55.Bertingkah again

282 26 6
                                    

Kebaikan seseorang terkadang sering diragukan. -Bule.
_______________________________________

Entah untuk yang keberapa kalinya perut Anya berbunyi, kemana pula orang yang memerintahkannya ini, walau lapar Anya bersikap baik-baik saja di depan Ica.

"Putri kata Bunda Ayah lagi nyari donor mata buat Ica, nanti Putri harus jadi temennya Ica ya walau udah nggak kerja disini?"

Anya menelan Saliva di mulutnya, "Iya, Ca."

Suaranya Anya sampai sekarang masih dibuat kecil agar identitas aslinya tidak ketahuan. "Ica mau denger cerita lagi?" tanya Anya. Ica dan Anya memang banyak menghabiskan waktu dengan bertukar cerita.

Ica menggelengkan kepalanya. "Gantian boleh?"

"Boleh banget!" jawab Anya antusias.

Ica tersenyum sebelum mulai bercerita, Anya punya feeling kalau cerita Ica akan bahagia ternyata. "Dulu sebelum kejadian Ica jadi kaya gini, Ica sama Abang udah buat rencana mau jalan-jalan," kata Ica.

Ini salah ayahku, Ca maaf. Batin Anya.

"Oh ya? kemana luar negerikah?" tanya Anya pura-pura tak tahu.

Ica menggeleng. "Sebelum keluar negeri Ica mau keliling Indonesia dulu, karena Indonesia juga nggak kalah indahnya," jawabnya. Cerita Ica seperti tak asing di telinga Anya, tapi Anya ingin tetap mendengarkannya.

"Waaah, pemikiranmu kaya Abangmu!" kata. Anya spontan. Alis Ica bertautan bagaimana bisa pengasuhnya ini tahu Kale.

"Apa, put?"

"Nggak!" Anya sadar ia keceplosan.

"Ica sama Abang emang banyak kesamaannya," jawab Ica. "Bahkan banyaknya kesamaan Ica sama Abang ini dulu kadang bikin Kak Anya cemburu," ucap Ica membuat mata Anya membulat.

"Ica tau? Abangmu cerita?" Ica mengangguk.

"Iya, dia ngaku salah tapi diulang lagi, dia emang ngeselin," kata Ica.

"Aishhh dasar Kale!" umpat Anya dalam hati, dulu Anya mengira Kale tak tahu bahwa ia cemburu pada Ica.

"Abang selalu bilang Kak Anya cantik dalam situasi macam apapun termasuk lagi cemburu sama Ica, dia suka itu," kata Ica yang berhasil membuat pipi Anya merah merona.

"Jadi dia sengaja bikin Kak Anya cemburu?" tanya Anya. Ica mengangguk.

"Sengaja dan perlu," ucapnya. Anya terkekeh kecil. "Putri Ica bisa nggak ya seneng-seneng lagi sama Abang dan Kak Anya?"

"Bisa!" jawab Anya bersemangat.

"Dengan cara?" tanya Ica.

"Tidur Ica ini udah malem," ucap Risa yang baru datang.

"Bunda Ica lagi cerita juga!" kesal Ica.

Risa tahu Anya kelelahan, ia pun memberi isyarat agar Anya pergi ke luar. "Putri izin makan dulu ya, ca," kata Anya. Ica mengangguk dengan bibir yang mengerut.

"Eh kok ngambek? nggak seneng diteminin Bunda?" tanya Risa, Ica langsung menunjukan senyum lebarnya.

Setelah turunnya dari mobil Bule, Kale berjalan cepat menuju kamar Anya. Kale seolah tahu kalau Anya sudah ada di kamarnya, dan ternyata benar Anya tengah makan ayam bakar pemberian Galang.

"Kebiasaan kalau masuk itu ketuk pintu dulu Kale!" ucap Anya. Kale memasang wajah dingin dan mendekati Anya, matanya melihat banyakan makanan di meja rias itu.

Semakin Kale larang semakin Galang menjadi-jadi. "Siapa yang suruh lo makan?" tanya Kale.

"Nggak ada," balas Anya dengan wajah polosnya.

KALE [END]Where stories live. Discover now