- Chapter 24 -

1.1K 160 66
                                    

"Aaah..Aku serasa hidup kembali setelah tidur." Aiden yang baru saja bangun mulai merenggangkan badannya. Setelah tidur lumayan lama, kini energinya kembali terisi. "Hmm. Ngomong-ngomong, Apa yang tadi Bibi ingin katakan padaku?" dia bertanya tanya. Tangannya terjulur untuk mengambil ponsel yang tadi dia lempar.

"30 pesan masuk. Semuanya dari Bibi Athe. Benar benar wanita yang tidak sabaran. Aku-"

*Brugh*

"Kak! Biarkan aku mencarinya! Pasti masih ada sisanya." Aluxio berteriak pada Shuo yang masih di dalam ruang dimensi. "Kakak tidak bisa begini padaku! Mereka orang tuaku!"

"Diamlah Aluxio. Disini berbahaya, kembalilah ke keluargamu." Shuo menjawab dengan tegas, tidak berniat beradu argumen lagi dengan adik iparnya yang sangat keras kepala. "Aku akan segera kembali dengan solusi yang lebih meyakinkan. Ah, dan bilang pada Atheia supaya jangan terlalu banyak minum dan mengumpat. Aku bisa mendengarnya dengan jelas di telingaku."

"Kak!!" Aluxio kembali berteriak. Tapi terlambat. Shuo sudah menutup pintu antar dimensi. "Ck!" Dia berdecak. Sekuat tenaga dia berusaha membuka lagi pintunya tapi tidak bisa, pintunya seolah terkunci dari dalam. Shuo sudah menyegelnya. "Sial!!"

"A.. Ayah.. Kau menduduki kepalaku." Aiden bergumam. Kepalanya tergencet bokong Ayahnya. Wajahnya tenggelam di dalam tempat tidur. Jika lebih lama lagi dia bisa kehabisan nafas.

"Aah!! Aiden!" Sang Ayah berteriak. Dia hampir membunuh putra sulungnya. Dengan tergesa gesa dia bangkit dari tempat tidur anaknya.

"Leherku rasanya mau potong. Kenapa Paman mendorong Ayah ke kamarku." Aiden menggerutu dan memegang lehernya yang tadi menahan beban berat. Tak pernah dia sangka Ayahnya akan muncul dari langit langit kamarnya. Untunglah dia sedang tidur sendiri.

"Kamu pulang ke rumah? Sejak kapan? Rasanya terakhir Ayah melihatmu adalah enam bulan yang lalu. Itu pun hanya sebentar."  Aluxio mengerutkan dahinya.

Sejak tiga puluh tahun lalu, putranya itu jadi jarang pulang ke rumah. Sibuk, masih ada jadwal terbang, masih di rumah pacarnya, dan sederet alasan lain yang kadang tidak masuk akal selalu bisa dia karang pada Ayah dan Ibunya. Tapi Aluxio tau alasan sebenarnya, Aiden terlalu sayang pada neneknya yang telah tiada. Pulang ke rumah hanya akan mengingatkannya pada Athanasia.

"Nenek sudah pulang. Tentu aku harus menemaninya." jawabnya dengan santai sambil menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri. "Aku sangat merindukannya, dia tetap cantik walaupun wajahnya tidak seperti dulu." Aluxio memuji neneknya dengan wajah berseri dan membuat Ayahnya curiga.

"Kamu tidak mengganggunya kan? Mencurigakan sekali." Aluxio bersidekap di depan anaknya. Mencoba membaca raut wajah anaknya.

"Tentu tidak! Aku tidak pernah mengganggu Nenek!" Aiden mengelak dengan cepat. 'Aku tidak mengganggu nenek, hanya mengganggu kakek.' gerutunya dalam hati.
"Ayah sendiri bagaimana? Sudah menemukan pohon dunia? Bibi Athe terus mengumpat tiada akhir karena Ayah. Apalagi setelah surat palsu itu datang."

"Surat palsu? Surat palsu apa?" tanya Aluxio, tidak mengerti dengan perkataan anaknya.

"Surat palsu yang ditujukan untuk Ibu dengan menggunakan nama Ayah. Paman Shuo segera membakarnya saat melihatnya pertama kali. Dia bilang ada makhluk jahat yang mengincar Ayah." Aiden menatap tajam Ayahnya. Surat itulag yang sempat membuat seluruh anggota keluarga panik hingga membuat Shuo harus menjemput Aluxio.

"Ah. Apa itu sebabnya Kakak ipar menjemputku." Aluxio bergumam. "Lalu bagaimana dengan Ibumu? Dia tidak terluka kan?" dengan sedikit panik, Aluxio menggoyangkan lengan putranya dan bertanya tentang istrinya.

"Ibu.. Dia-"

Tiba tiba suara ketukan pintu berkali kali menghentikan pembicaraan mereka.

"Aiden! Ini Ibu! Mau berapa lama lagi kamu tidur?! Kakak Ipar terus menelpon Ibu daritadi. Dia bilang Nenek dan Kakekmu akan segera datang kesini!" Celestine berteriak dari luar. Sudah sangat kesal dengan anaknya yang tidak juga bangun setelah berkali kali dia datang ke kamarnya. "Cepat buka pintunya! Atau Ibu bekukan kamarmu!" wanita cantik itu mulai mengancam.

Edelweiss (Who Made Me A Princess Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang