- Chapter 27 -

1K 139 51
                                    

"Kamarku atau kamarmu?" Bisikan Lucas terdengar sangat menggoda di telingaku.

Sudah dapat dipastikan malam ini kami akan kurang tidur lagi.

"Kamarmu." Aku menjawab dengan malu-malu tapi mau. Seperti kucing yang jual mahal.

Lucas tertawa pelan melihat aku yang langsung menyembunyikan wajahku ke dalam jas miliknya. Aku masih malu mengatakan 'Ya, aku ingin bercinta denganmu di kamarmu.'
Itu terlalu vulgar bagi gadis polos sepertiku.

Tapi yah tidak bisa dipungkiri, aku juga menginginkan dia lagi malam ini. Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi esok, jadi aku ingin berusaha semaksimal mungkin menghabiskan waktu dengannya. Dengan perlindungan penuh tentunya.

"Sekarang?" Lucas bertanya lagi. "Hotel kita ada di depan sana. Aku bisa menggendongmu sampai kesana."

Menggendongku? Di tengah kerumunan seperti ini?

"Tidak perlu!" Aku segera menolak idenya.

Jika dia melakukannya maka surat kabar dan portal berita gosip akan penuh lagi dengan foto kita berdua. Saat ini pun beberapa orang tampak melihat menyelidik ke arah kami berdua.

"Aku bisa jalan sendiri. Dan.. Dan.. Ini masih terlalu cepat untuk kembali ke hotel. Aku masih ingin makan." Aku mencoba mencari alasan agar Lucas mau menghabiskan waktu di festival panen ini lebih lama lagi.

"Baiklah jika itu keinginanmu." ujar Lucas seraya memutar tubuhku.

Kami masih berdansa. Selama aku bersembunyi dalam jasnya, dia terus mengiring langkahku hingga aku tidak sadar sedang berdansa tanpa menginjak kakinya atau pun menabrak pasangan lain.

"Sayang.." Lucas memanggilku.

"Hmm?" Aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya.

"Jika kamu ingin lebih lama disini, bisakah kamu menjauhkan wajahmu dari dadaku? Kamu sudah membuka tiga kancing teratas."

Pria tampan itu tersenyum menyeringai saat melihatku terbelalak kaget di depan dadanya yang sedikit terbuka. Pergerakan kepalaku membuat kancing kemejanya terlepas. Ah aku bisa gila.

Dengan terburu buru aku mengancingkan lagi kemejanya. Pantas beberapa wanita menatap Lucas tanpa berkedip. Ugh. Ini milikku! Milikku! Jangan lihat!

"Aku tidak tau kalau ini bisa terbuka semudah itu." kataku dengan panik. "Ini merk mahal, kan?"

"Aku sengaja membuatnya mudah dibuka untukmu."

Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Apa dia sudah mengira aku akan membukanya malam ini? Wanitamu tidak seliar itu, Tuan.

Hm. Ya tidak. Selama aku tidak minum alkohol sekuat whisky Ayah.

Kami terus berdansa hingga beberapa lagu. Waktu tidak terasa lama bersamanya. Kakiku juga tidak pegal sama sekali. Aku fokus menatap matanya.

.....

"Kamu mau makan?" tanya Lucas.

Lagu sudah dihentikan. Pesta dansa sudah berakhir. Tapi tempat itu masih sangat ramai. Orang-orang masih menunggu acara kembang api tengah malam nanti. Para penjual makanan juga masih silih berganti berteriak menawarkan dagangan mereka.

"Ya." jawabku singkat.

Lucas meraih tanganku dan menggiringku menuju salah satu restoran di alun-alun. Restoran favorit kami berdua sejak ratusan tahun lalu.

Dia benar-benar sudah ingat? Aku ragu.

Aku memperhatikan wajah Lucas. Dia sama sekali tidak terlihat kesakitan ataupun tidak nyaman. Dia masih tersenyum manis sambil mengeratkan genggaman tangan kami berdua.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang