15.Ancaman

486 35 1
                                    

{}Selalu ada yang tumbuh setelah layu, selalu ada yang berlabuh saat merasa tidak laku.

{}Selalu ada yang tumbuh setelah layu, selalu ada yang berlabuh saat merasa tidak laku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                ******

Sedari Kale kecil Risa selalu mengingatkannya untuk sarapan sebelum pergi ke sekolah dengan tujuan agar belajar lebih fokus. Mungkin itu hanya dulu, tidak sekarang. Seorang Kale yang sekarang sudah tumbuh menjadi dewasa enggan memakan sesuap nasi sebelum ke sekolah. Kale datang menuju meja makan hanya untuk menanyakan jaket lamanya.

"Ada di lemari Ica, Abang nggak mau makan dulu?" tanya Risa.

Kale menggeleng kecil lalu berjalan menuju kamar Ica. "Itu contoh yang nggak baik, jangan ditiru." Ucap Febrianto pada Ica.

Ica mengangguk lalu kembali memakan nasi goreng. Setelah Kale berhasil menemukan jaket bomber berwarna hitam ia bergegas keluar rumah.

"Azil." Panggil Febrianto.

"Hm." Jawab Kale.

"Abang sama Ayah nggak boleh gitu." Kata Risa memperingati.

"Apa?" ralat Kale dengan wajah datar.

"Dipanggil kesini dong." Jawab Febrianto, Kale berjalan mendekati mereka.

"Berangkat bareng Ayah sama Ica." Kata Febriato.

"Iya." Jawab Kale lalu duduk di hadapan Ica dan mengambil buah pir, setelah diusap buah itu Kale gigit.

"Abang emang nggak mau bawa mobil kesekolah?" tanya Ica.

"Makan nggak boleh ngomong." Jawab Kale mengalihkan pembicaraan.

"Mau nyoba bawa mobil kesekolah nggak?" tanya Febrianto.

"Macet." Jawab Kale.

"Apa bedanya sama naik angkutan umum? Naik motor aja mau?" tanya Risa.

"Panas." Jawab Kale.

"Ih keren tahu Abang kalau naik motor, nanti kaya Dilan." Tandas Ica membuat Ayah dan Ibunya terkekeh kecil.

Kale menatap sinis pada Risa dan Febrianto. Sekarang Kale telah duduk di samping Ayahnya, sedangkan Ica duduk di belakang.

"Le, cita-cita kamu apa nanti?" tanya Febrianto yang tengah menyetir sambil sesekali menoleh pada wajah Kale.

"Hm ... bingung." Jawab Kale sambil memainkan kancing jaketnya. Sengaja jaket tersebut tak ia kenakan.

"Lho, kalau di sekolah ditanya sama Guru tentang cita-cita kamu jawabnya apa?" tanya Febrianto.

Kale seperti tengah berpikir. "Beberapa bulan lalu aku di kelas pernah ditanya itu sama Guru, dan ku jawab ingin menjadi Guru BK."

Febrianto tertawa renyah mendengar cerita putranya, sedangkan Ica hanya menyimak. "Terus ditanya alasannya nggak?"

Kale mengangguk. "Aku jawab agar bisa menghukum Bule, Jawa dan Epot."

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang