gak berani nangis didepan Lula sama Raya. Waktu nyeritain semuanya aja aku gak nangis sama sekali. Mereka slalu ngandelin 'Aku yang galak' kalau ada apa-apa. Jadi, gak elite banget kan kalau aku nangis didepan mereka?

Waktu aku balik ke kelas dengan mata sembab, semuanya udah natap aku antara jijik sama marah, campur aduk pokoknya. Dari situ aku bisa narik kesimpulan, 'Oh, berarti beritanya udah kesebar.'

"Gak kaget sih gue. Dari awal emang udah sering mabok, kan?"

"Liat aja mukanya, binal gitu."

"Ih amit-amit deh."

"Ada ya cewe semurahan lo."

"Si pelacur, hahahahaha.

Murid dikelasku ada 42 orang, dan yang bertahan disisi aku cuma 8 (Lula, Raya, Glen, Bintara, Audi, Reinald, Arsen, dan Riko). Mereka terus support aku. Bahkan mereka memperlakukan aku kaya ratu. Aku suka ketawa kalau inget masa-masa itu. Lula sama Raya sampe buatin aku bekal makan siang. Bintara jemput aku kalau mau berangkat sekolah, nanti Audi yang nganter aku pulang. Sedangkan sisanya kebagian ngehibur aku kalau dikelas.

Tapi yaa, terlepas dengan adanya mereka ber-8, kalau aku sendiri tetep aja ada keinginan buat bunuh diri.

Gak, aku gak gores nadi ditangan pakai silet atau pisau. Aku lebih memilih overdosis obat. Jadi setidaknya, kalau jadi mayat, tubuhku itu masih bersih. Kan dalemnya yang rusak, haha.

Dan efek buruk dari kejadian tiga tahun berturut-turut itu, aku jadi phobia laki-laki dan keramaian. Kalau lagi di keramaian, aku suka takut sama pandangan orang, meskipun aku gak kenal sama orang itu. Aku gak berani ke jalan-jalan besar. Denger suara klakson kendaraan yang lagi saut-sautan aja aku bisa teriak.

Soal impian, jujur aku udah gak punya. Udah terkubur dalam, lebih tepatnya. Tapi mungkin, orang-orang yang aku sayang butuh aku buat ngeraih impiannya. Dan keinginan bunuh diri aku juga perlahan mulai hilang kok. Mungkin juga, orang-orang yang aku sayang butuh aku buat bertahan hidup.

Finally ! Ceritaku kelamku selesai !

Bukan maksud aku memperburuk image laki-laki, bukan. Gak semua laki-laki brengsek kok. Yang terpenting, kalian pintar-pintar dalam hal memilih. Biar kejadian ini, cuma aku yang ngalamin, kalian jangan sampe.

(Semua nama yang diatas itu nama samaran).



(Semua nama yang diatas itu nama samaran)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai @Mj !

Terimakasih sudah berani menuangkan ceritanya di sini. Percayalah, kamu orang yang hebat! Semangat selalu!♡

Untuk kamu, @Mj.
Jangan lupa untuk cek komentar di halaman curhatanmu ini, karena akan ada banyak tanggapan positif dari teman-teman yang sama luar biasanya dengan dirimu.

( with love, disordark- )

DARKEST SECRETSWhere stories live. Discover now