1.9 - Luka

847 129 7
                                    

Yujin mengelus-elus pundak sahabatnya yang kini tengah terisak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yujin mengelus-elus pundak sahabatnya yang kini tengah terisak.

"Udah dong udah, kayak gini tuh bukan lo banget," ujar Yujin menenangkan Minju.

Minju menyeka air mata yang tersisa di wajahnya dengan punggung tangan. Kemudian menarik napas serta menghembuskannya perlahan.

"Haishh jadi lebe gini gue," keluhnya pada diri, menghela.

"Ju tapi gue gak paham deh. Tadi lo bilang kalo si Jaemin cuma gak mau bikin lo gak nyaman, sedangkan elo juga gak mau bikin Jaemin gak nyaman? Bentar nih bentar, kalian tuh kenapasih? Yang entah mesti disebut apa tapi seolah-olah lo lebih khawatir perasaan Jaemin dan juga sebaliknya. Lo suka ya sama dia?" tanya Yujin bertubi-tubi membuat Minju belibet.

Gadis itu menghela. "Lo tau sendiri hati gue buat siapa," jawab Minju polos.

"Iya Ju gue tau. Tapi kayaknya mulai detik ini beda cerita deh, masalahnya seakan-akan mulut lo bilang seseorang tapi hati lo bilang orang lain. Kenapa lo mesti sesensi ini hanya karena lo gak enak sama dia? Gue gak ngerti," ujar Yujin yang kemudian merapatkan bibir.

Yujin benar. Mengapa Minju harus sebaperan ini hanya karena memikirkan perasaan Jaemin? Gadis itu merasa ini luka pertamanya. Merasa terluka telah melukai orang lain yang justru tak pernah melukainya sama sekali.

"Entahlah Jin, bahkan gue sendiripun gak ngerti kenapa gue kayak gini," tanggap Minju memain-mainkan kukunya bingung.

"Yaudah yaudah. Okelah gue seharusnya gak bilang gini karena lo tau sendiri kalo gue payah urusan beginian. Tapi gue mau kasih tau lo, kalo lo jangan pernah ragu buat memilih orang yang sesuai apa kata hati lo. Hati lo sendiri ntar yang bakal ngarahin pada orang yang tepat, walaupun nanti akhirnya dia terus sama kita atau hanya sekedar hadir buat kebahagiaan sesaat," jelas Yujin memepatahi sahabatnya yang sedang berkeruh itu.

* * *

Setelah kejadian kemarin, tak ada yang berani menanyakan hal tersebut pada Jaemin apalagi Minju. Keduanya juga sejak pagi hari tak terlihat bertegur sapa sama sekali. Justru saling menghindari.

"Duh Mark, kalo gini terus gue gak enak ngeliat mereka gitu terus," keluh Yujin pada sang KM yang tengah menulis di bangkunya.

"Santai santai, gue yakin gak lama lagi bakal baikan. Lo tau sendiri kek gimana sifat dua-duanya, lo kira bakal canggung terus kayak gitu?" tanggap Mark tanpa mengalihkan pandangan.

"Tapi kann," ragu Yujin menggigiti bibir bawah.

Namun kali ini Mark menolehkan wajahnya. "Udah deh Jin, percaya sama gue," katanya meyakinkan kemudian ia mendekatkan wajah pada telinga gadis itu berbisik, "kalo sampe besok belum baikkan juga, gue bakal cari cara."

Yujin mengerjap-ngerjap, tertegun beberapa detik. "Emang KM gue mantap badaiii," sanjung gadis berambut sepundak itu mengajungkan kedua jempol.

"Ges ges gesss, duduk semua duduk!!" titah Renjun yang baru saja memasuki kelas mengalihkan segala perhatian.

Hello, Minju! || Jaeminju ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang