0.9.

1.6K 315 195
                                    

Setelah membawa Taehyun ke rumah sakit, ketujuh namja yang mendapat julukan 'bangtan' itu kembali ke kost mereka. Sedangkan untuk lima anak berjuluk 'tubatu' itu tengah di rumah sakit demi menemai salah satu teman mereka yang terluka.

Bahkan, mereka rela absen sekolah untuk menemani Taehyun di rumah sakit.

"Gaes, pelaku semakin keterlaluan! Gue kasian ngeliat Taehyun, lukanya dalam banget. Saat gue lihat batu yang menghantam kepalanya, gue ngeri banget, njir. Batunya sangat tajam." Ujar Seokjin yang duduk di sofa berdampingan dengan Namjoon.

"Kenapa gak lo obatin sendiri aja, hyung? Sekalian buat hemat biaya." Tanya Namjoon.

"Gue gak berani buat nanganin dia sendiri. Itu terlalu berbahaya mengingat gue ini adalah dokter psikologis sebenarnya. Gue ya cuma bisa bantu-bantu kalian dikit kalau lukanya tidak terlalu serius. Tapi untuk Taehyun tadi bener-bener kronis, bahkan gue tadi ngeliat ada beberapa pecahan batu yang menancap di dalam kepalanya." Jawab Seokjin bergidik ngeri mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat ia memeriksa kondisi Taehyun tadi.

"Sampai seperti itu, hyung? Wah, pasti itu sangat sakit." Tutur Namjoon.

"Kita semua harus berjaga-jaga. Bahkan saat kita bersama pun pelaku masih bisa melukai kita, apalagi kalau kita sendiri." Ujar Yoongi serius menatap muka keenam temannya.

"Kita semua berkumpul, tapi diantara kita masih ada yang terluka, berarti pelakunya orang luar dong?" Taehyung mengutarakan opininya.

"Tapi sepertinya tidak seperti itu, Tae. Pasti pelakunya orang dalam, kalau bukan, pelaku tidak mungkin bisa melukai kita setiap saat karena mereka tidak tahu apa yang kita lakukan, kita sedang di mana, lagi ngapain aja. Walaupun toh itu tetangga kita--Kyungsoo hyung misal, dia juga kagak bakal tahu rutinitas kita dengan detail. Tapi kenyataannya? kita selalu terancam kapan pun dan di mana pun." Sahut Yoongi tidak menyetujui ucapan Taehyung.

"Ah, hyung benar. Kita mendapat ancaman di mana-mana. Bahkan saat kita bersama juga. Berawal dari kita yang pergi ke hutan, saat di sekolah, saat kita pergi ke festival, saat kita di cafe, bahkan saat kita di kost sekali pun." Ujar Taehyung menimpali apa yang Yoongi ucapkan.

"Iya, kita seperti selalu diintai. Gue jadi ngerasa gak sebebas dulu lagi. Dan, apa cuma gue yang ngerasa kalau kita itu sebenarnya sia-sia ngomongin semua rencana untuk menangkap pelaku karena pelakunya adalah salah satu dari kita sendiri." Ucap Jimin.

"Lo bener, Jim. Percuma kita bahas teori-teori atau apa pun itu terkait penangkapan pelaku kalau pelakunya sendiri tahu rencana kita. Jadi, dia seperti sudah punya rencana untuk menggagalkan rencana kita." Hoseok menimpali ucapan teman sekamarnya.

"Gue bener-bener masih curiga sama Kyungsoo hyung! Kan bisa saja dia adalah salah satu anak buah pelaku kalau pelakunya benar salah satu diantara kita. Gak mungkin kan pelakunya cuma satu orang? Gak mungkin satu orang saja cukup untuk menjalankan aksinya yang kian hari kian berbahaya seperti ini." Jungkook berujar serius.

"Iya iya, Jungkook benar. Pasti pelakunya lebih dari satu orang. Satu untuk mengawasi kita, dan yang lain bertugas untuk melukai kita." Namjoon menimpali ucapan Jungkook.

Brugh!

Ketujuh namja itu pun lantas menoleh ke arah sumber suara, tepatnya di jendela kost yang berada di ruang tengah. Jendela yang sama dengan jendela yang kacanya pecah dan menimpa Yoongi malam itu.

Ketika semuanya saling berpandangan dengan tatapan tanya, Namjoon dengan segala tekatnya langsung menghampiri jendela tersebut.

Diintipnya pemandangan luar jendela dan matanya langsung membelalak sempurna saat melihat seseorang di sana.

Do or Die | BTS TXT (COMPLETED)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora