- Chapter 15 -

2.2K 169 43
                                    

< Mature Content! 18+. Warning! Masih lanjutan chapter sebelumnya. Author sudah kasih peringatan lho yah. Jangan salahkan author atas segala hal yang akan kalian baca ♡*( ͡˘̴ ͜ ʖ̫ ͡˘̴ )*♡>

Suara kicauan burung mengusik telingaku. Tidak biasanya suara merdu burung malah membuatku kesal. Aku menarik bantal di bawah kepalaku dan menindihnya di atas telinga. Kepalaku pusing, perutku terasa perih. Berapa gelas yang kuminum kemarin? Aku beruntung Ayah tidak meneriaki ku saat ketahuan mengambil hartanya. Oh benar bagaimana kabar ayah dan ibu? Apa ibu masih marah? Aku harus mengecek keadaan mereka pagi ini.

Ah tapi kenapa pinggangku ikut terasa pegal? Rasanya sebanyak apapun aku minum, pinggangku tidak pernah jadi pegal. Rasanya sama seperti baru berolahraga intens. Dan..Oh kenapa pagi ini terasa sangat dingin? Aku menggerakan badanku perlahan dan mencoba menarik selimut putih yang hanya menutupi sebagian tubuh bawahku.

Uh apa ini, kenapa selimut ini tidak bisa ditarik? Ugh!
Menyebalkan sekali! Hei aku sedang kedinginan, jangan mengerjaiku! Siapa ini, Athe? Aiden? Erika? Eric? Ini pasti Aiden!! Dia selalu jahil seperti kakeknya!

"Aiden!!"

"Siapa Aiden?" Suara serak seorang pria mengagetkanku dari belakang. Ini suara Aiden. Tapi kenapa pertanyaannya aneh. Tangan pria itu melingkari pinggangku hingga sampai ke perut. Aneh. Tangannya terasa langsung di kulitku hingga membuat bulu kudukku berdiri. Bibirnya terasa hangat menyentuh pundakku. Aku membuka mata dan terlonjak duduk setelah bibir itu sampai di leherku dan mengecupnya lembut.

"Aiden! Jangan kurang ajar! Aku nenekmu!" Aku berbalik untuk menampar cucu gilaku yang sudah sangat melewati batas.

"Hei! Kurasa sampai tadi malam kamu masih perawan. Bagaimana mungkin kamu sudah jadi nenek?" Tangan pria itu menahan tanganku yang akan melayang ke pipinya.

Mataku yang sempat terasa berat kini membelalak lebar setelah melihat rambut hitam berkilauan milik pria yang menyentuhku.

"Lu- Lucas?" Ini tidak nyata. Aku pasti sedang bermimpi. Pria ini tidak mungkin berada di kamarku.. Kamarku.. Hei ini tidak seperti kamarku di Istana Emerald. Tidak ada sederetan foto yang dipajang di dinding.

"Sungguh keterlaluan. Kamu malah memanggil nama pria lain setelah malam panas yang kita lalui bersama." Pria yang tampak seperti Lucas mengecup jemariku satu persatu. Persis seperti yang sering dia lakukan dahulu. "Apa masih terasa sakit? Maaf jika aku berlebihan semalam." Tatapan matanya yang hangat membuatku sedikit gugup.

"Ma- malam panas? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Aku memalingkan wajahku yang mulai memanas. Ugh kenapa dada bidangnya terlihat sangat menggoda.

"Jangan pura pura tidak mengerti. Apa kamu tidak merasa dingin dengan dada yang terbuka seperti itu?" Matanya menatap ke arah dadaku yang memang terasa dingin. Aku bergegas menunduk dan menemukan tidak ada sehelai benang pun yang menutupi  tubuh bagian atasku pagi ini.

"Kyaaaaaaaaa!!!!!! Tutup matamu! Cepat tutup matamu!!!!" Dengan gugup aku menarik selimut yang ternyata menutupi tubuh kami berdua. Kami berbagi satu selimut.

"Tidak mau. Nanti kamu menghilang jika aku menutup mata. Dan jangan terlalu kencang menarik selimut ini. Aku sih tidak masalah jika kamu mau melihatnya, tapi aku takut kamu pingsan setelah melihat apa yang kumiliki di balik selimut ini."

Apa yang dia bicarakan pagi pagi begini?!! Lucas mengintip tubuh bagian bawahnya yang masih tertutup sedikit selimut dengan wajah santai. Sangat berbeda denganku yang mulai panik setelah mengerti maksud ucapannya.

"Hentikan ucapan ambigumu itu!"

Lucas terkekeh pelan seolah puas setelah melihat reaksiku. Tidak ada yang berubah darinya. Dia masih pria jahil yang senang menggodaku.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Where stories live. Discover now