O.6 - Bukan Siapa Siapa

1.3K 195 4
                                    

Sinar matahari pagi menembus jendela kamar pemuda itu hingga ia mengerang kecil karena merasa silau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar matahari pagi menembus jendela kamar pemuda itu hingga ia mengerang kecil karena merasa silau. Ia sesekali mengubah posisi tidurnya gusar. Namun tidak lama setelah itu ia sempoyongan bangkit dari ranjang.

Pemuda jangkung itu dengan santainya meraih handuk kemudian mandi sebari diselingi konser kecil disana. Setelah mandi seperti biasa Jaemin punya ritual yang ia juduli 'pomed for hoped' yaitu memoles krim rambut yang tiap polesannya berarti untuk satu harapan dihari itu. Memang, kebiasaan pemuda itu agak aneh. Bahkan teman-temannya mengakuinya.

Jaemin mengambil secuil krim rambut itu pada tangan serta meratakannya. "Semoga hari ini gak sial," ujarnya sendiri pada cermin pada polesan pertama. "Semoga hari ini kagak ada drama-drama," katanya pada polesan kedua. "Semoga hari ini mama ngasih uang jajan lebih," lanjutnya pada polesan ketiga. "Semoga hari ini damai, berkah, sentosa," ucapnya asal pada polesan keempat. Dan ketika hendak memoles rambut yang kelima Jaemin diam sesaat memikirkan apa lagi yang perlu ia harapkan di hari ini. "Eumm, semoga hari ini.. Minju jinak sama gue," kata pemuda itu kemudian terkekeh senyum-senyum sendiri.

Jaemin memperhatikan pantulan dirinya pada cermin sebari merapikan rambut-rambutnya sedikit. Matanya menyipit sesaat, "anjay ganteng," sanjungnya pada diri. Namun setelah itu ia malah tersenyum lebar, "mirip kuda gak sih?" tanyanya sendiri. "Ck. Dasar emang ah, bisa-bisanya orang ganteng dibilang kayak kuda," decaknya membanggakan.

"JAEM KAMU UDAH BANGUN BELUM SIH?" teriak mama Na dari lantai bawah.

"UDAH MA," sahut Jaemin tak kalah keras.

"GAK TELAT APA?" timpal mamanya lagi membuat pemuda itu bergegas melihat jam dinding.

"HAH ANJIR DUA PULUH MENIT LAGI?!" latah Jaemin panik segera bergegas mencari barang yang dibutuhkan dan memasukkannya kedalam tas.

Jaemin cepat-cepat menuruni tangga hingga melewati dua anak tangga sekaligus. Ia kira masih punya banyak waktu sampai menyempatkan ritual lebih dahulu tadi.

"Ih, mama mah kenapa baru ingetin Jaemin? Baru dua hari masuk telat berangkat terus," oceh Jaemin pada ibunya.

"Heh, ngomong apa tadi sama mama?! Anjir?!" omel mama Na tak terlewat.

Jaemin meringis mendapati kelatahannya juga terucap pada sang ibu. "Hehe, maksud Jaem itu tadi banjir ma. Kamar mandi atas banjir."

Mama Na menggeleng-gelengkan kepala pada tingkah anaknya itu. Ia memberi dua lembar uang berwarna hijau membuat wajah pemuda itu merekah seketika.

"Dah ma, berangkat," salam Jaemin mencium tangan ibunya kemudian acuh berlalu.

"Hey Jaem," tegur mamanya sehingga yang dipanggil namanya menoleh. "Mabelas menit lagi, beneran mau jalan?" tanya mama Na mengingatkan.

Jaemin berdecak menepuk dahinya, merutuki. Selalu saja lupa. Bahkan sudah darurat seperti ini, kenapa motornya itu harus ada di sekolah sih?!

"Nih mama pesenin ojek online aja," sigap mama Na mulai meraih ponselnya.

Hello, Minju! || Jaeminju ✔Where stories live. Discover now