- Chapter 26 -

1.1K 154 76
                                    

Setelah acara perdebatan tidak penting di depan mansion, akhirnya kami semua duduk di ruang tamu utama. Aku duduk bersama Lucas di satu sofa panjang dan berhadapan dengan Ayah dan Ibu. Di samping kananku ada Aluxio dan Celestine yang sedang menimang Aine. Sedangkan bocah tidak bertanggung jawab bernama Aiden duduk di pegangan kursi  yang diduduki Ayahnya.

"Jadi apa yang kau lakukan sekarang, pria muda?" Claude, ayahku, bertanya pada Lucas dengan nada sarkatis. Ck. Pasti dia sengaja menambahkan kata muda.

"Ah. Pekerjaan saya sedikit rahasia. Saya tidak boleh mengatakannya. Yang jelas bukan pekerjaan illegal, pembunuh bayaran ataupun perampok." jawab Lucas santai. Sama sekali tidak merasa terganggu dengan nada bicara ayahku.

Aiden dan Aluxio tampak menarik sudut bibir mereka. Ah mereka sudah tau pastinya. Aku harus mengancam mereka untuk memberitahu pekerjaan Lucas yang sebenarnya apa sekarang.

Lirikan tajamku membuat ayah dan anak itu sama-sama tersentak kaget dan sedikit menumpahkan teh yang sedang mereka minum.

"Huh. Bagaimana bisa aku memberikan putriku pada pria yang tidak jelas pekerjaannya sepertimu?" Ayah kembali bertanya. Lagi lagi dengan nada penuh kekesalan.

"Saya harap Anda tidak tersinggung dengan rahasia yang harus saya sembunyikan. Tapi saya bisa menjamin, putri Tuan akan baik-baik saja bersama saya."

Lucas meraih tanganku lalu tersenyum tipis. "Saya jamin saya tidak akan pernah membiarkan dia bersedih atau kesulitan."

Dia memang terkesan sedikit misterius dengan pekerjaan rahasianya itu. Tapi aku sendiri yakin, Lucas tidak mungkin melamarku tanpa mempertimbangkan kehidupan kami kelak. Apalagi melihat keseluruhan penampilannya, semua yang dia pakai hari ini dari ujung kepala sampai ujung kaki pasti lebih dari ratusan dolar.

Aku balik tersenyum padanya.

"Ck." Ayah berdecak dan menaruh cangkir teh miliknya ke atas meja dengan kasar.

"Claude.." Ibu memanggil Ayah dengan lembut sambil mengelus lengannya. "Bisakah kamu tidak bertanya dengan penuh emosi? Putri kita bukan anak remaja lagi. Dia pasti bisa membedakan pria baik dan pria jahat."

Oh Ibu. Ibu benar-benar seperti Ibu peri dalam cerita dongeng. Keberadaan Ibuku seperti angin segar dalam perdebatan panas dua pria ini.

Wajah Ayah yang semula penuh ketegangan kini berangsur-angsur menjadi lebih tenang.

"Jadi sebenarnya kapan kalian pertama kali bertemu?" Ibu tiba-tiba bertanya. Kali ini pertanyaan yang dilontarkan ibu lebih terdengar seperti seorang wartawan gosip. Mata Ibuku berbinar-binar dan nada suaranya tinggi, menandakan betapa ingin tahunya dia pada hubunganku dan Lucas.

Sekarang bagaimana kami harus menjawab? Kami bertemu di Istana lalu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama? Atau kami bertemu ratusan tahun yang lalu di taman Istana? Dua-duanya terdengar sulit dipercaya.

Yah Ini salahku tidak sempat menceritakan keseluruhan cerita cinta kami pada Ibu. Aku hanya memberitahukan mengenai garis besar hubungan kami. Dan sepertinya Ibu masih belum sepenuhnya percaya dengan cerita kami. Dia kadang masih mengernyitkan dahi saat mendengar Atheia memanggilku Mama atau Eric yang memanggilku Nenek.

"Saya sudah jatuh cinta pada Nona Lee Soo young saat pertama kali melihatnya berjalan-jalan di sekitar alun-alun kota." jawab Lucas dengan yakin.

"Uhuk.." Aiden terbatuk lalu menggumamkan sesuatu yang aku yakin itu umpatan untuk Lucas.

Eh Sebentar.. Alun-alun kota? Ini aneh. Aku jelas-jelas pertama melihatnya di Istana.
Dan itu baru beberapa hari yang lalu. Aku tidak mungkin lupa.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Where stories live. Discover now