- Chapter 12 -

1.2K 165 67
                                    

Gemersik pepohonan mistik yang bergoyang di pinggiran jalan antar dimensi mengusik telinga Aluxio. Jalanan yang dulu sering dia lalui bersama Ayah dan kakaknya kini semakin mengecil dan mulai dinaungi oleh kegelapan. Orang yang tidak cekatan pasti sudah terjatuh ke lubang tak berujung yang tersebar di sepanjang jalan. Bahkan di beberapa lubang Aluxio bisa melihat ada banyak tangan penuh luka menggapai gapai keluar. Sungguh mengerikan. Dia berjalan perlahan dengan bantuan cahaya putih yang keluar dari telapak tangannya.

"Ck. Sejak kapan tempat ini jadi seperti rumah hantu." Aluxio berdecak kesal setelah sebuah tangan berusaha menggapai kakinya. "****! Jangan menyentuhku!"

*Krak!*

Tangan itu terlalu kurang ajar. Aluxio menginjaknya hingga berhenti bergerak. Bau busuk yang menyengat keluar dari tangan hancur yang diinjaknya. Jelas itu bukan tangan manusia hidup.

Suara bisikan bisikan wanita muncul dari balik pepohonan mistis hingga membuat bulu kuduk nya berdiri. 'Lihat ada manusia.'
'Berani sekali dia masuk kemari' 'Aku ingin kepalanya' 'Hatinya pasti lezat!' 'Ususnya!'

"Berisik kumpulan wanita jalang! Cepat pergilah dengan benar ke neraka!"

Para roh wanita berambut hitam panjang itu pergi setelah melihat cahaya merah keluar dari salah satu tangan pria tampan yang mereka lihat.

Tempat ini jelas bukan tempat yang menyenangkan lagi untuk dijelajahi. Berbagai makhluk dari kegelapan mengincar Aluxio dari berbagai sisi. Sejak seratus tahun lalu, Lucas mulai memarahi anak dan cucunya yang berusaha pergi menjelajahi dimensi. Awalnya hanya ada sedikit makhluk aneh yang tiba tiba muncul dari lubang hitam, jalanan masih terang dan bisa dilewati dengan mudah. Namun dari tahun ke tahun tempat ini menjadi lebih seperti persimpangan antara dunia dan neraka.

Jalanan berbatu tiba tiba runtuh. Ratusan tangan mengejar dari belakang. Kumpulan manekin yang tiba tiba bergerak sambil membawa pisau. Suara melengking minta tolong yang membuat telinga sakit. Kumpulan wanita berbaju putih dan berlumuran darah menghantui tepat di depan wajah. Orang biasa yang nekat masuk pasti akan mati dalam sekejap atau jika mereka selamat, kemungkinan besar mereka akan jadi gila.

"Ini aneh. Pohon itu harusnya tumbuh di sekitar sini." Aluxio menggoyang goyangkan batu ruby di tangannya. "Apa batu ini rusak?"

Batu ruby di tangannya jelas terus berkedip sebagai tanda sihir pohon dunia yang semakin dekat , namun hingga saat ini dia belum menemukan pohon tua itu.

"Apa mungkin mimpi itu sungguhan?"

Sebulan yang lalu, Aluxio sempat bermimpi tentang pohon dunia. Pohon tua itu meminta tolong. Dia terus berteriak teriak 'Panas! Panas! Tolong! Jangan bakar aku lagi!'

Dedaunan pohon dunia terbakar api yang menyala dengan hebatnya. Entah apa yang terjadi. Cairan berwarna merah mengalir dari setiap sudut batangnya. Pohon agung itu sekarat.

Aluxio terdiam sejenak. Batu ruby di tangannya telah berubah warna menjadi ungu kehitaman. Ada sihir gelap yang mendekat. Dia bisa mendengar suara tongkat yang mengetuk ngetuk jalanan berbatu secara konstan.

'Tuk. Tuk. Tuk.'

Lehernya terasa dingin. Punggungnya seolah ditusuk dengan ribuan jarum tidak terlihat. Kekuatan sihir gelap yang dia rasakan tidak main main. Baru kali ini dia merasakannya. Dengan waspada, Aluxio mengeluarkan pedang besar warisan kakeknya dari telapak tangan kanannya.

Suara tongkat itu semakin dekat, dan kini Aluxio juga bisa mendengar suara kepakan sayap di kejauhan. Bukan hanya satu sayap tetapi beberapa sayap yang bergerak bersamaan. Ini buruk. Aluxio membalikkan badannya dengan cepat setelah mendengar suara tembakan panah.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Where stories live. Discover now