- Chapter 11-

1.2K 174 27
                                    

"Paman, Apa Athe dan Luxi kelihatan di kamera?"

Atheia dan Aluxio berdiri tepat di depan kamera sang fotografer. Kini yang dilihat di dalam kamera hanyalah mulut Atheia dan lubang hidung Aluxio.

"Athe! Luxio! Kalian menghalangi kameranya! Sini cepat duduk!" Athanasia memanggil kedua anaknya. Gadis berusia delapan tahun dan anak laki laki berusia tiga tahun itu segera berlari kembali ke tempat Ibu mereka.

"Kalian ini.. Bisakah duduk diam sebentar saja? Lihat Paman fotografernya jadi gugup."

"Hehe. Abis abis Athe ingin lihat wajah cantik Athe di kamera. Luxi juga mau ya lihat wajah kakak yang lucu seperti boneka ini?" Atheia dengan percaya diri menunjukan wajahnya yang berkilauan setelah dipoles dengan bedak dan lipstick milik mamanya.

"Menol.. Menol.. " (Menor.. Menor) Aluxio menunjuk nunjuk wajah kakaknya sambil tertawa. Responnya yang sangat jujur itu membuat Atheia kesal. Mereka berdua kembali kejar kejaran berkeliling ruangan.

"Atheia! Aluxio!" Athanasia memijat pelipisnya. Pusing dengan kelakuan dua anaknya.

"Mereka lucu sekali kan. Aku tidak menyangka bisa membuat dua anak selucu itu. Memang gen kita sangat luar biasa." Pria di sebelahnya sama sekali tidak membantu. Dia hanya duduk sambil menyilangkan kakinya.

"Lucas! Dibanding kamu berkomentar tidak perlu seperti itu lebih baik kamu tangkap dua anakmu!"

Komentar tidak berbobot milik Lucas menghasilkan hadiah berupa beberapa pukulan dari istrinya.

"Berapa lama lagi aku harus duduk disini? Aku bukan orang yang kurang kerjaan seperti penyihir tengik itu." Claude menghela nafas melihat kedua cucunya yang berlarian kesana kemari tidak mau diam.

"Sebentar Ayah. Cepat Lucas!"

Pukulan terakhir dari Athanasia berhasil membuat Lucas menyerah dan menggunakan sihir untuk mengangkat kedua anaknya yang nakal persis seperti dirinya. Atheia terjatuh tepat di pangkuan kakeknya dan Aluxio di pangkuan Lucas.

"Nah sudah, duduk yang manis. Lihat ke kamera Atheia Aluxio, katakan cheese."

Fotografer menghitung angka untuk memencet tombol shutter di kameranya.

"Cheeeeseeee~~" Atheia mengembangkan senyumnya hingga seluruh giginya terlihat. Tapi sebelum mencapai angka tiga, tangan mungil menarik sebelah pipinya hingga Atheia berteriak kesakitan.

"Aww awww..Awuxiwooo!!!"

"Aluxio!!!" Ketiga orang dewasa di sekitar mereka segera berteriak memanggil nama sang pangeran kecil.

*Jepret!*

....

..

Athanasia tersenyum mengingat kejadian yang terekam dalam foto yang sedang dia pegang. Foto keluarga yang berantakan karena tingkah nakal Aluxio. Wajah mereka panik dan sangat tidak pantas untuk difoto, tetapi dari foto itu terpancar kebahagiaan keluarganya.

"Aku ingin segera kembali berkumpul dengan kalian.." Cairan bening kembali mengalir di pipi Athanasia.

Saat ini dia hanya sendiri di dalam kamar yang dulu dia tempati bersama Lucas. Kamar mereka sama sekali tidak berubah, semua dibiarkan sama seperti saat dia tidur bersama suaminya untuk terakhir kalinya.
Pigura foto berbagai ukuran tampak menghiasi dinding kamar.

Berbagai kenangan muncul saat Athanasia melihat satu persatu foto di dinding. Foto ulang tahun pernikahan mereka, foto saat Atheia lahir, foto mereka bersama keluarga besar Istana, foto kelahiran Aluxio, foto tamasya tahunan mereka dan bahkan ada foto yang Atheia ambil secara tidak sengaja saat orang tuanya sedang berciuman.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora