- Chapter 3 -

1.2K 184 31
                                    

"Maksud Anda Paduka Ratu Athanasia dan Pangeran Lucas?"

"A..Atha..nasia? Nama wanita di ukiran itu Athanasia?" Aku tidak mempercayai apa yang aku dengar. Itu nama yang sama dengan yang disebutkan 'Ayah' dan pria bermata merah dalam mimpiku. Nama itu jelas bukan nama yang pasaran.

"Benar Nona. Wanita dalam dinding itu Ratu Athanasia. Beliau memerintah Obelia hampir 300 tahun sebelum digantikan oleh putrinya." Resepsionis itu dengan baik hati menjelaskan.

Apa yang dimaksud oleh Ayah dalam mimpinya itu Ratu Athanasia? Kenapa mereka menyebutku Athanasia? Apa berarti 'Ayah' adalah seorang Kaisar? Lalu pria bermata merah itu.. Apa dia Pangeran Lucas yang ada di ukiran itu? 

Puluhan pertanyaan silih berganti dalam benakku. Kenyataan ini membuat kepalaku sakit.

*Bruk*

"Nona Soo young! Anda tidak apa apa?"

Ini kesekian kalinya di hari ini aku membuat orang di sekitarku khawatir.

Resepsionis yang melihat aku terduduk sambil memegang kepala segera menuntunku kembali ke kamar. Sepertinya aku perlu beristirahat sebelum makan siang.
Aku melirik lagi ukiran ukiran itu dalam perjalanan ke kamar.

Entah kenapa rasanya dadaku sakit melihat ukiran ukiran ini. Kisah cinta mereka terpatri dengan jelas di setiap sudut hotel ini. Seolah terus mengingatkanku pada setiap kenangan yang tidak kuketahui.

"Apa anda ingin kubawakan obat Nona?"

"Oh tidak perlu, aku sudah membawa obat sendiri. Terima kasih.."

Aku melihat nama resepsionis itu di nametag bajunya.

"Nona Seth."

Aku tersenyum padanya sebelum memasuki kamar yang terletak paling ujung ini. Aku sengaja meminta kamar agak jauh dari anggota tur lain. Tidak ada yang ingin mendengar suara suara aneh dari berbagai sisi saat malam.

*Ting*

"Ah kurasa tamu itu sudah datang lagi. Beristirahatlah Nona Soo young."
Dia berpamitan dan menutup pintu kamarku. Ini bukan musim liburan tapi sepertinya hotel terkenal ini akan selalu penuh sepanjang tahun.

Kepalaku pusing. Aku perlu mencari obat yang dimasukan oleh Ibu ke dalam tas. Ada dimana obat itu? Aku menyesal tidak menyimpannya di tempat yang mudah dijangkau.

*Srak*

Aku meminum beberapa butir obat dan mencoba beristirahat. Aku sudah muak dengan obat pereda sakit ini. Sampai kapan aku harus meminumnya.

"Haaah..."

Aku menjatuhkan tubuhku ke atas tempat tidur. Pergi sendiri seperti ini memang terlihat agak menyedihkan. Tidak ada yang bisa diajak bercerita. Kurasa nanti malam aku akan menelpon Ibu.
Aku menutup mata dan mencoba untuk istirahat.

Apa aku harus mencoba membaca sejarah tentang Obelia?

Jika Athanasia adalah seorang Ratu pasti ceritanya akan tertulis buku.
Ah tapi mungkin aku harus tidur sebelum itu. Kepalaku terasa sangat berat. Masih ada waktu sebelum makan siang.

Siang itu Ayah kembali datang dalam mimpiku. Dia tersenyum hangat melihatku yang sudah berdiri di hadapannya. Aku bisa melihat rambutku berganti menjadi pirang.

Kini bukan hanya wajah ayah yang kulihat. Seluruh bagian dari ruangan tempat kami berdiri mulai tergambar jelas dalam mimpiku. Ruangan itu memiliki jendela jendela lebar yang langsung menghadap ke taman bunga mawar. Vas bunga keramik terlihat di keempat sudut kamar. Bunga bunga segar tampak tersimpan di dalamnya. Pria tampan yang menyebutku putrinya itu duduk di meja kerjanya sambil memegang pena.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang