- Chapter 8 -

1.2K 182 21
                                    

Istana Kekaisaran Obelia tidak banyak berubah. Atheia merawatnya dengan baik selama puluhan tahun terakhir. Bahkan coretan crayon yang dibuat Atheia, Aluxio dan cucu cucuku masih bisa kulihat di bagian bawah dinding Istana Garnet. Salah satu dari para ayah itu pasti membuatnya tidak bisa hilang.

"Kastil ini dahulu digunakan anggota kerajaan Obelia sebelum akhirnya pemerintahan mereka berganti menjadi republik demokrasi dimana putri terakhir kekaisaran menjadi Presiden pertama."

Hannah menceritakan sejarah Istana yang menjadi rumahku selama ratusan tahun kepada para peserta tur.
Sedangkan aku memilih berjalan sendiri memisahkan diri dari mereka. Aku ingin melihat lukisan Ayah di koridor dekat ballroom utama.

Sepatu hak ku terdengar nyaring di sepanjang koridor Istana Garnet. Aku menelusuri jalan yang sering kulalui bersama Ayah saat aku masih kecil.

Athanasia, jangan lari lari. Nanti kamu jatuh.

Berbagai memori seolah berputar kembali di hadapanku seperti film yang berjalan mundur. Mengingatnya sungguh membuat dadaku terasa sesak, aku ingin kembali ke masa bahagia itu. Masa dimana kami semua berkumpul dan tertawa bersama.

Aku berjalan hingga sampai ke ballroom utama. Ruangan besar ini masih terlihat sangat indah. Tidak ada debu ataupun sarang laba laba. Semua hiasannya masih tertempel rapih di dinding. Lampu kristal yang bergantung di atas langit langit masih berkilauan tertimpa cahaya matahari yang masuk dari jendela jendela panjang di sekeliling ruangan.

"Hmm.. Kenapa tidak ada turis yang masuk kesini."

Di tempat ini pertama kalinya aku berdansa bersama Ayah di debutante. Aku masih ingat bagaimana Ayah memelukku yang hampir terjatuh setelah menginjak kakinya.
Setelah aku menikah, aku baru tau jika itu semua ulah Lucas. Dia sengaja membuatku menginjak kaki setiap pria yang berdansa denganku, selain dirinya sendiri. Sungguh licik!

Aku mulai mengingat langkah langkah dansa yang kupelajari dengan giat saat masih remaja.

"Sepertinya tubuhku mengingatnya dengan sangat baik.."

Tubuhku berputar dan berayun dengan anggun mengikuti irama yang terekam di dalam benakku. Aku berdansa dengan bebas mengelilingi ruangan ballroom sambil mengingat setiap kenangan yang ada di tempat ini. Pelukan hangat Ayah yang membuatku merasa aman, bisikan cinta Lucas yang membuatku tersipu, langkah kaki Atheia yang berlari mengelilingi ruangan bersama Aluxio, tawa bahagia seluruh anggota keluarga setiap kali kami mengadakan perayaan ulang tahun, hingga tepuk tangan meriah dari para hadirin. Semuanya membuatku ingin kembali ke masa lampau.

Tak lama aku berhenti dan terduduk di tengah ruangan sambil menangis. Semua ingatan ini benar benar membuat hatiku serasa diremas remas. Aku harusnya menunggu hingga si kembar datang, sendirian membuatku mudah terbawa emosi.

_____

Lucas memakirkan mobilnya di depan gerbang Istana. Di depan mobilnya sudah ada bis mini yang sepertinya membawa rombongan turis. Mereka turun satu persatu dan mengikuti pemandu tur yang membawa bendera kecil di tangannya.

"Wah tampaknya tempat ini sudah penuh sejak pagi.."

Dia turun dengan membawa kamera dan membuka kacamata hitam yang dia pakai untuk menyetir. Beberapa wanita yang berjaga di pintu masuk Istana tampak berteriak histeris melihat Lucas. Mereka terpesona dengan ketampanan pria itu. Kelopak bunga mawar merah yang berterbangan terbawa angin seakan mendukung keseluruhan penampilan Lucas pagi ini. Kini pria tampan itu seperti aktor drama korea yang sedang syuting di negri asing.

"Entah kenapa tempat ini terasa familiar. Apa aku pernah melihatnya di TV?" Lucas bergumam sambil menatap ke dalam kompleks Istana Kekaisaran Obelia.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Where stories live. Discover now