17.Sebuah rasa

340 29 3
                                    

{}Perbutan gila akan mendapatkan kutukan dari diri sendiri. Penyesalan.

                             *******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                             *******

Tiga hari lagi ulangan sekolah akan berakhir, tapi kasus pembunuhan Randy belum juga terungkap. Apa yang dikatakan Meri hari itu hanya sekedar gurauan saja. Sial, padahal Bule sudah panas dingin mendengarnya. Pagi ini Jawa berangkat kesekolah bersama Kale, karena semalam Jawa menginap dirumah Kale. Semalam juga mereka bertiga bermain judi dirumah Kale entah terhasut setan apa Kale ikut dan ternyata ia kalah, tentu saja kalah karena Kale adalah pemula, alhasil ia harus meneraktir ketiga teman-temannya.

Saat Jawa ingin memasuki mobilnya ke garasi sekolah ia melihat ada Kakek tua yang berdagang cilok dekat gerbang. Kasihan sekali, Jawa dapat cerita soal Kakek itu dari Erni. "Le!"

"Hm." Jawab Kale sambil membuka seatbeltnya.

"Tadi lo lihat Kakek-kakek yang jual cilok deket gerbang nggak?" tanya Jawa.

Kale hanya mengangguk. "Kasihan tahu dia, kata Erni dia jual cilok nggak laku-laku, padahal anaknya butuh uang buat pengobatan."

Kale langsung menoleh. "Rumor?"

"Fakta! Erni tetanggaan." Jawab Jawa. Kale jadi diam melamun.

Jawa keluar dari mobilnya lebih dulu. Mereka berjalan melewati koridor kelas. "Lo denger nggak desas-desus kasus Randy? Katanya pelakunya anak Jailen."

Kale langsung menoleh. "Rumor?"

Jawa menyengir kuda. "Iya sih, tapi ya hati gue sedikit percaya."

"Nggak usah ajak gue gosip, nggak nafsu." Jawab Kale ketus.

Mereka telah sampai di tempat biasa, ternyata ditempat itu sudah ramai sekali orang-orang yang sedang berkerumun membahas satu hal. Jawa yang ingin tahu langsung ikut berdesakan. Disitu juga sudah ada Epot dan Bule.

"Ada apa?" tanya Jawa pada Faisal si pemberi informasi.

"Guntara, anak kelas XII IPA 3 dikabarin meninggal gara-gara salah serang." Ucap Faisal membuat Jawa terkejut bukan main.

Guntara adalah anak yang sangat sering sekali datang kemari dan berkumpul bersama, sikapnya hampir mirip dengan Bule.

"Pulang sekolah kita harus kerumahnya." Ajak Bule yang disetujui semua.

Kale mendengar itu, ia hanya bisa terdiam di tempat. Kenapa banyak sekali orang-orang yang menganggap nyawa itu hal sepele.

Anya tengah belajar bersama Sifa di depan perpus, tempat ini cukup nyaman. Pohon rindang membuat suasana belajar semakin bersemangat.

"Nya, lo banyak bengong!" kata Sifa.

Ya, Sonya Senja Afrita akhir-akhir ini memang sering sekali melamun. "Apa si, fa?"

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang