- Chapter 2 -

1.3K 200 26
                                    

Dua pria tampan terlihat menarik perhatian para wanita di bandara pagi itu. Para wanita itu berhenti melakukan aktivitas mereka masing masing saat melihat wajah tampan pria berkemeja hitam dan senyum malaikat pria berkemeja putih. Kedua pria itu melangkah menuju area check in sambil menarik koper mereka.

Langkah lebar kedua pria itu akhirnya terhenti saat merasakan semakin banyak wanita yang mengikuti mereka.

"Penggemarmu berisik Herold!!"
Lucas yang kesal menyisir rambut hitamnya ke belakang menggunakan jari jarinya. Dia mulai merasa gerah dengan pandangan para wanita itu.
Namun gerakan Lucas itu malah menambah kehebohan di antara para wanita itu.

Pria di sampingnya mengangkat tangannya layaknya seorang Mr. Universe, lalu tersenyum manis ke arah kumpulan wanita haus 'darah' itu. Membuat beberapa dari mereka hampir pingsan.

"Jangan salahkan aku. Mereka semua kebanyakan penggemarmu wahai pria dingin yang tidak peka."

Dia protes dengan wajah masih tersenyum lebar, berusaha tidak terlihat berbicara pada pria berambut hitam di sebelahnya.

"Berhenti melakukan gerakan yang memprovokasi mereka Tuan Lucas."

Herold hanya bisa menggeleng saat melihat Lucas dengan acuh menggulung lengan kemeja hitamnya, membuat para wanita itu bisa melihat otot lengan pria itu.

"Aku melakukan apa? Apa menggulung lengan termasuk provokasi? Kurasa senyummu itu yang membuat mereka semakin histeris Tuan model."

Herold sadar dirinya masih biasa saja jika dibandingkan dengan Lucas. Padahal penampilannya sendiri yang bekerja sambilan sebagai model itu juga sudah sangat menawan. Tapi Lucas sahabatnya itu benar benar seperti dewa Yunani. 'Kecantikannya' seperti bukan berasal dari dunia ini.

"Ck!! Ini karena kau yang memaksa ikut!"
Lucas masih menyalahkan Herold dan segera memasang kacamata hitamnya, malas beradu pandang dengan para wanita itu.

"Aku perlu menjaga sahabatku yang akan melakukan tindakan bodoh. Kau sudah gila dengan mengatakan ada wanita cantik dalam mimpimu. Sekarang aku takut kau akan berkeliling Obelia mengecek satu persatu wanita disana."

"Huh. Aku tidak sebodoh itu."

"Jika kau tidak bodoh, coba katakan padaku bagaimana caramu mencari wanita itu? Apa kau akan tidur di jalan untuk mencari petunjuk dari wanita dalam mimpimu?"

Lucas tidak bisa menjawab pertanyaan Herold. Dia sendiri juga belum tau bagaimana cara menemukan wanita itu. Dia hanya percaya dia akan menemukan wanita itu jika dia pergi ke Obelia.

Tak peduli berapa lama aku harus mencari.

Aku akan menjelajahi ruang dan waktu hingga aku menemukan kembali jiwamu.

_____

Aku melangkah keluar dari bandara. Udara hangat Obelia langsung menyambutku. Angin membawa serta kelopak kelopak bunga musim semi yang sedang bermekaran. Seolah menyambutku pulang ke rumah.

"Ya ayo berkumpul dulu disini. Hari ini kita akan mengunjungi pusat kota ibukota Obelia untuk makan siang. Setelah itu kalian memiliki waktu bebas hingga makan malam."

Hannah menjelaskan jadwal kami hari ini. Untunglah jadwal tur ini tidak terlalu padat. Kami bisa menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk berjalan jalan sendiri. Terlalu lama bersama lima pasangan yang baru menikah dapat menyebabkan mual dan nyeri di ulu hati.

"Mari Nona Soo young. Duduklah di depan bersamaku." Untunglah ada Hannah yang mau berbaik hati duduk denganku.

Mobil travel segera melaju di jalanan Ibukota Obelia. Kota ini masih membiarkan bangunan lamanya berdiri di antara gedung gedung pencakar langit. Terutama alun alun utamanya. Sebuah patung seorang pria tampak berdiri tegak di tengah alun alun. Aku hanya bisa melihat dari jauh. Setelah makan siang aku akan melihatnya dari dekat.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Onde histórias criam vida. Descubra agora